Hari yang membosankan. Semuanya begitu membosankan dan sangat membosankan. Tidak ada yang lebih membosankan dari hari ini.
Aku duduk di kelas sambil memperhatikan teman-temanku. Mereka terlihat bahagia dan sedang asik dengan kegiatannya masing-masing.
Perlahan aku berdiri dari tempat dudukku yang ada di tengah, berjalan menuju tempat duduk salah satu temanku yang kosong di pojok belakang dan duduk dengan kasar.
Kalau aku tetap di tengah maka aku tidak bisa melihat seluruh ruangan dan mengamati mereka semua. Jereni tidak terlihat setelah istirahat pertama tadi dan aku juga tidak melihat Yejin. Pelajaran kosong dan kami hanya bersantai-santai, membuatku sangat bosan.
Author's POV
Lula merasa gatal di belakang telinganya. Ia menggaruk dan terus menggaruk karena terasa gatal sekali. Tak berhenti dan terus menggaruk sampai Yejin datang dan mengagetkan nya.
"Lula kau baik-baik saja?" Tanya Yejin membuat Lula berhenti menggaruk.
"Tidak apa Yejin." Lula menatap Yejin dan tersenyum. "Ada apa?" Tanya Lula dan Yejin duduk di bangku depan Lula.
"Tidak, aku hanya ingin mengobrol denganmu."
Lula merasa gatal yang teramat dan yang ia pikirkan sekarang hanya satu. Air. kalau air bisa mengobati gatal kakinya, pasti bisa mengobati gatal pada belakang telinganya juga.
Ia hanya harus mencari air sekarang. Lula harus pergi ke toilet dan membasuh telinganya menggunakan air.
"Maafkan Lula, Yejin. Tapi sekarang saya harus pergi." Lula berdiri kemudian berlari menuju toilet.
Lula's POV
Sangat gatal. Ada apa sebenarnya? Berlari menuju toilet dan segera membasuh telingaku dengan air.
Reaksi yang diberikan sama dengan kemarin itu, hilang ketika aku membasuhnya menggunakan air. Sebenarnya apa yang terjadi padaku? Aku tidak tahu.
Apa aku masih bisa melakukan itu? Mengendalikan air... Kalau aku bisa melakukannya lagi aku merasa senang sekali.
Aku mengangkat tanganku dan mengibaskan ya ke arah kanan. Air di wastafel yang sudah aku sumbat itu bergerak ke arah kanan dan hampir tumpah.
Aku memutar jari telunjukku di udara dan air di wastafel terangkat dan berputar putar mengikuti arah gerak telunjukku.
Ini benar-benar di luar nalar.
"Lula apa kau baik-baik saja?" Teriak Yejin mengagetkanku dan sontak membuat tubuhku kaku. Tanpa pikir panjang aku membasuh tanganku dan berjalan keluar menghampiri Yejin. Untungnya dia tidak melihat aku tadi.
"Aku baik-baik saja." Kataku dan Yejin hanya mengangguk mengerti.
"Kita harus segera kembali. Kelas akan berganti dalam limat menit." Kata Yejin santai dan dia berjalan duluan. Aku mengikutinya dari belakang dan kami tidak berbicara selama perjalanan.
***
Setengah jam berlalu dan tidak ada guru masuk. Aku bosan seperti tadi dan hanya memainkan pensilku.
"Kau tidak lupa kan sepulang sekolah untuk latihan dengan Tuan Bogdan?" Yejin menghampiriku dan duduk di depanku. Kenapa? Kenapa dia jadi peduli padaku?
"Kenapa kau jadi memperhatikan latihan kita?" Wajar kan aku bertanya seperti itu? Selama kami berdua berlatih bersama dia tidak pernah memperhatikan hal ini dan fokus dengan latihannya sendiri.
Atau.. gara-gara makan malam itu? Apakah kedua orangtuanya memberitahu untuk memperbaiki hubungannya denganku lagi?
"Apa kau baik-baik saja?"
"Iya tidak apa-apa."
"Tadi Tuan Bogdan memanggilku dan menyuruhku untuk memberitahu mu ini." Memberitahu apa?
"Apa Yejin?"
"Pertandingannya bukan single, Lula. Metode estafet. Jadi, kolam renangnya akan dua kali lipat lebih panjang dari biasanya dan tentunya akan lebih dalam. Salah satu dari kita harus sudah berada di tengah-tengah nantinya." Apa? Kenapa seperti ini? "Jadi kita harus bekerja sama."
Bekerja sama? Apa itu alasan dia mendekatiku agar kami bisa bekerja sama? Kenapa Tuan Bogdan hanya memberitahu Yejin tanpa memberitahuku secara langsung?
"Apa metode berubah kali ini?" Tanyaku tak percaya.
"Ya. Karena kita di tingkat nasional dan semakin berat pertandingannya. Kalau kita menang kita akan pergi ke Italy, Lula." Aku tak masalah kalau menang akan ke Italy, tapi apakah bisa aku bekerja sama dengan Yejin? Apa Tuhan mendukungku untuk memperbaiki hubunganku dengan Yejin lagi?
"Baiklah, Yejin." Kataku lalu Yejin mengangguk dan kembali ke bangkunya sendiri.
Tiba-tiba teman-teman kelasku berhamburan
dan langsung duduk di tempat duduk mereka masing-masing. Aku mengendikan bahu dan menenggelamkan wajahku di meja. Mungkin ada guru.
***
"Kalian berdua sudah paham kan?" Tuan Bogdan bertanya setelah menjelaskan mengenai apa aku sama sekali tidak mendengarkan. Aku masih memikirkan tentang air itu. Apa aku memang benar-benar bisa mengendalikan air?
Jariku bergerak di belakang tubuhku dan aku menatap air di kolam renang. Beberapa percik air terbang mengudara dan memisahkan diri dari permukaan air.
"Lula!! Kau dari tadi tidak mendengarkan saya!" Tuan Bogdan berteriak mengejutkanku dan aku hanya ling lung tidak berkonsentrasi. Aku pusing sekali dan rasanya mau terjun di lautan.
"Maaf, Pak!" Kataku menundukkan kepala. Tuan Bogdan pasti akan memarahiku lagi.
"Apa kalian sudah paham?!"
"Sudah, Pak!" Kata Yejin mantap dan menyenggol lenganku.
"I-iya sudah!" Kataku akhirnya dan menatap Yejin meminta penjelasan. Dia berbisik kalau akan menjelaskannya nanti ketika Tuan Bogdan sudah pergi. Apa? Pergi?
***
"Mau kemana Tuan Bogdan?" Tanyaku setelah Tuan Bogdan pamit pergi.
"Kau benar-benar tidak memperhatikan tadi. Apa kau baik-baik saja?"
"Ya aku baik. Jadi, mau kemana Tuan Bogdan? Apa kita tidak berlatih hari ini?"
"Tuan Bogdan akan menghadiri konferensi dan Tuan Ivan yang akan melatih kita. Mm.. sebentar lagi dia akan kemari." Tuan Ivan siapa? Tidak apa sama siapa saja yang penting tidak bersama Tuan Bogdan dan itu bisa melegakan ku.
Lima menit kami menunggu dan datang seorang lelaki, usianya sekitar 20 tahunan dan tampan sekali. Tidak! Mama bilang untuk tidak menyukai laki-laki manapun saat ini karena aku masih di bawah umur. Ya aku akui pikiranku sudah dewasa tapi fisikku tak bisa membohongi.
"Selamat siang." Kata Tuan Ivan setelah bersiap-siap untuk melatih kami.
"Selamat siang, Tuan Ivan." balas aku dan Yejin bersamaan.
"Baiklah, jangan terlalu tegang. Saya tidak akan memarahi kalian untuk hal hal kecil." Kata Tuan Ivan sambil tersenyum dan ayolah! Aku suka dia.
"Kita belum berkenalan sebelumnya tapi kalian sudah tahu nama saya, jadi saya rasa saya tidak usah berkenalan lagi kan hehe. Saya akan menjadi pelatih kalian menuju perlombaan. Jadi, ikuti saja instruksi saya dan saya akan berikan yang terbaik untuk kalian." Kata Tuan Ivan ramah dan dia menatapku terus.
"Saya belum akan memberikan instruksi hari ini karena kita baru saja bertemu. Hampir sore dan kalian harus segera kembali ke rumah. Saya hanya ingin mengenal kalian agar kita bisa berkomunikasi dengan baik. Jadi, apa yang harus saya ketahui tentang kalian?" Tanya Tuan Ivan dan aku hanya berdiri kaku. Pertama kali bertemu dan sangat canggung.
"Yejin Ilarion. Anda bisa memanggil saya Yejin," Kata Yejin dan dia menyenggol lenganku.
"Lula Beatriks, Lula." Kataku gugup.
"Oh ayolah nak! Kau pemalu sekali. Santai saja." Tuan Ivan menepuk bahuku dan tersenyum. Aku hanya mengedipkan kelopak mataku dan tidak berbicara sama sekali.
"Baiklah, saya rasa ini agak canggung. Tapi saya yakin kalau nantinya akan baik-baik saja. Jadi, saya akan menutup pertemuan pertama kita kali ini. Selamat sore dan sampai jumpa lagi!" Tuan Ivan mengemasi barang-barang nya dan berlalu pergi. Jadi, apa maksutnya dia bersiap-siap dengan pakaiannya tanpa melatih kami? ck.
"Bersiap-siap dan mari kita pulang." Kata Yejin mengambil tasnya dan mengganti baju. Aku hanya akan mendobeli baju renangku dengan seragam. Aku tak suka hal yang ribet.
Yejin menawari aku pulang bersamanya dan aku mau saja hehehe
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 152 Episodes
Comments
call aaron
thank you😍
sejauh ini yang udah baca🤗💚
2020-10-31
12