Sebuah Keputusan

Erick bekerja dengan perasaan gamang. Sikap Lalita benar-benar telah berubah sejak dia pulang secara mendadak dari pesta anniversary malam itu. Awalnya, Erick pikir Lalita hanya sedang merajuk karena ada hal yang tak sesuai dengan keinginannya. Tak akan lama, sikapnya pasti akan membaik dengan sendirinya, seperti sebelum-sebelumnya. Tapi ini sudah beberapa hari. Bukannya membaik, Lalita malah melakukan sesuatu yang tak terduga seperti pindah kamar secara tiba-tiba.

Tidak mungkin Lalita berubah seperti itu jika tak ada penyebabnya. Dua tahun hidup bersama, membuat Erick sedikit banya tahu seperti apa karakter istrinya itu. Lalita adalah tipe orang yang tidak betah marah berlama-lama. Meski terlihat sangat kesal saat ada sesuatu yang dinilainya salah, tapi kekesalannya itu paling hanya bertahan selama beberapa saat saja. Tak pernah sampai berjam-jam, apalagi sampai berhari-hari.

Tanpa sadar, Erick memijat keningnya sembari memejamkan mata sejenak. Bahkan meeting berdua saja dengan Larisa sejak tadi tak mampu membuat suasana hatinya menjadi lebih baik.

"Aku sudah mengerucutkan daftar kota yang diberikan Papa tempo hari menjadi tiga kota saja. Untuk penilaian selanjutnya, kita perlu membicarakan lagi dengan Papa secara langsung," ujar Larisa membuyarkan pikiran Erick.

"Baiklah." Erick menjawab. Dia terlihat tak begitu antusias dengan laporan yang diberikan oleh Larisa barusan.

Terang saja Larisa menyadari perbedaan sikap Erick saat ini. Perempuan itu pun terlihat sedikit mengerutkan keningnya.

"Kamu sakit?" tanya Larisa kemudian, tak bisa menutupi rasa khawatirnya.

"Tidak," sahut Erick sembari membenahi posisi duduknya. Dia meraih berkas yang sebelumnya disodorkan oleh Larisa dan membacanya sejenak.

"Wajahmu kelihatan agak pucat," ujar Larisa lagi.

Erick tak langsung menjawab. Diraihnya cangkir kopi di hadapannya, lalu disesapnya isi dari cangkir tersebut sedikit. Mungkin karena kurang tidur dan tak makan dengan benar sejak kemarin, kepala Erick saat ini memang terasa agak pusing.

"Erick?" Larisa memanggil lagi karena Erick tak menanggapi kata-katanya barusan.

"Aku tidak apa-apa. Cuma sedikit mengantuk," sahut Erick akhirnya, terdengar sedikit enggan.

"Mengantuk? Memangnya semalam kamu tidak tidur?" tanya Larisa lagi.

"Hm." Lagi-lagi Erick merespon dengan enggan. Mungkin inilah kali pertama Erick tak begitu mengacuhkan Larisa saat mereka hanya sedang berdua saja.

Larisa ingin bertanya lebih jauh lagi, tapi kemudian dia tersadar pada statusnya saat ini yang hanya seorang kakak ipar. Dia tak ingin terlihat terlalu perhatian pada Erick karena hal tersebut bisa jadi akan berbuntut panjang nantinya.

"Kalau kondisi tubuhmu sedang tidak baik. Mungkin lebih baik kita lanjutkan meetingnya lain kali saja. Papa juga bilang agar kita tidak perlu terlalu terburu-buru." Larisa memberikan saran.

"Tidak perlu. Kita lanjutkan sekarang sampai selesai. Aku baik-baik saja," sahut Erick.

"Tapi ...."

"Aku bilang, aku tidak apa-apa. Paparkan alaasanmu memilih tiga kota di daftar ini." Erick bersikeras.

Larisa terdiam sejenak. Setelah bebarapa saat, barulah dia mengangguk mengiyakan. Meeting mereka pun akhirnya dilanjutkan sampai pembahasan tentang tiga kota yang ada dalam daftar yang dibuat oleh Larisa selesai. Karena Erick merasa semuanya tidak ada masalah, meeting pun lalu diakhiri bertepatan dengan tibanya waktu makan siang.

"Jangan langsung pergi. Kita makan siang dulu," tahan Erick saat melihat Larisa yang hendak langsung beranjak dari duduknya.

"Bukannya sebentar lagi Lita akan datang membawakanmu makan siang? Tidak mungkin kamu mengajakku makan siang bersama dengan kalian berdua, kan?" tanya Larisa heran.

"Dia tidak akan datang. Sekarang dia tidak akan mengantarkan makan siang lagi ke kantor seperti sebelum-sebelumnya," sahut Erick.

Larisa kembali menautkan kedua alisnya mendengar penuturan Erick. Selama dua tahun ini, Lalita tak pernah absen mengantarkan suaminya makan siang ke hotel yang sekaligus menjadi kantor tempat Erick dan Larisa bekerja. Semua pegawai hotel pun tahu hal itu. Lalu kenapa tiba-tiba sekarang Lalita berhenti melakukannya?

"Kalian bertengkar, ya?" tanya Larisa kemudian dengan penuh selidik.

"Tidak," sahut Erick.

"Lalu kenapa Lita mendadak tidak mengantarkanmu makan siang? Padahal, saat dia sakit pun dia seringkali memaksakan diri." Larisa sedikit mengerutkan keningnya.

"Aku tidak tahu. Itu urusannya. Lagipula, aku tidak pernah meminta dia untuk melakukan semua itu." Erick terlihat tidak suka.

"Erick, mau sampai kapan kamu bersikap seperti ini pada Lita? Dia itu istrimu."

Mata Erick seketika menajam mendengar apa yang dikatakan oleh Larisa barusan.

"Tidak bisakah hanya Papamu saja yang mengatakan hal seperti itu padaku. Risa? Kamu pikir mudah berada di posisiku?" Erick terlihat tak terima.

"Maaf, aku tidak bermaksud menekanmu. Aku hanya mengingatkanmu saja ..."

"Menikahlah dengan lelaki yang tidak kamu sukai, baru setelah itu kamu bicara lagi padaku tentang bagaimana aku harus memperlakukan Lita," balas Erick tajam.

Larisa terdiam. Dalam hati dia merasa tertohok dengan kalimat terakhir yang Erick lontarkan padanya. Jika boleh jujur, dia belum menikah hingga detik ini memang karena belum siap jika harus menjalani kehidupan bersama lelaki lain. Dia tak tahu, apakah nantinya bisa mendampingi suaminya itu kelak dengan sepenuh hati atau tidak. Dia bahkan jauh lebih pengecut dari yang sering Erick tuduhkan.

"Kalau kamu keberatan makan siang bersamaku, silakan kalau mau pergi," ujar Erick lagi.

Larisa mendongakkan wajahnya. Entah kenapa, barusan dia mendengar Erick berucap dengan begitu dingin padanya. Ada rasa nyeri yang tiba-tiba datang tanpa diminta di sudut hati perempuan itu saat ini. Terkadang, dia memang merasa begitu munafik. Bibirnya terus berucap meminta Erick untuk membuka hati pada Lalita. Namun, hatinya sendiri merasa tidak rela jika Erick benar-benar melakukan hal tersebut.

"Sejak pulang cepat dari pesta malam itu, Lita tidak menghubungiku sama sekali. Dia juga tidak mengangkat teleponku dan memberikan alasan lewat chat kalau dia sedang sibuk. Pastikan kalau dia baik-baik saja, karena bagaimana pun dia itu tanggung jawabmu," ujar Larisa kemudian sebelum akhirnya bangkit sembari meraih tasnya yang dia letakkan di atas meja.

"Aku permisi." Larisa berlalu meninggalkan Erick dan keluar dari ruangan tempat mereka meeting.

Erick membuang pandangan ke arah lain, tak beranjak sendikit pun dari duduknya. Jika itu biasanya, dia pasti akan menahan Larisa selama mungkin agar mereka bisa lebih lama berduaan. Tapi sekarang, pikirannya justru tertuju pada Lalita. Rasa khawatir itu perlahan menyusup ke berbagai sudut hatinya, membuatnya merasa begitu frustasi karena gengsi.

Sementara itu, Lalita tampak mendatangi sebuah firma hukum terkemuka yang merupakan rumah bagi para pengacara hebat di kota itu. Setelah berbicara sejenak pada resepsionis, Lalita pun langsung diantar ke sebuah ruangan, di mana seseorang sudah menunggunya di sana.

"Selamat siang, Om Hendro. Maaf mengganggu waktunya," sapa Lalita.

"Tidak apa-apa. Silakan duduk, Lita. Lama tidak bertemu," sahut seseorang di ruangan tersebut dengan ramah, seorang lelaki paruh baya yang merupakan pemilik firma hukum tersebut.

Dia adalah Hendro Kusuma, seorang pengacara kondang yang juga penasihat hukum sekaligus sahabat karib Arfan, papanya Lalita.

"Ada perlu apa menemui Om?" tanya Hendro setelah Lalita duduk.

Lalita terdiam sembari menipiskan bibirnya sejenak, sebelum kemudian membuka mulutnya untuk mengutarakan maksud kedatangannya menemui Hendro.

"Saya mau minta tolong pada Om Hendro untuk mengurus perceraian," jawab Lalita akhirnya.

Bersambung ....

Mohon maaf, updatenya telat. Kemaren ada tetangga dekat rumah meninggal, jadi mesti takziah dan bantu-bantu, ga bisa ngetik.

Terpopuler

Comments

⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️

⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️

barti Risa juga cuma omdo ....
ayo move on ...
kalo spt itu, gimana Erick juga mau berubah ?
deeeuuuh ... semua emang munafikun....
kecuali Lita ...

2024-05-02

1

Eemlaspanohan Ohan

Eemlaspanohan Ohan

waw. hadiah buat. Eric.

2024-05-13

0

Sri Widjiastuti

Sri Widjiastuti

gimana murkanya Arfan tuh

2024-04-10

0

lihat semua
Episodes
1 Kejutan di Hari Anniversary
2 Hanya Sandiwara
3 Terakhir Kalinya
4 Berubah
5 Peringatan dari Arfan
6 Alasan dari Semua Kebencian
7 Berusaha Tegar
8 Meminta Penjelasan
9 Kecewa
10 Sebenarnya, Kenapa Dia?
11 Sesuatu yang paling Diinginkan
12 Sebuah Keputusan
13 Meminta Bantuan
14 Pesan untuk Arfan
15 Isi Hati Lalita
16 Panik
17 Anugerah Sekaligus Kutukan
18 Langkah Pertama
19 Surat dari Lalita
20 Pilu
21 Semakin Kacau
22 Tabir yang Tersingkap
23 Keluarga Palsu
24 Akhiri Semuanya
25 Maafkan Aku Karena Memisahkan Kalian
26 Hati yang Tulus
27 Sesal
28 Persidangan Pertama
29 Akhir dari Rasa
30 Meninggalkan Semuanya
31 Kasih Sayang yang Salah
32 Sekali Ini Saja
33 Tak Lagi Memiliki Kesempatan
34 Ternyata Arfan Tahu
35 Bukan Kasih Sayang, Tapi Racun!
36 Harapan di Balik Sikap Membangkang
37 Resmi Menjadi Mantan Suami
38 Salam Perpisahan
39 Kabar dari Arfan
40 Nasihat Riani
41 Tindakan yang Riani Ambil
42 Dia Berhak Tahu
43 Hal yang Tak Mungkin Terjadi
44 Hukuman Dimulai
45 Tekad Baru
46 Kenyataan Pahit untuk Erick
47 Rumpi dulu yuk, Gaessss
48 Menjadi Lebih Dewasa
49 Menyadari Kesalahan
50 Pengumuman
51 Pengumuman
52 Sebuah Tamparan
53 Gadis Tanpa Rahim
54 Bukan Keluarga Palsu
55 Pergilah, Erick ... Jangan Kembali Lagi ....
56 Tak Ada Jalan Kembali
57 Sebuah Perubahan Kecil
58 Pendosa yang Memohon Pengampunan
59 Riani dan Arfan
60 Kembali Utuh
61 Permintaan Maaf Arfan
62 Terima Kasih, Lita ....
63 Impian yang Tertunda
64 Mengikhlaskan
65 Sesal
66 Lelaki Luar Biasa
67 The Broken Ring
68 Kalandra Ingin Bulan Madu
69 Layu Sebelum Berkembang
70 Berusaha Menerima Kenyataan
71 Rahasia Zayn
72 Impian dan Pengharapan
73 Atmosfer yang Berubah
74 Percayalah Padaku
75 Pengakuan Tak Terduga
76 Hai-hai ....
77 Aku Mencintaimu, Zayn
78 Kak Shelin dan Kalandra
79 Jodoh Terbaik
80 Harapan Lalita
81 Akan Indah Pada Waktunya (End)
82 Sudah Rilis
Episodes

Updated 82 Episodes

1
Kejutan di Hari Anniversary
2
Hanya Sandiwara
3
Terakhir Kalinya
4
Berubah
5
Peringatan dari Arfan
6
Alasan dari Semua Kebencian
7
Berusaha Tegar
8
Meminta Penjelasan
9
Kecewa
10
Sebenarnya, Kenapa Dia?
11
Sesuatu yang paling Diinginkan
12
Sebuah Keputusan
13
Meminta Bantuan
14
Pesan untuk Arfan
15
Isi Hati Lalita
16
Panik
17
Anugerah Sekaligus Kutukan
18
Langkah Pertama
19
Surat dari Lalita
20
Pilu
21
Semakin Kacau
22
Tabir yang Tersingkap
23
Keluarga Palsu
24
Akhiri Semuanya
25
Maafkan Aku Karena Memisahkan Kalian
26
Hati yang Tulus
27
Sesal
28
Persidangan Pertama
29
Akhir dari Rasa
30
Meninggalkan Semuanya
31
Kasih Sayang yang Salah
32
Sekali Ini Saja
33
Tak Lagi Memiliki Kesempatan
34
Ternyata Arfan Tahu
35
Bukan Kasih Sayang, Tapi Racun!
36
Harapan di Balik Sikap Membangkang
37
Resmi Menjadi Mantan Suami
38
Salam Perpisahan
39
Kabar dari Arfan
40
Nasihat Riani
41
Tindakan yang Riani Ambil
42
Dia Berhak Tahu
43
Hal yang Tak Mungkin Terjadi
44
Hukuman Dimulai
45
Tekad Baru
46
Kenyataan Pahit untuk Erick
47
Rumpi dulu yuk, Gaessss
48
Menjadi Lebih Dewasa
49
Menyadari Kesalahan
50
Pengumuman
51
Pengumuman
52
Sebuah Tamparan
53
Gadis Tanpa Rahim
54
Bukan Keluarga Palsu
55
Pergilah, Erick ... Jangan Kembali Lagi ....
56
Tak Ada Jalan Kembali
57
Sebuah Perubahan Kecil
58
Pendosa yang Memohon Pengampunan
59
Riani dan Arfan
60
Kembali Utuh
61
Permintaan Maaf Arfan
62
Terima Kasih, Lita ....
63
Impian yang Tertunda
64
Mengikhlaskan
65
Sesal
66
Lelaki Luar Biasa
67
The Broken Ring
68
Kalandra Ingin Bulan Madu
69
Layu Sebelum Berkembang
70
Berusaha Menerima Kenyataan
71
Rahasia Zayn
72
Impian dan Pengharapan
73
Atmosfer yang Berubah
74
Percayalah Padaku
75
Pengakuan Tak Terduga
76
Hai-hai ....
77
Aku Mencintaimu, Zayn
78
Kak Shelin dan Kalandra
79
Jodoh Terbaik
80
Harapan Lalita
81
Akan Indah Pada Waktunya (End)
82
Sudah Rilis

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!