Bagas menatap Indhira yang menangis dengan penuh kebingungan. Sungguh dia sangat menyesal telah melakukan hal yang membuat Indhira seperti sekarang ini. Jika ada orang yang paling bertanggung jawab dalam peristiwa ini, sudah pasti dialah orangnya.
Sungguh Bagas tidak berpikir jauh efek yang akan terjadi atas berbuatannya itu. Dan yang paling terpu kul dan sangat dirugikan dalam hal ini tentu saja Indhira.
" Ra, maafkan aku ..." Bagas bangkit dan duduk di samping Indhira dengan tangan merangkul pundak Indhira.
" Kenapa kamu tega melakukan hal ini kepadaku, Bagas?" Dengan kalimat terbata dan suara teredam karena kedua telapak tangan menutupi wajahnya, Indhira bertanya. Dia tidak tahu lagi bagaimana menghadapi masalah besar yang dihadapinya saat ini. Ini seperti mimpi buruk bagi Indhira. Bayangan hal buruk sudah melintas dalam benaknya setelah mengetahui aktivitas kein timannya bersama Bagas tersebar di media sosial.
" Aku tahu aku salah, Ra. Kita bicarakan hal ini baik-baik, ya! Tapi, kamu harus tenang dulu. Kalau kamu seperti ini akan menarik perhatian orang-orang, Ra." Bagas meminta Indhira menghentikan tangisnya, walaupun dia tahu permintaannya itu tidak dapat diterima oleh Indhira. Bahkan mungkin Indhira akan mengatakan dirinya egois dan tidak peka.
Indhira membuka telapak tangan yang menutupi wajahnya seraya menggelengkan kepala menatap kecewa terhadap Bagas.
" Tenang? Kamu bisa bicara seperti itu, karena kamu tidak merasakan bagaimana menjadi aku, Bagas." Indhira tetap menangis, rasanya sulit untuk membendung air matanya agar tidak jatuh menetes di pipinya. " Orang pasti akan menggunjingkan aku. Orang pasti akan mencemooh aku. Bagaimana aku menghadapi orang-orang di lingkungan rumah? Menghadapi teman dan Ibu guru di sekolah? Tubuhku sudah dipertontonkan pada banyak orang. Mereka melihat apa yang kita lakukan. Aku malu, Bagas. Bagaimana aku punya muka untuk menghadapi semua ini? Ya Allah, Astaghfirullahal adzim ... aku harus bagaimana?" Indhira kembali menangis pilu. Dia seakan frustasi tidak tahu apa yang akan dia lakukan ke depannya. Indhira tidak hanya merasa dirinya kotor karena telah berbuat zi nah. Tapi, ia semakin hancur karena kasus video in timannya dengan Bagas tersebar.
Indhira merasa sudah mencoreng nama baik keluarga. Dia sudah mengecewakan almarhum Papanya dengan perbuatannya itu. Siapa yang akan menolongnya sekarang ini? Tidak ada satu orang pun yang akan membantunya lepas dari masalah ini termasuk Bagas. Seketika itu juga Indhira merasa jika dia seakan hidup sendiri tanpa pegangan.
" Aku mengerti, Ra. Aku tahu apa yang kamu rasakan saat ini. Tapi, kamu jangan panik seperti ini. Aku sedang berusaha mencari jalan keluar agar video itu tidak semakin tersebar luas." Bagas masih berusaha menenangkan Indhira, walaupun dia sendiri bingung akan bertinda apa untuk meredam kasus video mereka itu.
" Apa itu masih berguna, Bagas? Sementara banyak orang lain sudah tahu." Indhira merasa tindakan Bagas akan sia-sia, karena video itu sudah banyak yang melihat dan pelaku di video itu sudah jelas adalah dirinya.
" Aku tidak tahu, Ra. Tapi aku berusaha agar kasus ini tidak berlarut-larut. Nanti aku akan ke sekolahan. Pihak sekolah pasti sudah tahu. Aku harus memberi penjelasan. Sementara ini kamu jangan berangkat ke sekolah dulu. Kau tenangkan pikiranmu dulu. Sampai aku dapatkan keputusan dari pihak sekolah soal video ini.
" Apa aku akan dikeluarkan dari sekolah, Bagas?" Rasa takut Indhira kembali menyeruak. Dia tidak dapat membayangkan akan dikeluarkan dari sekolah karena kasus ini, padahal dia hanya butuh beberapa bulan lagi saja untuk menamatkan SMA nya.
Bagas tak bisa menjawab pertanyaan Indhira. Dia teringat kata-kata Benny yang mengatakan kemungkinan besar Indhira akan dikeluarkan dari sekolah.
" Aku akan jelaskan ke pihak sekolah, semoga semua bisa diatasi." Bagas hanya bisa menjawab seperti itu. Karena sebenarnya dia juga takut jika Indhira benar-benar harus dikeluarkan dari sekolah.
" Ya Allah, kenapa nasibku seperti ini?" keluh Indhira frustasi dengan terus menangis.
" Aku antar kamu pulang. Sebaiknya kamu tenangkan pikiran. Aku akan berusaha mengatasi masalah ini di sekolah." Bagas masih berharap pengaruh kuat orang tuanya sebagai penyokong dana terbesar di yayasan yang menaungi sekolahnya dapat membuat dia dan Indhira tidak sampai dikeluarkan dari sekolah.
Tubuh Indhira terasa lemas seakan tak bertenaga. Masalah berat yang menimpanya kali ini seperti melunturkan semangatnya menata kembali hidupnya setelah putus dari Bagas karena peristiwa itu.
Bagas menuntun tubuh lemas Indhira dan membawanya ke motor miliknya.
" Kamu harus kuat, Ra!" Bagas mencoba menyemangati Indhira meskipun dia tahu ini tidak akan mudah.
" Pegang aku yang kencang, ya!?" Setelah sudah berada di atas motor, Bagas meminta Indhira memeluknya erat. Dia bahkan melingkarkan tangan Indhira di pinggangnya, karena dia takut Indhira tak kuat dan jatuh pingsan.
Dalam perjalanan menuju rumahnya Indhira hanya tertunduk dan menangis dengan kening menyentuh punggung Bagas. Hidupnya terasa hancur dan dia tidak tahu bagaimana harus memperbaikinya.
Sesampainya di rumah Indhira ...
Tante Marta terlihat menyambut Indhira dengan sorot mata tajam dan berkacak pinggang. Tentu saja kepergian Indhira tanpa ijin darinya membuat wanita itu geram.
" Assalamualaikum, Tante. Maaf, tadi saya bawa Indhira tidak ijin Tante lebih dulu." Bagas menyampaikan permintaan maafnya karena membawa Indhira tanpa seijin Tante Marta.
" Waalaikumsalam ...!" jawab Tante Marta ketus. Sementara tatapannya masih mengarah ke wajah Indhira yang terlihat sedih dan habis menangis.
" Kenapa kamu menangis?" selidik Tante Marta bernada curiga.
" Indhira sakit Tante, sebaiknya hari ini dia istirahat saja dulu, tidak usah berangkat sekolah. Nanti saya sampaikan ke pihak sekolah." Bagas memberikan jawaban yang kurang meyakinkan dan semakin membuat Tante Marta curiga.
" Sakit? Perasaan tadi baik-baik saja." Tante Marta tidak mempercayai alasan yang dilontarkan oleh Bagas.
" Indhira butuh istirahat, Tante. Sebaiknya Tante jangan menyuruh Indhira melakukan pekerjaan rumah hari ini. Biarkan dia istirahat. Indhira butuh menenangkan pikiran, biar besok bisa masuk sekolah." Bagas meminta Tante Marta untuk tidak mengganggu Indhira. Karena dia yakin Tante dari Indhira itu pasti akan memberi banyak pertanyaan kepada Indhira.
" Memangnya ada masalah apa sampai harus menenangkan pikiran seperti itu?" tanya Tante Marta kembali, masih belum puas dengan penjelasan dari Bagas.
" Ada yang memfitnah kami karena kami putus beberapa hari lalu, Tante. Nanti saya jelaskan semuanya pada Tante. Tapi, tidak sekarang ini. Saya mohon sama Tante untuk membiarkan Indhira istirahat. Kalau Tante butuh orang untuk mengerjakan pekerjaan rumah hari ini, nanti saya carikan orang untuk membantu pekerjaan yang biasa dilakukan oleh Indhira. Biar saya yang bayar." Bagas terlihat serius mengkhawatirkan kondisi Indhira, hingga dia memohon kepada Tante Marta untuk membebaskan Indhira dari pekerjaan yang harus dikerjakannya. Bahkan, Bagas bersedia membayar orang yang akan diperkerjakan nanti.
" Ya sudah." Dengan mendengus kesal akhirnya Tante Marta menyetujui permintaan dan tawaran Bagas.
Bagas menyuruh Indhira masuk ke dalam kamarnya terlebih dahulu sebelum dia meninggalkan rumah Indhira. Dia pun berpesan kepada Indhira untuk mengunci pintu kamarnya agar Tante Marta tidak mengusik dan menekan Indhira dengan pertanyaan-pertanyaan.
Sesampainya di kamar, Indhira langsung duduk di lantai dan menekuk lututnya dengan bersandar di tepi tempat tidurnya. Sementara tangisnya kembali pecah karena merasakan beban yang dia rasakan begitu berat.
Braakk Braakk Braakk
" Indhira! Buka pintunya ...!"
" Indhira! Kenapa kamu kunci pintunya!! Apa yang kamu sembunyikan dari Tante, hah!?"
Suara Tante Marta di luar kamar terdengar menggelegar dibalut emosi membuat Indhira ketakutan. Indhira yakin, Tantenya itu pasti akan mengintrogasi dirinya untuk mendapatkan jawaban tentang masalah apa yang sedang terjadi.
" Pa, Indi tidak sanggup menghadapi masalah ini. Indi takut, Pa. Indi ingin ikut Papa saja ..." Tangis Indhira tersedu.
*.
*
*.
Bersambung ...
Happy Reading❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 172 Episodes
Comments
Resti Yuliani
iiiih ngeri ya ngadepin masalah gini...dari awal baca sampe episode ini...aku terus bersyukur dlm hati bisa selamat sampe nikah. mudah2an anak gadis aku juga jangan sampe ngasih kehormatan duluan....bisa selamat sampe nikah.
2024-09-16
2
Hana Fitria
kata2 Indira yg terakhir meluluh lantakkan hatiku 😭😭😭😭
2023-05-12
1
Esther Lestari
😭
2023-03-15
0