Langkah Pertama

Larisa terbangun dengan kepala yang berat, tapi tetap dia paksakan turun dari atas tempat tidur. Bergegas dia masuk ke dalam kamar mandi dan membersihkan diri karena harus segera pergi bekerja. Saat telah keluar dari kamar mandi dengan tubuh yang lebih segar, barulah dia teringat jika hari itu adalah hari libur. Gadis itu pun urung mengambil pakaian kerja dari dalam lemari, lalu beralih mengambil satu stel pakaian rumahan dan segera mengenakannya.

Dengan langkah gontai, Larisa keluar dari dalam kamarnya untuk turun ke lantai bawah. Namun, belum juga mencapai tangga, langkahnya seketika terhenti di depan sebuah kamar yang dulunya adalah kamar Lalita. Entah kenapa, dia seperti terhipnotis hingga tanpa sadar masuk ke dalam kamar tersebut.

Larisa memandangi setiap sudut kamar, sebelum akhirnya duduk di pinggiran tempat tidur. Dulu ini adalah kamar miliknya. Tapi karena Lalita menginginkannya, Larisa pun mesti menyerahkan kamar tersebut pada sang adik, meski telah bersusah payah mendekorasi interior kamar sesuai dengan seleranya.

Kamar yang dimiliki Lalita kala itu tentu saja jauh lebih besar dan mewah daripada yang diberikan Arfan pada Larisa. Lalita meminta kamarnya dihiasi berbagai macam pernak-pernik ala negeri dongeng, sedangkan Larisa yang mulai beranjak remaja tak lagi menyukai hal kekanakan semacam itu. Dia menata kamarnya dengan gaya minimalis yang simpel, tapi nyaman. Kenyamanan yang pada akhirnya membuat Lalita juga merasa betah dan tak mau lagi menghuni kamarnya sendiri.

Lalita kecil memang manja dan akan sangat mudah merajuk jika keinginannya tak dipenuhi. Semua itu tak lain karena semua orang mempelakukannya dengan istimewa. Salah satu sifat jeleknya adalah seringkali menginginkan sesuatu milik orang lain meski dia sendiri sudah memilikinya.

"Kak Risa, boneka Kakak lucu. Aku belum punya yang warnanya seperti ini. Ini buatku saja."

"Kak, pita rambut Kakak kok bagus sekali. Buatku, ya?"

"Ini komik edisi terbatas. Kakak dapat dari mana? Aku sudah lama pengen beli, tapi tidak pernah kebagian. Buat aku saja, ya, Kak. Nanti Kakak bisa beli yang baru."

"Kak Risa, gaun ini sepertinya lebih cocok kalau aku yang pakai. Kakak pesan gaun lain saja, ya. Aku mau pakai yang ini."

Rengekan seperti itu hampir setiap saat Larisa dengar dan tak akan berhenti sebelum Lalita mendapatkan apa yang dia mau. Larisa hampir tak pernah benar-benar memiliki barang-barangnya, meski itu didapat dari hasil kerja kerasnya sendiri. Jika Lalita melihat, maka gadis itu akan menginginkannya. Tentu dia tak punya pilihan selain memberikannya pada Lalita sembari tersenyum, seakan hal tersebut bukanlah masalah.

Semua itu hanyalah sebagian kecil dari ingatan Larisa tentang Lalita. Terkadang, ada kalanya Larisa merasa marah dan terima karena harus selalu mengalah. Tapi dia selalu diingatkan seperti apa posisinya di rumah itu. Arfan membawa dirinya dan sang mama tak lain karena membutuhkan figur seorang ibu dan saudara untuk Lalita. Larisa mesti menahan setiap tingkah menyebalkan yang selalu Lalita tunjukkan padanya jika ingin semuanya baik-baik saja.

Namun, dari semua itu. Kehilangan kasih sayang sang mama adalah hal yang paling menyakitkan untuk Larisa. Riani benar-benar menjelma menjadi sosok ibu yang sempurna bagi Lalita, tapi tidak untuk dirinya. Setiap kali Lalita menangis, tangan Riani tak akan segan memberikan pukulan padanya, seolah setiap tangis Lalita, dirinyalah yang menjadi penyebab semua itu. Bahkan, saat dia dan Lalita sama-sama sakit, Riani akan sibuk menjaga Lalita saja, sedangkan dirinya hanya diberi obat dan diminta untuk beristirahat saja.

Sekali lagi, Larisa sadar jika hal itu memang yang seharusnya Riani lakukan. Itulah alasan kenapa mereka dibawa ke rumah ini. Karenanya, Larisa tak pernah sekalipun protes meski seringkali hatinya menjerit. Arfan ingin memberikan Lalita keluarga utuh yang penuh dengan kasih sayang, makanya Larisa dan Riani dihadirkan oleh lelaki tersebut di hadapan Lalita, meski dengan cara yang kurang tepat.

Umur Lalita baru dua tahun saat Larisa dan Riani pertama kali datang. Bocah yang baru saja kehilangan ibu kandungnya itu melangkah tertatih-tatih menghampiri Riani sembari memanggil perempuan itu mama. Hal itu tak lain karena Riani memiliki wajah yang mirip dengan mendiang ibu kandungnya yang meninggal mendadak karena sebuah kecelakaan. Sejak saat itu, Riani dan Larisa pun menjelma menjadi ibu dan kakak yang selalu ada untuk Lalita, tanpa Lalita tahu jika kedua orang tersebut tak memiliki ikatan apa-apa dengannya.

Larisa memejamkan matanya, lalu menghela nafas panjang. Sejatinya dia tak membenci Lalita, terlebih semakin dewasa, sikap buruk Lalita semakin berkurang. Hanya saja, seringkali kenangan menyesakkan itu datang dan membuatnya tak bisa lepas dari belenggu masa lalu. Belenggu yang terus membuatnya tersiksa, di manapun dia berada.

Sementara itu, di tempat yang berbeda, Lalita tampak baru saja selesai memasukkan barang-barangnya ke dalam kopernya. Dia lalu mandi dan berganti pakaian, kemudian meraih ponselnya untuk menghubungi seseorang.

"Om Hendro, surat panggilan dari Pengadilan Agama untuk Erick sudah datang. Sekali lagi, saya minta tolong supaya Om bisa membantu mengurus proses perceraian saya tanpa membuat orang-orang heboh. Saya tidak akan hadir nanti. Saya akan serahkan semuanya pada Om. Untuk urusan Papa, Om jangan khawatir, saya akan urus itu. Sekarang saya mau pergi dulu ke suatu tempat selama beberapa hari. Mungkin nomor ponsel saya tidak akan aktif untuk sementara." Lalita akhirnya mengirimkan voice note pada Hedro karena lelaki tersebut tak kunjung menjawab panggilannya.

Lalita menyimpan ponselnya kembali, kemudian meraih amplop yang sebelumnya dia ambil dari kotak surat di halaman rumahnya. Amplop yang tertera logo Pengadilan Agama dan menyertakan nama Erick sebagai penerimanya. Dia meletakkan amplop tersebut ke atas nakas bersama dengan sebuah surat yang dia tulis sendiri. Setelah itu, Lalita akhirnya keluar dari kamarnya sembari menyeret sebuah koper. Dia pergi tanpa diketahui oleh siapapun, termasuk oleh asisten rumah tangga di rumahnya yang saat ini sedang sibuk di dapur.

Tak lama kemudian, Erick turun dari lantai atas, bersamaan dengan Bu Risnah yang telah selesai membuat sarapan dan menatanya di atas meja makan.

"Lita belum bangun?" tanya Erick pada Bu Risnah sembari mengisi piringnya dengan nasi goreng seafood yang perempuan paruh baya itu siapkan.

"Sudah, kok, Tuan. Tadi Nyonya sudah pergi ke halaman malah, tapi sepertinya balik ke kamar lagi," sahut Bu Risnah.

"Tolong panggilkan dia. Dia mesti sarapan," pinta Erick. Padahal itu hanya alasan agar dia bisa melihat wajah istrinya itu.

Bu Risnah mengiyakan, kemudian berlalu dari hadapan Erick. Namun, tak lama, perempuan paruh baya itu kembali dengan tergopoh-gopoh sembari memasang wajah panik.

"Nyonya tidak ada di kamarnya, Tuan. Sebagian barang-barang pribadinya juga sudah tidak ada di kamar," ujar Bu Risnah memberitahu.

"Apa?" Erick terlihat mengerutkan keningnya.

""Nyonya ... Nyonya meninggalkan ini di kamarnya. Sepertinya ini untuk Tuan," ujar Bu Risnah lagi sembari menyerahkan dua buah amplop yang dia temukan di kamar Lalita.

Bersambung ....

Terpopuler

Comments

⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️

⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️

jadi kasian sama Risa ...
bahkan mama kandung nya pun memperlakukan berbeda .... 😢

2024-05-02

2

⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️

⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️

ish ish ... ada yg pengen memandang wajah seseorang... 🤭

2024-05-02

0

Ayu sutriani

Ayu sutriani

kasian risa,dya korban asliny sm erick,skoga lita pny pikiran dewas skrng/Sleep/

2024-02-29

0

lihat semua
Episodes
1 Kejutan di Hari Anniversary
2 Hanya Sandiwara
3 Terakhir Kalinya
4 Berubah
5 Peringatan dari Arfan
6 Alasan dari Semua Kebencian
7 Berusaha Tegar
8 Meminta Penjelasan
9 Kecewa
10 Sebenarnya, Kenapa Dia?
11 Sesuatu yang paling Diinginkan
12 Sebuah Keputusan
13 Meminta Bantuan
14 Pesan untuk Arfan
15 Isi Hati Lalita
16 Panik
17 Anugerah Sekaligus Kutukan
18 Langkah Pertama
19 Surat dari Lalita
20 Pilu
21 Semakin Kacau
22 Tabir yang Tersingkap
23 Keluarga Palsu
24 Akhiri Semuanya
25 Maafkan Aku Karena Memisahkan Kalian
26 Hati yang Tulus
27 Sesal
28 Persidangan Pertama
29 Akhir dari Rasa
30 Meninggalkan Semuanya
31 Kasih Sayang yang Salah
32 Sekali Ini Saja
33 Tak Lagi Memiliki Kesempatan
34 Ternyata Arfan Tahu
35 Bukan Kasih Sayang, Tapi Racun!
36 Harapan di Balik Sikap Membangkang
37 Resmi Menjadi Mantan Suami
38 Salam Perpisahan
39 Kabar dari Arfan
40 Nasihat Riani
41 Tindakan yang Riani Ambil
42 Dia Berhak Tahu
43 Hal yang Tak Mungkin Terjadi
44 Hukuman Dimulai
45 Tekad Baru
46 Kenyataan Pahit untuk Erick
47 Rumpi dulu yuk, Gaessss
48 Menjadi Lebih Dewasa
49 Menyadari Kesalahan
50 Pengumuman
51 Pengumuman
52 Sebuah Tamparan
53 Gadis Tanpa Rahim
54 Bukan Keluarga Palsu
55 Pergilah, Erick ... Jangan Kembali Lagi ....
56 Tak Ada Jalan Kembali
57 Sebuah Perubahan Kecil
58 Pendosa yang Memohon Pengampunan
59 Riani dan Arfan
60 Kembali Utuh
61 Permintaan Maaf Arfan
62 Terima Kasih, Lita ....
63 Impian yang Tertunda
64 Mengikhlaskan
65 Sesal
66 Lelaki Luar Biasa
67 The Broken Ring
68 Kalandra Ingin Bulan Madu
69 Layu Sebelum Berkembang
70 Berusaha Menerima Kenyataan
71 Rahasia Zayn
72 Impian dan Pengharapan
73 Atmosfer yang Berubah
74 Percayalah Padaku
75 Pengakuan Tak Terduga
76 Hai-hai ....
77 Aku Mencintaimu, Zayn
78 Kak Shelin dan Kalandra
79 Jodoh Terbaik
80 Harapan Lalita
81 Akan Indah Pada Waktunya (End)
82 Sudah Rilis
Episodes

Updated 82 Episodes

1
Kejutan di Hari Anniversary
2
Hanya Sandiwara
3
Terakhir Kalinya
4
Berubah
5
Peringatan dari Arfan
6
Alasan dari Semua Kebencian
7
Berusaha Tegar
8
Meminta Penjelasan
9
Kecewa
10
Sebenarnya, Kenapa Dia?
11
Sesuatu yang paling Diinginkan
12
Sebuah Keputusan
13
Meminta Bantuan
14
Pesan untuk Arfan
15
Isi Hati Lalita
16
Panik
17
Anugerah Sekaligus Kutukan
18
Langkah Pertama
19
Surat dari Lalita
20
Pilu
21
Semakin Kacau
22
Tabir yang Tersingkap
23
Keluarga Palsu
24
Akhiri Semuanya
25
Maafkan Aku Karena Memisahkan Kalian
26
Hati yang Tulus
27
Sesal
28
Persidangan Pertama
29
Akhir dari Rasa
30
Meninggalkan Semuanya
31
Kasih Sayang yang Salah
32
Sekali Ini Saja
33
Tak Lagi Memiliki Kesempatan
34
Ternyata Arfan Tahu
35
Bukan Kasih Sayang, Tapi Racun!
36
Harapan di Balik Sikap Membangkang
37
Resmi Menjadi Mantan Suami
38
Salam Perpisahan
39
Kabar dari Arfan
40
Nasihat Riani
41
Tindakan yang Riani Ambil
42
Dia Berhak Tahu
43
Hal yang Tak Mungkin Terjadi
44
Hukuman Dimulai
45
Tekad Baru
46
Kenyataan Pahit untuk Erick
47
Rumpi dulu yuk, Gaessss
48
Menjadi Lebih Dewasa
49
Menyadari Kesalahan
50
Pengumuman
51
Pengumuman
52
Sebuah Tamparan
53
Gadis Tanpa Rahim
54
Bukan Keluarga Palsu
55
Pergilah, Erick ... Jangan Kembali Lagi ....
56
Tak Ada Jalan Kembali
57
Sebuah Perubahan Kecil
58
Pendosa yang Memohon Pengampunan
59
Riani dan Arfan
60
Kembali Utuh
61
Permintaan Maaf Arfan
62
Terima Kasih, Lita ....
63
Impian yang Tertunda
64
Mengikhlaskan
65
Sesal
66
Lelaki Luar Biasa
67
The Broken Ring
68
Kalandra Ingin Bulan Madu
69
Layu Sebelum Berkembang
70
Berusaha Menerima Kenyataan
71
Rahasia Zayn
72
Impian dan Pengharapan
73
Atmosfer yang Berubah
74
Percayalah Padaku
75
Pengakuan Tak Terduga
76
Hai-hai ....
77
Aku Mencintaimu, Zayn
78
Kak Shelin dan Kalandra
79
Jodoh Terbaik
80
Harapan Lalita
81
Akan Indah Pada Waktunya (End)
82
Sudah Rilis

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!