Berusaha Tegar

Lalita duduk di kursi ruang tunggu sebuah rumah sakit, tampak sedang mengantri untuk melakukan pemeriksaan di poli obgyn. Hari ini, Lalita memang hendak memeriksakan kandungannya seperti yang sebelumnya sudah dia rencanakan. Bedanya, jika dalam rencananya dia hendak mengajak Erick untuk melihat secara langsung kondisi calon anak mereka, tapi yang terjadi sekarang, dia hanya datang seorang diri saja. Tentu saja Erick tidak ada

Sejak tadi Lalita termenung sendiri.

"Tidak apa-apa, Lita. Tidak masalah, kamu bisa melakukan semuanya sendiri," gumam dalam hati sembari menghela nafas pelan. Sekuat tenaga dia berusaha membesarkan hatinya atas apa yang tengah dihadapinya saat ini.

Namun, meski telah berusaha untuk kuat, tetap saja Lalita adalah seorang perempuan yang membutuhkan bahu suaminya sebagai tempat bersandar. Terlebih dalam keadaan sedang berbadan dua seperti sekarang ini. Melihat para perempuan lain yang datang memeriksakan kehamilan mereka dengan didampingi oleh suami masing-masing, mau tak mau hati Lalita pun menjadi terasa begitu ngilu.

"Sayang, kamu tunggu di sini dulu, ya. Aku mau ke toilet sebentar," ujar seorang lelaki pada istrinya yang juga ikut menunggu antrian seperti Lalita.

Tanpa sadar, ekor mata Lalita melirik ke arah sumber suara.

"Jangan lama-lama, ya," sahut si istri dengan nada yang terdengar agak manja. Perutnya sudah lumayan besar, yang menunjukan jika usia kehamilannya sudah lumayan tua.

"Iya, tentu saja. Aku tidak akan lama," ujar suami perempuan itu lagi sembari mengusap lembut pucuk kepala istrinya. Setelah itu, barulah dia bangkit dan berlalu menuju ke toilet.

Bibir Lalita sedikit menipis menyaksikan interaksi pasangan tersebut. Terlihat sangat jelas kalau mereka pasangan yang saling mencintai satu sama lain. Pancaran sorot mata keduanya yang terlihat begitu hangat saat saling bertatapan.

Lalita pun menunduk. Selama dua tahun ini, dia selalu menatap ke arah Erick seperti itu, hangat dan penuh cinta. Tapi tak pernah sekali pun lelaki itu membalas tatapannya dengan sorot yang sama. Lalu dengan naifnya Lalita mengira jika Erick hanya tak pandai mengekspresikan perasaannya saja. Sekarang baru dia sadari jika sejak awal memang tak pernah ada cinta untuknya, karena semua rasa yang Erick miliki hanya tertuju pada Larisa saja.

Perasaan Lalita terasa ngilu setiap kali teringat akan fakta itu. Namun, sebisa mungkin dia berusaha untuk tak tenggelam dalam kesedihan di hatinya, mengingat saat ini ada calon kehidupan yang bersemayam di dalam perutnya. Bagian dari dirinya yang harus dia jaga.

Demi menghibur diri, Lalita pun kembali menoleh ke arah perempuan yang barusan ditinggal ke toilet oleh suaminya itu.

"Sudah berapa bulan, Mbak?" tanya Lalita sembari tersenyum ramah.

Perempuan itu menoleh dan langsung balas tersenyum.

"Sudah tujuh bulan." Dia menjawab sembari mengusap lembut perutnya yang membulat.

"Berarti sudah tidak lama lagi bayinya akan lahir," ujar Lalita lagi.

Perempuan itu mengangguk mengiyakan. "Mbak sendiri sudah berapa bulan? Sepertinya baru isi?"

Berganti Lalita juga yang mengangguk.

"Kalau tidak salah menghitung, baru lima minggu." Lalita menyahut. Sudah seminggu sejak tempo hari dia dinyatakan hamil empat minggu. Berarti menurut perhitungannya, janin dalam kandungannya sudah berusia lima minggu.

"Wah, sedang susah-susahnya itu. Saya tempo hari sampai harus dirawat di rumah sakit waktu awal-awal hamil." Perempuan itu menanggapi.

"Oh ya?"

"Iya. Saya muntah-muntah parah, sampai minum air putih pun tidak bisa, makanya mesti diinfus untuk mendapatkan nutrisi." Perempuan itu menerangkan.

"Oh ..." Lalita bergumam.

Meski hamil muda, Lalita tidak merasakan seperti yang perempuan itu katakan. Belakangan tubuhnya memang terasa lemas dan perutnya terkadang agak mual, tapi tak sampai muntah-muntah juga. Sewaktu hampir pingsan tempo hari pun, hal itu terjadi karena dirinya yang terlalu kelelahan menyiapkan pesta ulang tahun pernikahan. Lalu setelah beristirahat seharian, kondisi tubuhnya segera menjadi baik kembali.

Mungkin calon anak yang akan yang ada dalam kandungan Lalita tak ingin membuat ibunya semakin kesulitan, mengingat situasi yang di hadapi Lalita saat ini sudah cukup buruk. Bahkan, untuk memberitahukan kehamilannya pada orang-orang terdekatnya pun Lalita masih enggan, karena itu pasti akan membuat Erick juga mengetahui tentang kehamilannya.

"Kalau dilihat-lihat, sepertinya Mbak tidak punya kendala meskipun sedang dalam masa ngidam." Ucapan perempuan tadi kembali membuyarkan pikiran Lalita.

"Iya, memang tidak ada. Badan saya cuma terkadang lemas dan gampang lelah. Perut saja juga kadang terasa mual tapi hanya sebatas itu saja," sahut Lalita.

"Bagus itu. Saya juga kalau bisa, maunya seperti itu saja, jangan sampai dirawat di rumah sakit. Kasihan suami saya," ujar perempuan itu lagi.

"Suami Mbak siaga sekali kelihatannya." Lalita kembali menanggapi dengan agak berseloroh.

"Iya. Maklum, Mbak. Ini anak pertama kami. Suami saya benar-benar merasa senang dan bersemangat karena mau menjadi seorang ayah untuk yang pertama kalinya." Perempuan itu berujar lagi sembari tersenyum. Senyum yang terlihat begitu bahagia.

Lalita juga ikut tersenyum, tapi ada sudut hatinya yang terasa begitu nyeri. Tanpa sadar, tangannya terulur mengusap perutnya yang masih rata. Akankah Erick juga merasa senang jika seandainya Lalita memberitahukan prihal kehamilannya? Rasanya tidak mungkin. Kalau mengingat semua yang diucapkan lelaki itu pada Larisa di malam anniversary mereka, jelas Erick tak akan menerima kehamilan Lalita sebagai sesuatu yang membahagiakan.

"Ngomong-ngomong, Mbak datang ke sini sendirian saja, ya?" Lagi-lagi suara perempuan tadi membuyarkan isi kepala Lalita.

"Ah, iya." Lalita terlihat sedikit tergagap. "Suami saya sedang bekerja ...."

"Suami saya juga sebenarnya harus bekerja, tapi dia bersikeras untuk mengambil cuti supaya bisa mengantar saya."

Lalita tersenyum pahit.

"Suami saya tidak bisa cuti, jadinya saya terpaksa datang sendiri."

"Tidak apa-apa, Mbak. Semoga jadwal pemeriksaan selanjutnya, suami Mbak bisa mengantar Mbak." Perempuan itu kembali tersenyum ke arah Lalita.

"Iya, mudah-mudahan saja." Lalita menanggapi. Hatinya terasa semakin pedih, tapi tentu semua itu harus dia tahan. Dia harus terbiasa menghadapi semua ini dan menerima kenyataan jika harus hamil tanpa dukungan serta kasih sayang seorang suami. Dia harus kuat demi calon anaknya.

Tak berapa lama kemudian, suami perempuan tadi kembali dari toilet. Bersamaan dengan itu, giliran mereka masuk ke ruangan poli obgyn pun tiba.

"Saya duluan ke dalam, ya, Mbak," pamit perempuan itu pada Lalita.

Lalita hanya mengangguk sembari tersenyum. Dalam hati dia merasa iri saat melihat betapa erat tangan suami perempuan itu menggenggam jemari istrinya. Perlakuan sederhana namun terasa begitu istimewa dan juga mahal bagi Lalita. Seumur hidupnya, sepertinya dia tak akan pernah mendapatkan perlakuan sehangat itu dari Erick.

"Tidak apa-apa, Nak. Papamu mungkin tidak bisa berada di sisimu. Tapi kamu jangan khawatir, masih ada Mama yang akan selalu ada bersamamu. Mama akan memastikan kalau kamu tidak akan kekurangan cinta dan kasih sayang." Lalita bermonolog dalam hati sembari kembali mengusap perutnya dengan lembut. Dia berusaha untuk tegar demi calon anaknya.

Bersambung ....

Terpopuler

Comments

Ayu sutriani

Ayu sutriani

iya lita naif, smpai tak tau duluny kk ny suka erick/Sob/

2024-02-28

2

Em Mooney

Em Mooney

hmm... sabar y lita

2024-01-02

0

MaMa INa

MaMa INa

beda banget thor sama cerita di sebelah (zetta keenan) yang ini perlahan mengalir dan kita pembaca sangat terbuai dengan alurnya.

2023-03-08

1

lihat semua
Episodes
1 Kejutan di Hari Anniversary
2 Hanya Sandiwara
3 Terakhir Kalinya
4 Berubah
5 Peringatan dari Arfan
6 Alasan dari Semua Kebencian
7 Berusaha Tegar
8 Meminta Penjelasan
9 Kecewa
10 Sebenarnya, Kenapa Dia?
11 Sesuatu yang paling Diinginkan
12 Sebuah Keputusan
13 Meminta Bantuan
14 Pesan untuk Arfan
15 Isi Hati Lalita
16 Panik
17 Anugerah Sekaligus Kutukan
18 Langkah Pertama
19 Surat dari Lalita
20 Pilu
21 Semakin Kacau
22 Tabir yang Tersingkap
23 Keluarga Palsu
24 Akhiri Semuanya
25 Maafkan Aku Karena Memisahkan Kalian
26 Hati yang Tulus
27 Sesal
28 Persidangan Pertama
29 Akhir dari Rasa
30 Meninggalkan Semuanya
31 Kasih Sayang yang Salah
32 Sekali Ini Saja
33 Tak Lagi Memiliki Kesempatan
34 Ternyata Arfan Tahu
35 Bukan Kasih Sayang, Tapi Racun!
36 Harapan di Balik Sikap Membangkang
37 Resmi Menjadi Mantan Suami
38 Salam Perpisahan
39 Kabar dari Arfan
40 Nasihat Riani
41 Tindakan yang Riani Ambil
42 Dia Berhak Tahu
43 Hal yang Tak Mungkin Terjadi
44 Hukuman Dimulai
45 Tekad Baru
46 Kenyataan Pahit untuk Erick
47 Rumpi dulu yuk, Gaessss
48 Menjadi Lebih Dewasa
49 Menyadari Kesalahan
50 Pengumuman
51 Pengumuman
52 Sebuah Tamparan
53 Gadis Tanpa Rahim
54 Bukan Keluarga Palsu
55 Pergilah, Erick ... Jangan Kembali Lagi ....
56 Tak Ada Jalan Kembali
57 Sebuah Perubahan Kecil
58 Pendosa yang Memohon Pengampunan
59 Riani dan Arfan
60 Kembali Utuh
61 Permintaan Maaf Arfan
62 Terima Kasih, Lita ....
63 Impian yang Tertunda
64 Mengikhlaskan
65 Sesal
66 Lelaki Luar Biasa
67 The Broken Ring
68 Kalandra Ingin Bulan Madu
69 Layu Sebelum Berkembang
70 Berusaha Menerima Kenyataan
71 Rahasia Zayn
72 Impian dan Pengharapan
73 Atmosfer yang Berubah
74 Percayalah Padaku
75 Pengakuan Tak Terduga
76 Hai-hai ....
77 Aku Mencintaimu, Zayn
78 Kak Shelin dan Kalandra
79 Jodoh Terbaik
80 Harapan Lalita
81 Akan Indah Pada Waktunya (End)
82 Sudah Rilis
Episodes

Updated 82 Episodes

1
Kejutan di Hari Anniversary
2
Hanya Sandiwara
3
Terakhir Kalinya
4
Berubah
5
Peringatan dari Arfan
6
Alasan dari Semua Kebencian
7
Berusaha Tegar
8
Meminta Penjelasan
9
Kecewa
10
Sebenarnya, Kenapa Dia?
11
Sesuatu yang paling Diinginkan
12
Sebuah Keputusan
13
Meminta Bantuan
14
Pesan untuk Arfan
15
Isi Hati Lalita
16
Panik
17
Anugerah Sekaligus Kutukan
18
Langkah Pertama
19
Surat dari Lalita
20
Pilu
21
Semakin Kacau
22
Tabir yang Tersingkap
23
Keluarga Palsu
24
Akhiri Semuanya
25
Maafkan Aku Karena Memisahkan Kalian
26
Hati yang Tulus
27
Sesal
28
Persidangan Pertama
29
Akhir dari Rasa
30
Meninggalkan Semuanya
31
Kasih Sayang yang Salah
32
Sekali Ini Saja
33
Tak Lagi Memiliki Kesempatan
34
Ternyata Arfan Tahu
35
Bukan Kasih Sayang, Tapi Racun!
36
Harapan di Balik Sikap Membangkang
37
Resmi Menjadi Mantan Suami
38
Salam Perpisahan
39
Kabar dari Arfan
40
Nasihat Riani
41
Tindakan yang Riani Ambil
42
Dia Berhak Tahu
43
Hal yang Tak Mungkin Terjadi
44
Hukuman Dimulai
45
Tekad Baru
46
Kenyataan Pahit untuk Erick
47
Rumpi dulu yuk, Gaessss
48
Menjadi Lebih Dewasa
49
Menyadari Kesalahan
50
Pengumuman
51
Pengumuman
52
Sebuah Tamparan
53
Gadis Tanpa Rahim
54
Bukan Keluarga Palsu
55
Pergilah, Erick ... Jangan Kembali Lagi ....
56
Tak Ada Jalan Kembali
57
Sebuah Perubahan Kecil
58
Pendosa yang Memohon Pengampunan
59
Riani dan Arfan
60
Kembali Utuh
61
Permintaan Maaf Arfan
62
Terima Kasih, Lita ....
63
Impian yang Tertunda
64
Mengikhlaskan
65
Sesal
66
Lelaki Luar Biasa
67
The Broken Ring
68
Kalandra Ingin Bulan Madu
69
Layu Sebelum Berkembang
70
Berusaha Menerima Kenyataan
71
Rahasia Zayn
72
Impian dan Pengharapan
73
Atmosfer yang Berubah
74
Percayalah Padaku
75
Pengakuan Tak Terduga
76
Hai-hai ....
77
Aku Mencintaimu, Zayn
78
Kak Shelin dan Kalandra
79
Jodoh Terbaik
80
Harapan Lalita
81
Akan Indah Pada Waktunya (End)
82
Sudah Rilis

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!