"Lula!" Lula menatap pantulan tubuhnya di cermin dan melihat mamanya berada di belakangnya, sontak menyembunyikan tangannya dan berdiri mematung.
Apa mama lihat itu? Batin Lula khawatir.
"Apa kau biarkan air itu mengalir? Tutup krannya!" perintah mama Lula dan dengan cepat Lula mematikan kran wastafel.
"Kami menunggumu, apa pergi ke toilet selama ini?"
"Iya mama. Lula akan ke sana, sekarang mau cuci muka dulu."
Lula hanya berdiri mematung tanpa menoleh ke mamanya dan mengisyaratkan mamanya untuk keluar dulu.
"Baiklah," Mama Lula akhirnya keluar dan dengan cepat Lula menutup pintu.
Lula"s POV
Untung saja mama tidak melihatnya. Dia akan berpikir aneh-aneh kalau tahu hal ini. Aku pun masih heran sebenarnya.
"Lulaaa!" Teriak mama kesal.
"Iya Lula ke sana." Balasku. Hmm.. menyebalkan sekali harus seperti ini.
***
"Kenapa mama tidak memberi tahu kalau Yejin dan keluarganya mau ke sini?!" Protesku kasar. Aku mengikuti gerakan mama yang sedang membersihkan peralatan makan yang tadi kami gunakan.
"Ini kejutan Lula. Kalau mama memberitahu bukan kejutan namanya." Mama menumpuk beberapa piring dan membawanya ke dapur dan aku tetap mengikutinya di belakang.
"Kejutan? Lula sama sekali tidak terkejut. Mama tahu? Itu membuatku malu." Aku kesal. Mama sedang mencuci piring di wastafel dan aku masih menatapnya.
"Daripada kau marah-marah seperti ini, lebih baik tolong mama ambilkan gelas kotor di meja makan." Kata mama dan aku berjalan menuju meja makan dan mengambil beberapa gelas yang kotor.
"Setidaknya kalau mama bilang Yejin akan datang aku akan bersiap-siap." Aku meletakkan gelas-gelas itu di wastafel dan menyatukan kedua tanganku di depan dada dan terus saja memperhatikan mama.
"Bukankah kau tadi sudah bersiap-siap?" Mama menghentikan kegiatannya dan menatapku sambil mengendikan bahu.
"Bersiap-siap untuk pergi ke rumah Jereni bukan untuk makan malam di sini." Kataku tegas dan mendapat tatapan maut dari mama. Tidak biasanya mama menatapku seperti itu.
"Lula. Mama tahu Lula sedang berusaha memperbaiki hubungan Lula sama Yejin. Mama juga berusaha membantu Lula. Mama tahu kalau Lula dan Yejin tidak saling berbicara lagi." Kata mama santai. Kukira mama akan marah. Dia tidak pernah marah, hanya beberapa kali tegas dan menasehati aku.
Aku mengerti sekarang. Mama hanya membantuku.
"Maafkan Lula mama." Aku menundukkan kepala. Hanya kata-kata itu yang mampu aku ucapkan. Kalau mama sudah seperti ini aku tak bisa protes lagi huh.
"Sudahlah tidak apa. Ini sudah malam dan tidurlah besok sekolah." Kata mama memelukku dan itu sangat menenangkan sekali.
Wait. Rasanya ada yang aneh. Dari tadi aku memikirkan hal ini tapi apa yang tidak ada? Apa aku melupakan sesuatu?
Aku ingat sekarang. Apa kau juga berpikir sama denganku?
"Mama, Yefy mana?" Tanyaku dan melepaskan pelukan mama.
Astaga dari tadi aku tidak melihat bocah ingusan itu! Makannya ada yang kurang dan itu aneh. Biasanya dia akan meledekku jika aku sedang kesal dan itu sangat tidak menyenangkan sekali.
"Kau lupa? Dia kan menginap di sekolah setiap hari Rabu." Oh iya. Bocah itu tidak akan ada di rumah di hari Rabu dan suatu kebanggan buatku.
"Iya deh aku melupakannya." Aku akan tidur dengan tenang kali ini. Lelah sekali untuk hari ini, dua kali berenang dan melelahkan. Kepalaku juga masih sakit karena insiden kecil di kolam renang tadi. Tapi aku baik-baik saja.
"Selamat malam, mama. Lula akan tidur!" Kataku melambai pada mama dan mama hanya tersenyum.
Berjalan menuju kamarku yang menyejukkan dan damai, tenang sekali. Bersih-bersih terlebih dahulu, lalu kita akan traveling di dunia fantasy yang menyenangkan.
Selamat malam, alam semesta. Matahari, sedang bermimpikah engkau? Awan hitam, jangan buat tubuhmu menutupi dunia malam ini, karena aku hanya ingin melihat bulan dan bintang. Menemani perjalanan tidurku menuju dunia fantasy kebanggaanku.
Bukan Narnia, juga bukan Neverland. Hanya.. dunia kecil punyaku dan.. hanya aku*...
***
Apa ini? Sesuatu seperti... entahlah aku tidak yakin. Beberapa sayatan berada di belakang telingaku. Berlubang dan ada tiga. Aneh sekali, ah aku ingat. Mungkin saja tergores sisi kolam renang kemarin karena yeah kau tahu kemarin aku terjatuh dan kepalaku terbentur.
Itu bukan masalah. Sebaiknya aku mandi dan berangkat sekolah. Kulihat jam dinding di atas pintu dan masih pagi. Ini pukul 4 dan aku akan berendam selama satu jam dengan air hangat kesukaanku.
Aku akan bersiap-siap dengan bathtub putih favoritku di seluruh dunia.
-
Aku seperti mendengar sesuatu ketika berada di air dan itu bukan hal yang menganggu. Seperti suara nyanyian yang sangat merdu dan membuatku betah di air.
Seakan menyihirku, membuatku damai dan tenang. Sekejap aku melupakan seluruh masalahku, dan... tak mau beranjak pergi.
Benarkan imajinasiku meningkat dan tunggu! aku melihat seekor, tidak! seseorang dengan ekor dan berenang ke sana kemari di dalam lautan luas dan indah.
"Lula!!" kubuka mataku dan melihat mama berada di atasku.
"Oh syukurlah!!" Aku melihat mama menangis dan papa yang berdiri di belakang mama.
Apa? aku tak berpakaian sekarang dan mereka melihatku??? Ah untungnya busa sabun menutupi tubuhku.
"Mama baik-baik saja?" Kataku santai.
"Setengah jam lalu dan kami mencoba menyadarkanmu namun kau menenggelamkan wajahmu di sini dan, itu bukan sesuatu yang normal!"
"Sudahlah yang penting Lula kan tidak kenapa-kenapa. Biarkan dia mandi dan kita sebaiknya keluar." Kata papa lalu berlalu keluar.
Aku hanya terdiam dan mereka berdua keluar. Kulihat jam dinding. Baru jam setengah lima. Sudahlah lebih baik aku membersihkan busa ini daripada mama lebih khawatir.
Mama terlihat sangat khawatir denganku akhir-akhir ini.
***
Author's POV
Hari masih agak petang dan angin juga berlalu-lalang dengan bebas di luar. Seorang anak laki-laki dengan handuk kecil berada di lehernya sedang berlari menyusuri taman di daerah danau dekat rumahnya.
Yejin Ilarion. Melakukan kebiasaan nya sebelum pergi ke sekolah. Walau hanya beberapa menit, ia mendapatkan banyak manfaatnya.
Apa aku harus mendekati Lula hari ini? Batin Yejin bimbang. Dia tidak yakin untuk memulai hubungan seperti dulu dengan Lula.
Kemarin malam sepertinya dia kesal denganku dan tidak mau aku datang ke rumahnya.
"Baiklah, sudah kuputuskan. Apapun resikonya akan aku lakukan hari ini." #Mengangguk. Yejin berlari lagi.
***
"Mama papa Lula berangkat dulu." Lula mengecup kening mama dan berjalan menghampiri sepedanya di garasi bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah.
"Hati-hati Lula!" Teriak mama dari kejauhan.
Pagi ini agak mendung dan Lula sudah menyiapkan jas hujan kalau kalau nanti hujan di jalan.
"Lula!" Teriak Jereni dari kejauhan. Lula menghentikan sepedanya karena menyadari Jereni.
"Hai Jereni."
"Hai Lula. Mari berangkat bersama."
Mereka berdua tersenyum dan mengendarai sepedanya masing-masing. Sepanjang perjalanan mereka terus mengobrol dan tertawa bersama.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 152 Episodes
Comments