Pesan untuk Arfan

"Apa kalian ada yang dihubungi oleh Lita?" tanya Arfan saat makan malam.

Riani dan Larisa saling pandang sejenak sebelum kemudian sama-sama menggeleng.

"Biasanya dia menelepon setidaknya sehari sekali. Kenapa hampir seminggu ini dia tidak menghubungi sama sekali." Afran kembali menambahkan.

"Tempo hari saya menelepon, Lita tidak menjawab. Dia chat, katanya tidak sempat mengangkat telepon karena sibuk. Tidak tahu sibuk apa," sahut Larisa kemudian. Dia juga merasa janggal kenapa beberapa hari terakhir Lalita seperti tidak terlalu merespon saat dihubungi. Padahal, biasanya justru Lalita yang hampir setiap hari menghubunginya untuk membicarakan apa saja. Mulai dari membicarakan sesuatu yang penting, sampai yang sama sekali tidak penting. Terkadang Larisa sampai jengah mendengarkan celotehan adiknya itu.

"Apa dia juga tidak menghubungimu, Riani?" tanya Arfan pada Riani.

Riani yang sebelumnya sedang tenggelam dalam pikirannya sendiri, seketika tampak langsung terkejut mendengar pertanyaan yang Arfan tujukan padanya.

"Dia juga tidak menghubungiku," sahut Riani akhirnya dengan suara pelan.

"Lalu kamu tidak berusaha untuk menghubunginya?" tanya Arfan lagi.

Riani terlihat risau. Fakta jika Lalita menemuinya dan meminta penjelasan tentang hubungan Erick dan Larisa tempo hari membuat perempuan paruh baya itu gelisah sepanjang waktu.

"Riani?" Arfan terlihat menautkan kedua alisnya melihat ekspresi gusar istrinya itu.

"Aku memang tidak sempat menghubungi Lita belakangan ini. Ada beberapa kegiatan di yayasan, jadi aku sibuk membantu di sana," sahut Riani kemudian memberikan alibi.

Arfan terlihat menghela napasnya. Dia memang telah merasa ada yang tidak beres sejak pesta anniversary Lalita dan Erick tempo hari, tapi tentu dia takm mau berpikir berlebihan.

"Risa, Erick tidak bercerita sesuatu padamu? Apa mereka bertengkar?" tanya Arfan kemudian pada Larisa.

"Erick tidak cerita apa-apa. Pa. Kami hanya membicarakan pekerjaan kalau sedang kebetulan meeting berdua," sahut Larisa. Dia selalu merasa serba salah jika papanya ini bertanya tentang Erick dan Lalita.

Sekali lagi Arfan menghela napas, kali ini helaannya terdengar agak panjang. Entah kenapa, perasaannya menjadi tidak enak. Dia jadi teringat terus pada Lalita. Namun, karena bukan kebiasaannya menghubungi putrinya itu lebih dulu, sampai sekarang dia masih menunggu Lalita menghubunginya seperti biasa.

Sementara itu, Larisa dan Riani kembali menoleh, seakan sama-sama ada yang ingin mereka ceritakan satu sama lain, tapi tak ada yang berani mengeluarkan suara.

"Aku sudah selesai," ujar Arfan kemudian sembari bangkit dari kursinya. Lelaki paruh baya itu pun meninggalkan meja makan begitu saja, tanpa menunggu Riani dan Larisa selesai makan terlebih dahulu.

Dari ruang makan, Arfan masuk ke ruang kerjanya. Dia langsung kembali duduk di meja kerja karena berniat memeriksa kembali beberapa berkas yang sebelumnya belum selesai dia periksa. Tapi karena lagi-lagi pikirannya kembali mengarah pada Lalita, Arfan pun akhirnya meletakkan kembali berkas yang hendak dia baca. Lelaki itu kemudian mengeluarkan ponselnya dan menghubungi Lalita.

"Halo, Pa." Suara Lalita langsung terdengar di seberang sana.

Ada kelegaan tak terkira di hati Arfan setelah mendengar sapaan dari putri kesayangannya itu.

"Ya, halo," sahut Arfan sembari sedikit berdehem untuk menetralkan suaranya agar terdengar biasa saja, tanpa emosi.

"Ada apa Papa menelepon?" tanya Lalita.

Arfan memang tak pernah menghubungi Lalita lebih dulu jika tidak ada sesuatu yang benar-benar penting.

"Tidak ada." sahut Arfan.

"Tumben." Lalita bergumam.

"Kamu kenapa tidak menghubungi Papa beberapa hari ini?" Arfan balik bertanya.

"Tidak ada hal yang penting, jadi menghubungi Papa mau bicara apa?"

"Bukannya selama ini kamu menghubungi Papa juga bukan karena ada sesuatu yang penting?"

Lalita terdiam sejenak.

"Iya juga. Maaf kalau mengganggu Papa," sahut Lalita akhirnya.

Arfan sedikit mengerutkan keningnya. Ada yang aneh dari Lalita, dia bisa merasakan hal itu dengan jelas.

"Kamu kenapa? Cerita sama Papa. Kamu ada masalah? Atau sedang bertengkar dengan Erick?" tanya Arfan lagi.

"Tidak. Aku dan Erick seperti biasa," sahut Lalita. Dia tidak berbohong. Dia dan Erick memang seperti biasanya, tapi tentu bukan berarti kalau hubungan mereka baik-baik saja. Dia saja yang bodoh karena baru sekarang menyadari itu semua.

"Sungguh kamu dan Erick tidak ada masalah apa-apa?" Sekali lagi Arfan bertanya.

"Tidak ada. Memangnya kenapa Papa bertanya begitu? Aku dan Erick mesti ada masalah, kah?" tanya Lalita.

"Tidak, bukan begitu. Papa cuma merasa kamu sedikit aneh setelah pesta ulang tahun pernikahanmu tempo hari."

"Aneh bagaimana? Justru aku merasa kalau sebelumnya aku tidak pernah senormal ini dalam melakukan apapun."

Arfan terdiam. Lagi-lagi dia merasa ada yang janggal dan berusaha Lalita tutupi, meski dia tak tahu itu apa.

"Kamu tidak menghubungi Papa, Mama dan Kakakmu sama sekali selama beberapa hari ini? Bukankah itu agak aneh dilakukan oleh seorang Lalita?" Arfan sedikit berseloroh untuk mencairkan suasana.

"Itu tidak aneh, Pa. Itu justru sebuah kemajuan. Selama ini, aku terlalu bergantung pada Papa, Mama dan Kak Risa. Tidak mungkin selamanya aku seperti itu, kan? Sekarang aku mulai berusaha untuk bisa mandiri dan melakukan semuanya tanpa bergantung pada siapapun. Aku berusaha untuk tidak menjadi manja lagi," sahut Lalita.

"Baguslah kalau seperti itu." Arfan akhirnya memilih untuk tak mendebat Lalita, meski tentu amsih ada yang terasa mengganjal di hatinya.

"Tapi, Lita. Papa tidak masalah kalau kamu mau terus manja pada Papa. Kamu bisa mengandalkan Papa selamanya. Bahkan jika nanti Papa sudah tidak ada, Papa akan menyiapkan segalanya agar kamu bisa mendapatkan segalanya tanpa perlu melakukan apapun lagi," ujar Arfan lagi menambahkan.

"Terima kasih, Pa. Aku sangat tahu kalau Papa sangat menyayangiku. Aku selalu bersyukur dan berterima kasih akan hal itu. Tapi lakukan seperlunya saja. Semua orang punya batas kemampuan atas apa yang bisa dia lakukan, termasuk Papa. Tolong jangan memaksakan diri hanya untuk memanjakanku. Nanti aku bisa terlena dan menjadi orang jahat tanpa aku sadari," sahut Lalita.

Arfan terkesiap. Dia tak tahu apa maksud Lalita mangatakan hal itu padanya, tapi dia yakin ada makna tersirat yang hendak putrinya itu sampaikan.

"Kenapa kamu bilang begitu? Tentu saja kamu tidak akan pernah menjadi orang jahat hanya karena Papa melakukan sesuatu untukmu," sanggah Arfan.

Lalita tak menjawab dan hanya terdengar menghela dengan agak tertahan.

"Mungkin menurut Papa begitu, tapi kenyataannya tidak seperti itu, Pa. Kalau Papa sampai menyakiti seseorang demi aku, maka Papa sudah membuatku menjadi orang jahat. Papa berharap aku bahagia dengan hal itu, tentu saja tidak. Aku tidak akan pernah bahagia jika seandainya apa yang Papa berikan padaku adalah hasil dari merampas milik orang lain ...."

"Kamu bicara apa, Lita?" tanya Arfan keheranan. Dia merasa seolah putrinya ini mengetahui tentang sesuatu.

"Tidak ada. Aku cuma berandai-andai," sahut Lalita.

"Oh, iya, aku mesti menyelesaikan sesuatu. Sudah dulu, ya, Pa. Nanti kalau sudah selesai, aku akan menghubungi Papa lagi," ujar Lalita lagi sebelum kemudian memutus sambungan telepon.

Arfan hanya tercenung memandangi ke arah layar ponselnya. Kini dia tersadar sepenuhnya, ada sesuatu yang amat sangat krusial terjadi pada putrinya itu.

Bersambung ....

Terpopuler

Comments

Reni Ajja Dech

Reni Ajja Dech

💪💪💪💪💪💪💪💪💪💪💪💪👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍Lita

2024-02-12

5

Nova Yuliati

Nova Yuliati

terlalu sayang anak jadinya arfan sedikit egois

2023-01-26

0

Alda Yunita Triadi

Alda Yunita Triadi

up thor

2023-01-19

0

lihat semua
Episodes
1 Kejutan di Hari Anniversary
2 Hanya Sandiwara
3 Terakhir Kalinya
4 Berubah
5 Peringatan dari Arfan
6 Alasan dari Semua Kebencian
7 Berusaha Tegar
8 Meminta Penjelasan
9 Kecewa
10 Sebenarnya, Kenapa Dia?
11 Sesuatu yang paling Diinginkan
12 Sebuah Keputusan
13 Meminta Bantuan
14 Pesan untuk Arfan
15 Isi Hati Lalita
16 Panik
17 Anugerah Sekaligus Kutukan
18 Langkah Pertama
19 Surat dari Lalita
20 Pilu
21 Semakin Kacau
22 Tabir yang Tersingkap
23 Keluarga Palsu
24 Akhiri Semuanya
25 Maafkan Aku Karena Memisahkan Kalian
26 Hati yang Tulus
27 Sesal
28 Persidangan Pertama
29 Akhir dari Rasa
30 Meninggalkan Semuanya
31 Kasih Sayang yang Salah
32 Sekali Ini Saja
33 Tak Lagi Memiliki Kesempatan
34 Ternyata Arfan Tahu
35 Bukan Kasih Sayang, Tapi Racun!
36 Harapan di Balik Sikap Membangkang
37 Resmi Menjadi Mantan Suami
38 Salam Perpisahan
39 Kabar dari Arfan
40 Nasihat Riani
41 Tindakan yang Riani Ambil
42 Dia Berhak Tahu
43 Hal yang Tak Mungkin Terjadi
44 Hukuman Dimulai
45 Tekad Baru
46 Kenyataan Pahit untuk Erick
47 Rumpi dulu yuk, Gaessss
48 Menjadi Lebih Dewasa
49 Menyadari Kesalahan
50 Pengumuman
51 Pengumuman
52 Sebuah Tamparan
53 Gadis Tanpa Rahim
54 Bukan Keluarga Palsu
55 Pergilah, Erick ... Jangan Kembali Lagi ....
56 Tak Ada Jalan Kembali
57 Sebuah Perubahan Kecil
58 Pendosa yang Memohon Pengampunan
59 Riani dan Arfan
60 Kembali Utuh
61 Permintaan Maaf Arfan
62 Terima Kasih, Lita ....
63 Impian yang Tertunda
64 Mengikhlaskan
65 Sesal
66 Lelaki Luar Biasa
67 The Broken Ring
68 Kalandra Ingin Bulan Madu
69 Layu Sebelum Berkembang
70 Berusaha Menerima Kenyataan
71 Rahasia Zayn
72 Impian dan Pengharapan
73 Atmosfer yang Berubah
74 Percayalah Padaku
75 Pengakuan Tak Terduga
76 Hai-hai ....
77 Aku Mencintaimu, Zayn
78 Kak Shelin dan Kalandra
79 Jodoh Terbaik
80 Harapan Lalita
81 Akan Indah Pada Waktunya (End)
82 Sudah Rilis
Episodes

Updated 82 Episodes

1
Kejutan di Hari Anniversary
2
Hanya Sandiwara
3
Terakhir Kalinya
4
Berubah
5
Peringatan dari Arfan
6
Alasan dari Semua Kebencian
7
Berusaha Tegar
8
Meminta Penjelasan
9
Kecewa
10
Sebenarnya, Kenapa Dia?
11
Sesuatu yang paling Diinginkan
12
Sebuah Keputusan
13
Meminta Bantuan
14
Pesan untuk Arfan
15
Isi Hati Lalita
16
Panik
17
Anugerah Sekaligus Kutukan
18
Langkah Pertama
19
Surat dari Lalita
20
Pilu
21
Semakin Kacau
22
Tabir yang Tersingkap
23
Keluarga Palsu
24
Akhiri Semuanya
25
Maafkan Aku Karena Memisahkan Kalian
26
Hati yang Tulus
27
Sesal
28
Persidangan Pertama
29
Akhir dari Rasa
30
Meninggalkan Semuanya
31
Kasih Sayang yang Salah
32
Sekali Ini Saja
33
Tak Lagi Memiliki Kesempatan
34
Ternyata Arfan Tahu
35
Bukan Kasih Sayang, Tapi Racun!
36
Harapan di Balik Sikap Membangkang
37
Resmi Menjadi Mantan Suami
38
Salam Perpisahan
39
Kabar dari Arfan
40
Nasihat Riani
41
Tindakan yang Riani Ambil
42
Dia Berhak Tahu
43
Hal yang Tak Mungkin Terjadi
44
Hukuman Dimulai
45
Tekad Baru
46
Kenyataan Pahit untuk Erick
47
Rumpi dulu yuk, Gaessss
48
Menjadi Lebih Dewasa
49
Menyadari Kesalahan
50
Pengumuman
51
Pengumuman
52
Sebuah Tamparan
53
Gadis Tanpa Rahim
54
Bukan Keluarga Palsu
55
Pergilah, Erick ... Jangan Kembali Lagi ....
56
Tak Ada Jalan Kembali
57
Sebuah Perubahan Kecil
58
Pendosa yang Memohon Pengampunan
59
Riani dan Arfan
60
Kembali Utuh
61
Permintaan Maaf Arfan
62
Terima Kasih, Lita ....
63
Impian yang Tertunda
64
Mengikhlaskan
65
Sesal
66
Lelaki Luar Biasa
67
The Broken Ring
68
Kalandra Ingin Bulan Madu
69
Layu Sebelum Berkembang
70
Berusaha Menerima Kenyataan
71
Rahasia Zayn
72
Impian dan Pengharapan
73
Atmosfer yang Berubah
74
Percayalah Padaku
75
Pengakuan Tak Terduga
76
Hai-hai ....
77
Aku Mencintaimu, Zayn
78
Kak Shelin dan Kalandra
79
Jodoh Terbaik
80
Harapan Lalita
81
Akan Indah Pada Waktunya (End)
82
Sudah Rilis

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!