Bagas telat sampai di sekolahnya. Tentu saja karena dia harus bertemu dengan Indhira terlebih dahulu. Bagi Bagas saat ini yang terpenting adalah menenangkan Indhira dulu. Karena itu dia sengaja menemui Indhira dan menceritakan soal video viral mereka kepada Indhira daripada Indhira mendengar hal tersebut dari murid-murid lain di sekolahnya. Bagas juga menyuruh Indhira absen sekolah, karena dia takut Indhira yang syok akan menjadi bulan-bulanan penghuni sekolah yang lain.
Tiiinn tiiinn
Pintu gerbang sekolah sudah ditutup, karena saat ini sudah menunjukkan pu kul 07.30 menit. Namun, tentu saja larangan mengikuti pelajaran di jam mata pelajaran pertama bagi siswa yang telat tidak berlaku bagi Bagas sebagai anak dari pengusaha kaya raya dan penyandang dana terbesar di sekolah tersebut.
" Nak Bagas?" Pak Heru, security yang menjaga pintu gerbang bergegas mengambil kunci dan membukakan pintu gerbang sekolah untuk Bagas.
" Terima kasih, Pak." Bagas langsung mengendari motornya masuk ke halaman parkir sekolahnya.
Bagas sempat mengecek ponselnya setelah dia mematikan mesin motornya. Ratusan pesan masuk di grup sekolah. Bagas menduga jika ini terkait tentang video viralnya, hingga dia takut untuk membuka isi pesan di grup sekolah itu.
Bagas memilih membuka pesan dari Benny, sahabat dan juga salah satu personil grup bandnya. Bagas tahu, Benny pasti akan melaporkan apa yang sudah terjadi sekolah sebelum kedatangannya.
" Gas, kau di mana? Di sekolah ramai sekali yang bahas video kalian. Siap-siap kau dipanggil Pak Farhan dan Bu Tika."
Bagas menarik nafas yang terasa berat saat membaca pesan dari Benny. Seperti dugaannya, pihak sekolah pasti sudah tahu masalah ini.
Bagas menaruh ponsel di tasnya kemudian menaikan penutup kepala hoodie yang dia kenakan seraya melangkah ke ruang kepala sekolah. Bagaimanapun juga, dia harus gentle mengakui kesalahannya dan mempertanggungjawabkan apa yang sudah dia perbuat.
Bagas memilih menemui Pak Marcel, kepala seolah di SMA Satu Nusa Satu Bangsa. Karena dia tahu kesalahan yang dia perbuat sangat fatal dan sangat serius, karena itulah dia memilih menghadap langsung pada Pak Marcel.
Tok tok tok
" Selamat pagi, Pak." Setelah mengetuk pintu, Bagas langsung masuk ruang Pak Marcel tanpa menunggu persetujuan dari Pak Marcel terlebih dahulu.
" Bagas?" Pak Marcel terperanjat melihat Bagas yang tiba-tiba muncul di ruangannya. Tatapan mata Pak Marcel kini nampak serius memandang salah satu muridnya itu.
" Duduklah, Bagas!" Pak Marcel lalu memberi perintah kepada Bagas untuk duduk di kursi yang ada di depan meja kerjanya.
Bagas menarik kursi lalu mendudukinya. Dengan kepala tertunduk menunjukkan dia sangat menyesali perbuatannya.
" Saya minta maaf, Pak." Sebelum Pak Marcel memceramahinya, Bagas sudah terlebih dahulu menyampaikan permohonan maaf kepada Pak Marcel.
Helanan nafas panjang Pak Marcel terdengar di telinga Bagas. Dia yakin jika Pak Marcel sangat kecewa atas perbuatan dirinya.
" Bapak benar-benar tidak menyangka kalian sampai melakukan hal memalukan seperti itu, Bagas." Nada bicara Pak Marcel terdengar sangat kecewa. Bagaimana Pak Marcel tidak merasa kecewa? Dalam hal prestasi, Bagas dan Indhira sama-sama murid yang pintar dan mempunyai nilai yang bagus di semua mata pelajaran. Bersama grup bandnya, Bagas bahkan mengharumkan nama sekolah mereka karena sering tampil di event-event berkelas. Dan peristiwa video viral itu, ibarat melunturkan semua hal-hal positif yang selama ini telah diraih oleh Bagas dan Indhira.
" Itu semua karena kesalahan saya, Pak." sesal Bagas.
" Bapak harus bicara dengan Papa kamu, Bagas." Sudah pasti, orang tua Bagas harus mengetahui peristiwa yang menimpa Bahas karena kasus yang dihadapi saat ini bukanlah main-main. Apalagi menyangkut nama baik sekolah dan juga nama baik keluarga Adibrata Mahesa, Papa Bagas.
" Apa Papa saya harus tahu masalah ini, Pak?" Seketika Bagas merasakan ketakutan jika sampai orang tuanya mengetahui soal kasus ini.
" Ini masalah serius, Bagas. Kalian berdua melakukan hal yang tidak semestinya dilakukan oleh seorang pelajar. Tentu saja Papa kamu wajib tahu. Kami tidak ingin kasus ini membuat nama baik sekolah ini menjadi buruk di mata masyarakat. Dan hanya Pak Adibrata yang bisa membantu meredam berita viral ini agar tidak terus beredar luas." Pak Marcel menyebutkan alasan kenapa orang tua Bagas wajib mengetahui berita ini.
Bagas menghela nafas perlahan. Sungguh dia tidak menduga apa yang diperbuatnya itu akan menjadi suatu masalah besar baginya terutama bagi Indhira.
" Apa kami akan dikeluarkan dari sekolah, Pak?" cemas Bagas.
" Kami akan membicarakan hal tersebut dengan orang tua kamu, Bagas. Seharusnya itu memang pantas dilakukan pihak sekolah terhadap siswa yang melakukan kesalahan fatal. Tapi, tentu saja kami mempertimbangkan kamu sebagai anak yang memiliki pengaruh besar di yayasan sekolah ini." Dari kalimat yang diucapkan oleh Pak Marcel, Bagas bisa menduga jika kemungkinan pihak sekolah mengeluarkannya sangatlah kecil, mengingat orang tuanya adalah penyandang dana terbesar di sekolah itu. Jika saja orang tuanya sampai menghentikan kucuran dana yang selama ini lancar mengalir. Dapat dipastikan yayasan yang menaungi sekolah Bagas akan kesulitan mencari suntikan dana kembali.
" Lalu bagaimana dengan Indhira, Pak?" Justru Indhira yang paling Bagas cemaskan.
Pak Marcel tidak langsung memberikan jawaban atas pertanyaan Bagas.
" Pak, saya mohon Indhira jangan sampai dikeluarkan dari sekolah ini. Kasihan dia, Pak. Dia hanya korban, sayalah yang salah. " Bagas mencoba mempengaruhi Pak Marcel agar Indhira tidak sampai dikeluarkan dari sekolah.
" Hal itu nanti kami rapatkan dengan pihak guru." Pak Marcel akhirnya menjawab.
Bagas mende sah. Dia bisa merasakan perbedaan kebijakan sekolah yang terlihat dari sikap Pak Marcel terhadapnya dan Indhira. Keputusan dirinya akan dikeluarkan atau tidak, tergantung keputusan Papanya. Artinya pihak sekolah seakan tidak mempunyai wewenang yang tegas terhadap dirinya. Sementara untuk Indhira, pihak sekolahlah yang akan mengambil keputusan.
" Jika harus ada yang dikeluarkan dari sini, biar saya saja, Pak. Biarkan Indhira terus menyelesaikan sekolahnya di sini. Hanya tersisa beberapa bulan lagi saja kelulusan kami, Pak. Akan berat bagi Indhira jika dia harus putus sekolah." Bagas dapat membayangkan apa yang akan terjadi pada Indhira jika wanita itu harus dikelurkan dari sekolah. Terutama sikap Tante Marta beserta suami dan anaknya. Tidak melakukan kesalahan saja, Indhira sering diperlakukan kurang baik oleh Tantenya sendiri. Apalagi jika Tante Marta tahu masalah ini. Sungguh bayangan yang melintas di benak Bagas sangat menakutkan soal nasib Indhira.
" Nanti kami akan bahas soal nasib Indhira bersama guru-guru yang lain, Bagas." Jawaban Pak Bagas sungguh tidak membuat Bagas bernafas. Dia masih mengkhawatirkan keputusan sekolah soal nasib Indhira.
*
*
*
Bersambung ...
Happy Reading❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 172 Episodes
Comments
Chu Shoyanie
sebenarnya Bahasa laki2 baik....
2024-12-07
0
Chu Shoyanie
maksudnya Bagas itu adalah laki2 yg baik...
2024-12-07
1
Yoyok Yoyok
begitulah manusia mana yg ber uang dia yg di perjuangkan
2023-10-19
0