Setelah mengantar Indhira pulang ke rumahnya, Bagas pun segera pulang ke rumahnya. Selama dalam perjalanan pulang mengendarai motor, pikirannya dibuat tidak tenang karena permintaan Indhira yang menginginkan hubungan mereka berakhir.
Sejujurnya, Bagas merasa kasihan terhadap Indhira. Semua itu karena kesalahannya. Dia melihat bagaimana Indhira sangat terpu kul. Bagas berpikir apa yang mereka lakukan adalah hal yang sudah biasa dilakukan oleh anak muda jaman sekarang. Dia melihat banyak wanita yang tidak menganggap penting arti sebuah kesucian, hingga dia memu kul rata dengan menganggap Indhira pun sama seperti itu. Tanpa dia ingat jika Indhira bukanlah mereka. Indhira hanya seorang wanita lugu yang kini telah dia nodai.
Sesampainya di rumah
Bagas melihat dua orang pria berjalan menuruni anak tangga dengan Mbok Nah yang mengikuti di belakangnya. Entah siapa kedua orang itu? Dia tidak mengenalinya. Apalagi saat kedua orang itu berjalan melewatinya. Kedua orang itu menatap Bagas dengan tatapan aneh kemudian mereka saling berpandangan satu sama lain dengan tersenyum penuh misteri.
" Den Bagas sudah pulang?" tanya Mbok Nah yang baru menyadari kedatangan Bagas di rumah.
" Om-om ini siapa, Mbok Nah?" tanya Bagas penasaran.
" Mereka ini pegawainya Pak Sofyan, Den. Katanya kemarin itu ada mobil yang mencurigakan lewat depan rumah mengawasi rumah Pak Sofyan. CCTV yang ada di depan rumah Pak Sofyan mati, jadi Pak Sofyan minta tolong ke Papa Den Bagas mau ikut cek rekaman CCTV dari depan rumah ini untuk mengetahui jenis sama plat nomer mobil itu." Mbok Nah menjelaskan siapa kedua orang itu.
" Oh ..." sahut Bagas
Pak Sofyan memang salah satu tetangga di depan rumahnya. Walau sama-sama sibuk dan pengusaha, tiap Minggu pagi, Papanya dan Pak Sofyan sering bermain tenis bersama di lapangan tenis yang ada di komplek perumahan mewah tempat tinggalnya. Jadi, tidak aneh jika Pak Sofyan meminta bantuan Papanya untuk ikut mengecek rekaman CCTV dari rumahnya itu.
" Permisi ..." Kedua pria itu berpamitan lalu terus melangkah turun menuju pintu keluar rumah
" Mbok Nah antar mereka dulu ya, Den!" Mbok Nah lalu ikut mengantar kedua orang suruhan Pak Sofyan yang baru saja mengecek rekaman CCTV dari depan rumah Bagas.
Namun, tiba-tiba Bagas terbelalak saat teringat jika di kamarnya pun dipasang kamera CCTV. Memang di setiap ruangan rumahnya terkecuali kamar mandi, semuanya terpantau oleh CCTV untuk mengawasi jika terjadi sesuatu di luar dugaan.
" Astaga ...!" Seketika terperanjat mengingat apa yang dia lakukan bersama Indhira kemarin.
Bagas bergegas masuk ke dalam ruangan kerja Papanyam. Karena layar monitor yang dapat memantau hasil rekaman ada di ruangan kerja Papanya. Bagas benar-benar takut aktivitasnya kemarin bersama bersama Indhira terekam di CCTV itu. Apalagi jika kedua orang tadi melihatnya.
Bagas memusatkan pandangan ke rekaman CCTV yang ada di kamarnya. Jantungku berpacu cukup kencang, hatinya pun terasa berdebar. Rasa takut seketika menyerang jika sampai aktivitas yang merska lakukan terekam di sana.
Bagas menarik nafas yang seketika terasa berat. Saat matanyanmenatap rekaman CCTV yang mempertontonkan adegan in tim antara dirinya dan Indhira. Panik pun mulai melanda hati Bagas Apa mungkin dua orang tadi melihat rekaman ini? Itu pertanyaan yang timbul di benak Bagas.
Dengan cepat Bagas bergegas keluar dari ruang kerja Papanya untuk menyusul kedua orang suruhan Pak Sofyan. Dia ingin tahu apakah mereka mengetahui rekaman ini.
" Mbok Nah, orang-orang tadi mana?" Bagas seketika merasa panik, takut rekaman di kamarnya diketahui kedua orang itu.
" Sudah pulang, Den." sahut Mbok Nah. " Memangnya kenapa, Den?" tanya Mbok Nah heran.
Tanpa menjawab pertanyaan Mbok Nah, Bagas aberlari ke luar rumah sampai ke luar gerbang untuk mencari kedua orang tadi.
Bagas tidak menjumpai kedua orang itu. Namun, dia melihat sebuah mobil yang terparkir di depan rumah Pak Sofyan. Membuatnya- berlari mencoba melihat apakah kedua orang tadi ada di dalam mobil itu.
" Cari apa, Mas Bagas?" Pak Juned, security rumah Pak Sofyan sepertinya melihat apa yang sedang Bagas lakukan. Karena dia tadi mengintip kaca mobil yang terparkir di depan rumah Pak Sofyan.
" Pak, tadi orang yang dari rumah saya ke mana ya? Apa mereka sudah pergi?" tanya Bagas berharap Pak Juned memberi jawaban yang melegakan hatinya.
" Oh, mereka ada di dalam, Mas. Memangnya ada apa, Mas?" tanya Pak Juned.
" Hmmm, saya mau bicara sebentar, Pak. Apa saya bisa bertemu dengan mereka?"
" Oh, tentu saja, Mas." Pak Juned kemudian membukakan pintu gerbang rumah Pak Sofyan.
" Saya hanya ingin bicara sebentar saja kok, Pak. Bisa minta tolong panggilan mereka?" Bagas ingin bicara di luar tanpa masuk ke dalam rumah Pak Sofyan. Sumpah mati, rasanya dia tidak ingin hal ini didengar oleh orang lain. Apalagi jika keluarga Pak Sofyan tahu apa yang ingin dia tanyakan kepada dua orang tadi.
" Ya sudah, sebentar saya panggilkan dulu ya, Mas." Pak Juned bergegas berlari kecil memasuki rumah bosnya sementara Bagas menunggu di dekat pintu gerbang dengan gelisah.
Tak berselang lama, kedua orang yang tadi mengecek rekaman CCTV dari depan rumah Bagas keluar dari dalam rumah Pak Sofyan.
" Ada apa, Dek?" tanya salah satu pria yang tadi.
" Hmmm, Om ... Om tadi mengecek rekaman CCTV di rumah saya, kan? Bagian mana saja yang tadi dicek, Om?" tanya Bagas berharap mereka tidak melihat rekaman video CCTV di kamarnya.
Kedua pria itu saling berpandangan mendengar pertanyaan Bagas, membuatnya semakin takut.
" Kami hanya mengecek di bagian luar saja, kok. Memangnya kenapa?" satu orang lainnya menjawab pertanyaan Bagas dengan mengulum senyuman samar di sudut bibirnya. Bagas tidak tahu apa arti senyuman itu. Tapi baginya senyuman itu seperti senyuman maut.
" Tidak ada ruangan lain yang dicek, Om?" tanya Bagas masih belum puas dengan jawaban mereka.
" Tidak, Dek. Kami hanya mengecek rekaman dari cctv yang di sana dan di sana!" Pria tadi menunjuk dua buah kamera cctv dari depan pagar tinggi rumah Bagas.
" Oh, begitu ya, Om?" Walau mendapatkan jawaban. Tapi, hati Bagas rasanya tidak tenang karena merasa ada sesuatu yang disembuhkan kedua orang itu. Sikap mereka yang saling melirik dan melempar senyum penuh misteri lah yang membuat Bagas curiga.
" Oh, ya sudah kalau begitu saya permisi, Om. Makasih." Bagas segera berpamitan dan kembali ke rumahnya. Dia harus segera menghapus rekaman CCTV yang memuat video saat dia dan Indhira melakukan hubungan in tim.
Bagas kembali berjalan ke ruangan kerja Papanya untuk menghapus rekaman CCTV di kamarnya. Bagas tidak ingin sampai orang tuanya tahu apa yang sudah dia lakukan kemarin kepada Indira. Dia yakin, Papa Mamanya akan marah besar jika sampai mereka mengetahui perbuatannya itu.
Setelah video rekaman itu berhasil dihapus, . Bagas segera keluar dari ruang kerja Papa lalu menuju kamarnya sendiri. Dia merasa yakin jika Papanya itu belum mengecek rekaman CCTV hingga masih aman.
*
*
*
Bersambung ...
Happy Reading ❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 172 Episodes
Comments
💖Chacha~Q®F💖
wah ini yg jadi Boomerang
2023-05-21
0
Esther Lestari
waduh...bahaya ini
2023-03-15
0
Wie Yanah
duuuhhhhh cb klw lgsg di sebar..hbs tuh seketika indira
2023-02-27
0