"Jadi, apa?" Kata Yejin sambil bersandar di tembok.
Mendadak aku lupa apa yang akan aku katakan. Kenapa harus di saat seperti ini? Ayolah aku mau bahas apa??
"Tidak, cuman mau pinjam buku catatan sejarah." Benar benar lupa. Putar otak. Aku harus cari topik lain.
Dengan wajah smirk nya Yejin menghela nafas dan membuka tas. Apakah dia marah? Aku yakin, dia sangat sebal denganku.
"Kenapa tidak bilang di kelas saja?" Kata Yejin sembari memberikan bukunya dan aku meraihnya sambil tersenyum terpaksa.
"Itu.. tidak apa." Aku tidak malu, hanya saja merasa tidak enak dengan Yejin. Dia tadi menungguku agak lama, karena aku harus pergi ke toilet.
"Terimakasih, besok akan aku kembalikan." Kataku dan Yejin mengangguk mengerti, lalu dia pergi berlalu.
Eh? Apakah dia tidak mengendarai sepedanya?
Ah masa bodoh. But..
"Yejin!"
Sungguh. Apa yang aku lakukan? Dia berhenti dan berbalik. Tanpa suara dia memberiku instruksi untuk menjelaskan apa mauku lagi. Dia benar-benar telah berubah.
Aku mendekat dengan menuntun sepedaku dan berhenti tepat di samping Yejin. Dia terlihat sangat keren dengan jaket hitam itu. Seandainya kami masih bersama sekarang..
"Apa kau mau pulang bersamaku?" Kataku dan kulihat ia berpikir keras. Mungkin ini bisa membantu memulihkan pertemanan kami lagi. Aku sangat bosan seperti ini, Jereni juga tidak setiap waktu bersamaku. Rumah kami yang terlalu jauh dan jarang untuk bermain bersama.
Yejin menatapku dan God! dia pasti akan menolaknya. Tidak apa, setidaknya aku sudah berusaha agar hubungan kami pulih lagi.
satu dua tiga detik--
Dia hanya menatapku.
"Baiklah.." Ha? Apa aku tidak salah dengar? Dia tidak menolaknya? "Aku yang mengendarai. Kau duduk di belakang." Aku hanya bengong dan membiarkan Yejin mengambil alih sepedaku. Hahaha sepertinya dia lupa kalau sepedaku hanya punya satu jok.
Tapi, untungnya di bagian samping roda belakang papa sudah pasang sesuatu itu aku tidak tau apa namanya untuk pijakan jika ada yang membonceng.
Sepanjang perjalanan aku hanya diam dan berpegangan pada bahu Yejin. Kami tidak saling berbicara dan itu sangat canggung sekali.
Kami melewati pepohonan warna warni yang mulai gugur, sedang musim gugur di sini. Aku sangat suka musim gugur karena terkesan menyejukkan dengan udaranya yang dingin hampir menyamai musim salju.
Burung berkicau terbang ke sana kemari bergerombol dengan kawananya. Ada juga yang berdua dan kuyakin mereka sepasang kekasih.
Menikmati pemandangan yang indah, tak terasa sudah sampai di rumah. Yejin berhenti dan menyuruhku untuk turun. Dia akan meletakkan sepedaku di garasi.
"Terimakasih." Kataku berterimakasih pada Yejin.
"Seharusnya aku yang bilang terimakasih. Tapi sudahlah. Aku harus pergi." Kata Yejin sambil berbalik namun berhenti ketika mama memanggilnya.
"Yejin! Kaukah itu?" Yejin berhenti dan berbalik menatap mama dengan tatapan lembut. Hanya dengan orang tua dia begitu. Denganku bahkan dia hanya menampakkan wajah datarnya.
"Iya, bibi. Selamat siang ." Kata Yejin sambil menganggukkan kepalanya.
Kenapa mama ingat sih kan ini membuatku tambah canggung. Yasudahlah aku masuk rumah saja.
"Mama Lula masuk dulu." Kataku malas.
"Eh sebentar." Cegah mama dan menggandeng tanganku.
"Kenapa tidak mampir dulu? Kau kan bisa main dengan Lula." Mama membuatku sangat malu.
"Ya kan Lula?" Mama menyebalkan sekali.
"Mama Lula lelah. Lula mau masuk." Kataku melepaskan diri dari mama dan dia hanya tersenyum sambil menggerutu entahlah apa hubungannya menggerutu dengan tersenyum.
"Terimakasih, bibi. Tapi saya harus kembali sekarang." Kata Yejin membungkuk. Ya kuakui dia memang sopan dan aku sedang mengintip mereka berdua. Berjaga kalau-kalau mereka membicarakan diriku. Tidak penting.
"Baiklah.. sampai jumpa nanti malam Yejin."
Apa yang mama bicarakan dengan Yejin kenapa suaranya semakin tak terdengar. Tidak peduli. Mau mandi sajalah.
Author's POV
Lula berjalan masuk dan bersiap-siap untuk bersih-bersih. Sedangkan Yejin pamit pulang dan merasa aneh kenapa ibunya Lula berkata sampai jumpa nanti malam. Merasa malas untuk menyelidiki Yejin tak ambil pusing lalu pergi berlalu.
Ia berhenti dan menepuk jidat. Bukankah jarak rumah mereka agak jauh? Apa yang dipikirkan Yejin ketika setuju untuk kembali bersama. Ini jalan kecil dan halte bis masih jauh.
Yejin berhenti. Berpikir sampai ke angkasa, mengingat masa lalunya dulu dengan sahabat kecilnya. Ia bingung kenapa ia menjadi seperti sekarang ini. Cuek dan tidak peduli dengan hal-hal kecil.
Ia sadar bahwasanya yang Lula lakukan semata agar hubungan mereka pulih. Namun, Yejin terlalu menjaga image nya dan berlaku egois. Sepertinya dia tidak mau lagi berhubungan dengan Lula dan semua itu hanya omong kosong.
Karena Yejin berprinsip, buat apa bersahabat kalau suatu hari akan berpisah. Ya, ia sudah merasakannya dan itu adalah hal yang
sangat menyakitkan. Dimana harus berpisah dalam jangka waktu yang cukup lama dengan orang yang kita sayangi.
Yejin tidak mau kalau seandainya ia harus pindah lagi, dan meninggalkan Lula tanpa kabar selamanya, membuatnya berpikir dua kali untuk memulai persahabatan seperti dulu.
Tapi ini rasanya tak adil. Dia membiarkan Lula berjuang dengan hubungan mereka lagi, sedangkan Yejin hanya terdiam tanpa mau mempersilahkan Lula untuk memperjuangkannya. Seharusnya, dia juga berlaku sama seperti Lula.
Memikirkan hal ini begitu dalam, tak terasa Yejin hampir sampai di halte bis dan segera mungkin menunggu bis yang akan datang lima menit lagi.
Pikiran masih berkecamuk di kepalanya dan membuatnya tak ambil pusing. Ia sudah bertekad sekarang.
Kalau ia berjuang dengan persahabatan kami, lalu kenapa aku sangat egois dengan hanya diam saja? Batin Yejin akhirnya yakin dengan keputusan nya.
Dia akan mencoba mulai sekarang, untuk melelehkan hatinya. Dia sudah terlalu beku dengan keadaannya yang sekarang ini. Menjadi pendiam memang mudah, namun sangat sulit dengan orang orang di sekitarnya.
***
"Lula kamu harus bersiap-siap malam ini." Kata mama. Bersiap-siap apanya? memangnya mau kemana?
"Memangnya mau kemana?" Tanyaku cuek. Aku sedang dalam mood tidak baik kali ini. Jereni bahkan tidak meneleponku dari tadi. Dia pasti sedang berlatih balet. Jereni yang malang, kedua orang tuanya menyuruhnya ikut les itu dan aku tahu sekali Jereni. Ia tidak pernah suka balet.
"Tidak akan kemana-mana. Tapi kita akan kedatangan saudara." Kata mama tersenyum sambil melipat baju yang habis di setrika dan mencium keningku lembut. Aku suka mama seperti ini tapi aku tidak suka kejutan. Itu membuatku penasaran tapi masa bodo dengan itu.
"Saudara? Paman Zakrov? Atau Lucky? Bibi Rayna?" Kataku melepas headphone bersemangat. Aku rindu mereka semua.
"Bukan. Kau nanti tahu. Okay, sekarang Lula mandi." Tidak bersemangat. Memangnya siapa saudara kami selain mereka? Tidak ada sepertinya. Mama sangat aneh.
"Ini masih pukul 3 sore dan aku belum mau mandi." Kataku kesal. Kalau aku mandi sekarang nanti akan berkeringat dan aku tidak suka itu.
"Yasudah terserah kamu, tapi jam 6 harus sudah bersiap-siap."
"Okay mama. Lula akan berenang saja sekarang." Hmm.. kalau jam segini enaknya untuk berenang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 152 Episodes
Comments
Yukity
hadir lagi Thor..
Semangaat🆙😍
2021-10-09
1