POV Bagas
Aku melirik ke arah Indhira yang sejak tadi menutup rapat matanya dengan telapak tangannya. Aku memang iseng menggoda Indhira. Bahkan kini aku mengencangkan volume televisi hingga suara percintaan kedua model di dalam video itu terdengar jelas.
" Bagas!! Kecilkan suaranya!!" geram Indhira. Aku tahu suara-suara de sahan model wanita itu pasti membuat Indhira tidak nyaman.
" Kenapa memangnya? Suaranya merdu, kan?" Aku sengaja menempelkan bibirku di telinga Indhira. " Aaakkkhhh, ssshhh ... oh yes, oh no ..." Aku terkikik dengan keusilanku sendiri.
" Bagaaasss ...!!"
Plaakkk
Tangan Indhira tiba-tiba memukul wajahku. Aku tahu itu dilakukan oleh Indhira secara spontan tanpa bermaksud menyakitiku. Tapi, aku mengunakan moment itu untuk mendramatisir keadaan.
" Aaaawww ...!" Aku menutupi sebagian wajahku terutama di bagian mata.
" Bagas?" Sudah pasti Indhira akan menoleh ke arahku saat mendengarku merintih. " Sorry, aku tidak sengaja. Habisnya kamu menggodaku terus ..." Indhira menyampaikan penyesalannya. Namun, dengan melakukan pembelaan.
" Oouugghh ... Aakkkhh ..."
Suara era ngan, de sahan dan suara hentakan bertemunya permukaan kulit dengan kulit terdengar semakin kencang.
Aku menyeringai melihat wajah Indhira yang memerah karena malu mendengar suara percintaan dua model di film dewasa itu.
" Bagaaaasss!! Matikan ...!!"
Indhira memberiku beberapa pukulan dengan cushion sofa, membuatku tertawa senang menggodanya. Wajah cantiknya ketika memberengut itu bagiku apalah pemandangan menyenangkan.
" Matikan tivinya, Bagas!!" Masih dengan memukulku menggunakan bantal sofa.
" Kenapa, sih? Orang lagi seru juga mainnya. Tuh, lihat sampai merem melek ceweknya, hehehe ..." Sambil menyeringai, aku justru semakin bersemangat menggoda Indhira.
" Aku mau pulang saja!" Beranjak dengan menghentakkan kaki, Indhira ingin meninggalkan kamarnya.
" Mau ke mana?" Dengan gerak cepat, aku bangkit dan merentangkan kedua tanganku menghalangi Indhira.
" Aku mau pulang!!" Indhira mendorong tubuhku. Namun, aku tetap bergeming.
" Bagas!!" Terlihat cairan bening mengembun di bola matanya.
" Oke, oke, jangan menangis, dong!" Kutangkup wajah cantiknya dan kuseka air mata yang mengembun menutupi mata indahnya. Tanganku kini mengelus pipi putih mulus hingga kini menyentuh bibir ranum Indhira.
Rasanya godaan itu terus mengelitikku, hingga akhirnya kudekatkan bibirku dengan bibir Indhira. Merasakan manisnya bibir yang selama ini belum pernah kusentuh.
Selama dekat dengan beberapa wanita, hanya Indhira saja yang tidak pernah kusentuh bibirnya. Karena dia selalu menolak. Jangankan dicium bibir, dicium pipi saja dia pasti akan menolak.
" Bagas!! Kamu jangan begini!" Kembali Indhira mendorong tubuhku. Namun, tanganku sudah lebih dahulu melingkar di pinggangnya seolah enggan mendapat penolakan dari Indhira.
***
POV Indhira
Aku terkesiap saat bibir Bagas mengecup bibirnya. Tidak, ini bukan sebuah kecupan. Karena mengecup itu sebuah tindakan yang lebih didasari perasaan sayang, bukan dibumbui oleh naf su. Dan yang aku rasakan kali ini justru naf sulah yang sedang menguasai Bagas.
Bagas menyatukan bibirnya dengan bibirku. Menyesapnya dengan penuh ga irah. Aku merasa apa yang kami lakukan bukanlah ciuman yang sewajarnya anak SMA lakukan.
" Ba-Bagas, aku tidak bisa bernafas!" Aku beralasan agar Bagas tidak terus menciumku.
" Payah banget kamu, Ra. Belum apa-apa sudah kehabisan nafas." Bagas justru terkekeh mencibirku.
Aku memberengut kesal mendengar ledekan Bagas. Aku tidak pernah berpacaran sebelumnya, apalagi berciuman. Ini pertama kalinya aku melakukan itu. Bagaimana mungkin Bagas mencibirku seperti itu? Jelas saja hatiku kesal.
" Tidak usah mencebik seperti itu! Mau aku cium lagi?" Melihat aku memanyunkan bibir, Bagas justru semakin meledekku.
" Oouugghhh ... yes ...."
Suara rintihan dari televisi membuat aku terbelalak. Karena terlalu serius memukuli Bagas dengan cushion sofa, sampai tidak memperdulikan suara de sahan-de sahan yang mengganggu telingaku tadi.
Di saat aku sedang tercengang, Bagas memanfaatkannya dengan kembali menyatukan bibir kami. Bahkan kali ini dia menggigit bibirku membuatku menjerit.
" Aaawww ...!! Bagas!!" Tanganku pun refleks memukul tubuhnya.
" Makanya kalau ciuman itu jangan diam saja! Balas, dong! Aku ini sedang mencium manusia bukan boneka!" Tangan Bagas kini menangkup rahangku dengan satu tangannya.
" Buka mulutnya, coba!"
Perintah Bagas padaku, membuat keningku berkerut. Untuk apa aku membuka mulutku? Memangnya aku sedang pergi ke dokter gigi? Aku mendengus kesal.
" Cepat buka mulutnya!" paksa Bagas kembali.
Dengan terpaksa aku menuruti apa yang diminta oleh Bagas. Dan aku tersentak kaget, ketika aku membuka mulutku, Bagas langsung menyesap bibirku kembali dan memasukkan lidahnya ke mulutku.
" Lakukan seperti yang aku lakukan!" Bisiknya saat aku kebingungan dengan apa yang dilakukan Bagas kepadaku.
Aku memang bingung. Gaya ciuman apa macam ini? Memainkan lidahnya ke dalam mulutku. Apa dia tidak ji jik melakukan hal itu? Seakan bertukar saliva denganku.
Saat aku terus berpikir tiba-tiba tubuhku seakan melayang di udara karena saat ini tubuhku berada di antara lengan Bagas.
" Bagas kamu mau apa? Turunkan aku!!" Aku berontak berusaha melepaskan diri dari Bagas.
" Sssttt ...! Kamu jangan teriak-teriak! Nanti Mbok Nah curiga!" Bagas justru menyuruhku untuk tidak menimbulkan suara ribut, Padahal Bagas sendiri menyalakan televisi yang menampilkan video film dewasa dengan volume yang cukup kencang.
Bola mataku terbelalak lebar sedangkan jantungku berdegup kencang saat Bagas merebahkan tubuhku di atas tempat tidurnya. Apalagi ketika Bagas mengungkung tubuhku dan kembali menyatukan bibir kami masih penuh has rat.
Bo dohnya aku, aku sendiri tidak berani menolak apa yang diminta Bagas dariku. Hingga kini kurasakan tangan Bagas berhasil menyusup ke dalam pakaianku dan menjelajah dua bukit milikku. Aku bahkan tidak menyadari jika Bagas sudah berhasil melucuti kancing baju seragamku.
" Astaghfirullahal adzim, Bagas! Ini tidak benar! Lepaskan aku!!" Menyadari jika apa yang kami lakukan adalah salah dan suatu dosa, aku kembali menyuruh Bagas menghentikan aksinya dan menyuruh Bagas menyingkir dari atas tubuhku.
" Sekali saja, Ra. Sudah nanggung banget ini ..." Bagas seakan enggan melepasku.
" Tidak! Aku tidak mau!" Aku tetap menolak dan mencoba bangkit. Namun, Bagas seakan mengunci tubuhku, tak membiarkanku lepas darinya. Bahkan, Bagas menindih tubuhku.
Aura wajah Bagas yang kulihat saat ini bukanlah Bagas seperti biasanya. Bagas seperti sudah terpengaruh bujukan se tan, karena kembali menciumku lebih berga irah dan penuh has rat. Tangannya satu persatu menyingkirkan apa yang menghalangi tubuhku.
" Bagas, aku tidak mau!" Cairan bening menetes dari sudut mataku, karena aku tahu apa yang akan terjadi seterusnya jika Bagas masih dipengaruhi naf sunya. Aku akan kehilangan kesucianku sebagai seorang gadis remaja. Namun, air mata yang menetes di pipiku tak cukup membuat Bagas menghentikan aksinya. Dia bahkan semakin menggi la karena saat ini sedang bermain di daerah perbukitanku. Menciumi dan menyesap daerah puncakku.
Aku merutuki nasibku yang dengan bo dohnya mau mengikuti Bagas. Bukankah semestinya tadi aku menolak saat Bagas membawaku ke kamarnya. Sekarang ini aku hanya bisa menangis dan pasrah saat akhirnya Bagas merengut mahkota yang semestinya aku jaga untuk suamiku jika aku menikah nanti.
*
*
*
Bersambung ..
Happy Reading❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 172 Episodes
Comments
Yoyok Yoyok
akhirnya berhasil juga bagas merenggut kesucian indira
2023-10-18
0
Fitri Anwar ALfhyank
ketigax adlh setan
2023-07-01
0
Benazier Jasmine
makanya klo ngomong jgn dikamar ketiga nnt syetan😂😂
2023-03-30
1