Isi Hati Lalita

Seminggu lebih sejak Lalita memutuskan untuk pindah kamar, semua berjalan terlalu damai untuk Erick. Tak ada lagi celotehan yang biasanya membuat lelaki itu jengah. Tak ada pula rengekan manja yang biasanya terdengar saat Lalita menginginkan sesuatu, tapi keinginannya itu tak terpenuhi. Sepi, itulah yang Erick rasakan. Setiap kali dia pulang dan memasuki rumah, tak ada yang menyambutnya seperti dulu.

Suasana seperti itulah yang dulu selalu Erick harapkan. Tak perlu harus meladeni Lalita dan bisa beristirahat dengan tenang saat berada di rumah. Dia pikir, hidupnya akan terasa jauh lebih baik jika hal itu terjadi, tapi rupanya semua tak seperti yang dia bayangkan.

Bukannya merasa senang dengan semua perubahan sikap yang Lalita tunjukkan, Erick malah merasa kacau sendiri. Dia bahkan nyaris merasa frustasi karena tak memahami isi hatinya sendiri. Hampir setiap malam Erick berdiri di depan pintu kamar yang ditempati oleh Lalita, berniat untuk menemui istrinya itu. Namun, setiap kali tangannya terangkat hendak mengetuk pintu kamar tersebut, nyali Erick tiba-tiba saja menciut.

Pada akhirnya, lelaki itu selalu urung menemui Lalita. Dia membayangan jika seandainya Lalita membuka pintu kamar, entah kata apa yang mesti dia ucapkan pada istrinya itu. Meminta maaf? Memangnya kesalahan apa yang dia lakukan sebelumnya? Seingat Erick, mereka berdua bahkan tidak bertengkar. Mau berbicara dari hati ke hati untuk mencari tahu apa yang terjadi pada Lalita saat ini pun rasanya sangat sulit untuk Erick lakukan. Dia tidak terbiasa bersikap seperti itu pada Lalita. Rasanya benar-benar canggung.

Malam selanjutnya, lagi-lagi Erick merasa gelisah dan keluar dari kamarnya. Dia menuruni anak tangga, lalu kembali melangkah mendekati kamar Lalita. Seperti orang bodoh, Erick memandangi pintu kamar tersebut tanpa melakukan apapun. Kali ini, dia tak berusaha untuk mengetuk pintu kamar tersebut tahu jika dirinya tak akan memiliki keberanian seperti sebelumnya.

Erick berniat pergi dan kembali ke kamarnya. Namun, hal itu terlambat dia lakukan karena pintu kamar keburu terbuka. Lalita tampak berdiri di ambang pintu berhadapan dengan Erick. Keduanya jelas terlihat sama-sama terkejut.

"Apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Lalita setelah berhasil menetralkan raut wajah kagetnya.

Erick terlihat salah tingkah dan tak tahu mesti menjawab apa. Mau pergi begitu saja, rasanya sangat tak etis karena Lalita sudah terlanjur memergokinya berada di sana.

"Aku mau berbicara sebentar denganmu," ujar Erick kemudian. Sudah kepalang tanggung. Kalau sudah seperti ini, sebaiknya dia memang berbicara dengan benar pada Lalita.

Berganti Lalita yang mengatup mulutnya. Erick ingin berbicara dengannya? Selama dua tahun menjalani rumah tangga berdua, baru kali ini lelaki itu berinisiatif untuk mengajaknya berbicara lebih dulu.

Lalita pun kemudian maju selangkah untuk benar-benar keluar dari kamarnya. Setelah itu, dia menutup pintu kamar seolah Erick adalah orang asing yang tak boleh melihat kamar tidur yang merupakan area privasinya.

"Bicara di ruang makan saja. Aku haus," ujar Lalita kemudian sembari melangkah lebih dulu meninggalkan Erick.

Mau tak mau, Erick pun mengikuti langkah istrinya itu. Lalita pergi ke dapur terlebih dahulu untuk mengambil air minum dan camilan dari dalam kulkas. Setelah itu, barulah kemudian dia duduk di salah satu kursi meja makan, berhadapan dengan Erick.

"Mau bicara apa?" tanya Lalita setelah meneguk habis segelas air.

Untuk ke sekian kalinya Erick dibuat heran dan tak habis pikir dengan perubahan sikap istrinya ini.

"Di malam pesta waktu itu, apa yang sebenarnya terjadi padamu?" tanya Erick kemudian.

Lalita yang hendak memasukkan sepotong kue kering ke dalam mulutnya tampak mengurungkan niatnya dan meletakkan kembali kue kering yang ada di tangannya.

"Kamu pernah bilang kalau waktu itu kamu sedang tidak baik-baik saja. Memangnya apa yang terjadi? Kenapa sikapmu jadi berubah drastis setelah itu?" tanya Erick lagi.

Bukannya menjawab, Lalita malah menghela nafas sembari membuang wajahnya ke arah lain. Dia pikir, sampai gugatan yang dia layangkan melalui Hendro diproses, Erick tetap tidak akan merasa peduli sama sekali. Tak disangka lelaki itu memiliki rasa penasaran juga terhadap dirinya.

"Lita?" Erick memanggil Lalita karena perempuan itu tampak tak merespon pertanyaannya.

"Memangnya kenapa kamu ingin tahu?" Lalita malah balik bertanya.

Erick kembali terlihat kesulitan menjawab pertanyaan yang Lalita ajukan. Tentu saja dia bingung kenapa sekarang mendadak ingin tahu apa yang terjadi pada Lalita, bahkan mengkhawatirkannya.

"Bukannya sudah wajar kalau aku ingin tahu apa yang terjadi padamu? Mau seperti apapun hubungan kita, sampai detik ini status kita tetap suami istri. Aku bertanggung jawab atas setiap hal yang terjadi padamu," ujar Erick.

Tanpa diduga, Lalita malah tersenyum ironi mendengar apa yang diucapkan oleh suaminya itu.

"Apa kamu bertanya begini karena takut disalahkan, Erick?" Pertanyaan yang datar namun tajam langsung keluar dari mulut Lalita.

"Apa maksudmu?" Erick terlihat menautkan kedua alisnya.

"Aku tahu, selama ini Papa telah mengawasimu. Kalau terjadi apa-apa padaku, Papa pasti akan langsung membuat perhitungan denganmu. Tapi kamu tidak perlu merasa khawatir. Sekarang tidak akan lagi seperti itu. Akan aku pastikan kalau Papa tak akan melakukan hal itu padamu. Jadi kamu tidak perlu bertanya seolah kamu benar-benar peduli padaku." Lalita menjawab dengan nada datar yang kali ini terasa sedikit tajam.

Terang saja Erick merasa tak terima mendengar apa yang Lalita ucapkan.

"Aku hanya ingin tahu dan memastikan kalau kamu baik-baik saja, Lita. Sikap dan prilakumu belakangan ini terlihat aneh."

"Aneh?" ulang Lalita.

Erick tak menjawab.

"Aku hanya berusaha untuk menyesuaikan diri denganmu. Bagaimana bisa kamu mengatakannya aneh? Bukankah selama ini kamu berharap aku bersikap seperti ini?"

Lagi-lagi Erick hanya memperlihatkan raut wajah keheranan.

"Tidak usah berlagak tidak mengerti, Erick. Selama ini kamu selalu terbebani kalau aku ingin dekat-dekat denganmu, kan? Kamu selalu beralasan mesti menyelesaikan pekerjaanmu di ruang kerja hampir setiap malam, semua itu karena kamu enggan masuk ke dalam kamar yang di dalamnya ada aku. iya, kan?" Lalita menatap Erick sembari kembali memperlihatkan senyuman penih ironi.

"Sebenarnya, sejak awal kamu sudah menarik garis pembatas yang sangat jelas, aku saja yang terlalu bodoh dan naif sehingga tak memahami semua itu. Dengan tidak tahu malunya, aku terus berusaha menempel padamu, meski jelas-jelas kamu merasa risih setiap kali berdekatan denganku." Lalita kembali menambahkan dengan suara yang berubah menjadi sendu.

Erick terkesiap mendengar ucapan yang Lalita lontarkan padanya. Semuanya itu memang benar adanya, tapi entah kenapa sekarang dia merasa kalau sikapnya itu terdengar jahat?

"Aku bukan orang yang kamu inginkan untuk berada di sisimu. Butuh dua tahun bagiku untuk menyadari itu. Maaf, karena aku terlalu lamban. Tapi setidaknya, setelah ini kamu masih punya kesempatan untuk bersatu dengan seseorang yang benar-benar kamu inginkan.

"Bicara apa kamu, Lita?" gumam Erick dengan raut wajah yang sulit dijabarkan.

"Kamu mau tahu apa yang terjadi padaku sampai aku bersikap seperti ini, kan? Anggap saja sekarang mataku sudah terbuka setelah selama ini buta karena terlalu menyayangimu. Bertahanlah dengan perempuan manja dan tak tahu diri ini sebentar lagi, Erick. Sebentar lagi saja. Setelah itu, kamu akan bebas."

Bersambung ....

Terpopuler

Comments

⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️

⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️

kata2 Lita pedes jeletot ....
tp sebetulnya emang itu yg kamu mau, kan Rick ?
kamu sadar gak sih pernah ngomong spt itu ?

2024-05-02

2

Erni Kusumawati

Erni Kusumawati

sakit hatiku membaca apa yg Lalita rasakan kk Author.. nyerinya sampai ke hati😭😭😭😭

2024-04-29

0

Sri Widjiastuti

Sri Widjiastuti

ngeri ngeri sedap ni yg dibilang lalita

2024-04-10

2

lihat semua
Episodes
1 Kejutan di Hari Anniversary
2 Hanya Sandiwara
3 Terakhir Kalinya
4 Berubah
5 Peringatan dari Arfan
6 Alasan dari Semua Kebencian
7 Berusaha Tegar
8 Meminta Penjelasan
9 Kecewa
10 Sebenarnya, Kenapa Dia?
11 Sesuatu yang paling Diinginkan
12 Sebuah Keputusan
13 Meminta Bantuan
14 Pesan untuk Arfan
15 Isi Hati Lalita
16 Panik
17 Anugerah Sekaligus Kutukan
18 Langkah Pertama
19 Surat dari Lalita
20 Pilu
21 Semakin Kacau
22 Tabir yang Tersingkap
23 Keluarga Palsu
24 Akhiri Semuanya
25 Maafkan Aku Karena Memisahkan Kalian
26 Hati yang Tulus
27 Sesal
28 Persidangan Pertama
29 Akhir dari Rasa
30 Meninggalkan Semuanya
31 Kasih Sayang yang Salah
32 Sekali Ini Saja
33 Tak Lagi Memiliki Kesempatan
34 Ternyata Arfan Tahu
35 Bukan Kasih Sayang, Tapi Racun!
36 Harapan di Balik Sikap Membangkang
37 Resmi Menjadi Mantan Suami
38 Salam Perpisahan
39 Kabar dari Arfan
40 Nasihat Riani
41 Tindakan yang Riani Ambil
42 Dia Berhak Tahu
43 Hal yang Tak Mungkin Terjadi
44 Hukuman Dimulai
45 Tekad Baru
46 Kenyataan Pahit untuk Erick
47 Rumpi dulu yuk, Gaessss
48 Menjadi Lebih Dewasa
49 Menyadari Kesalahan
50 Pengumuman
51 Pengumuman
52 Sebuah Tamparan
53 Gadis Tanpa Rahim
54 Bukan Keluarga Palsu
55 Pergilah, Erick ... Jangan Kembali Lagi ....
56 Tak Ada Jalan Kembali
57 Sebuah Perubahan Kecil
58 Pendosa yang Memohon Pengampunan
59 Riani dan Arfan
60 Kembali Utuh
61 Permintaan Maaf Arfan
62 Terima Kasih, Lita ....
63 Impian yang Tertunda
64 Mengikhlaskan
65 Sesal
66 Lelaki Luar Biasa
67 The Broken Ring
68 Kalandra Ingin Bulan Madu
69 Layu Sebelum Berkembang
70 Berusaha Menerima Kenyataan
71 Rahasia Zayn
72 Impian dan Pengharapan
73 Atmosfer yang Berubah
74 Percayalah Padaku
75 Pengakuan Tak Terduga
76 Hai-hai ....
77 Aku Mencintaimu, Zayn
78 Kak Shelin dan Kalandra
79 Jodoh Terbaik
80 Harapan Lalita
81 Akan Indah Pada Waktunya (End)
82 Sudah Rilis
Episodes

Updated 82 Episodes

1
Kejutan di Hari Anniversary
2
Hanya Sandiwara
3
Terakhir Kalinya
4
Berubah
5
Peringatan dari Arfan
6
Alasan dari Semua Kebencian
7
Berusaha Tegar
8
Meminta Penjelasan
9
Kecewa
10
Sebenarnya, Kenapa Dia?
11
Sesuatu yang paling Diinginkan
12
Sebuah Keputusan
13
Meminta Bantuan
14
Pesan untuk Arfan
15
Isi Hati Lalita
16
Panik
17
Anugerah Sekaligus Kutukan
18
Langkah Pertama
19
Surat dari Lalita
20
Pilu
21
Semakin Kacau
22
Tabir yang Tersingkap
23
Keluarga Palsu
24
Akhiri Semuanya
25
Maafkan Aku Karena Memisahkan Kalian
26
Hati yang Tulus
27
Sesal
28
Persidangan Pertama
29
Akhir dari Rasa
30
Meninggalkan Semuanya
31
Kasih Sayang yang Salah
32
Sekali Ini Saja
33
Tak Lagi Memiliki Kesempatan
34
Ternyata Arfan Tahu
35
Bukan Kasih Sayang, Tapi Racun!
36
Harapan di Balik Sikap Membangkang
37
Resmi Menjadi Mantan Suami
38
Salam Perpisahan
39
Kabar dari Arfan
40
Nasihat Riani
41
Tindakan yang Riani Ambil
42
Dia Berhak Tahu
43
Hal yang Tak Mungkin Terjadi
44
Hukuman Dimulai
45
Tekad Baru
46
Kenyataan Pahit untuk Erick
47
Rumpi dulu yuk, Gaessss
48
Menjadi Lebih Dewasa
49
Menyadari Kesalahan
50
Pengumuman
51
Pengumuman
52
Sebuah Tamparan
53
Gadis Tanpa Rahim
54
Bukan Keluarga Palsu
55
Pergilah, Erick ... Jangan Kembali Lagi ....
56
Tak Ada Jalan Kembali
57
Sebuah Perubahan Kecil
58
Pendosa yang Memohon Pengampunan
59
Riani dan Arfan
60
Kembali Utuh
61
Permintaan Maaf Arfan
62
Terima Kasih, Lita ....
63
Impian yang Tertunda
64
Mengikhlaskan
65
Sesal
66
Lelaki Luar Biasa
67
The Broken Ring
68
Kalandra Ingin Bulan Madu
69
Layu Sebelum Berkembang
70
Berusaha Menerima Kenyataan
71
Rahasia Zayn
72
Impian dan Pengharapan
73
Atmosfer yang Berubah
74
Percayalah Padaku
75
Pengakuan Tak Terduga
76
Hai-hai ....
77
Aku Mencintaimu, Zayn
78
Kak Shelin dan Kalandra
79
Jodoh Terbaik
80
Harapan Lalita
81
Akan Indah Pada Waktunya (End)
82
Sudah Rilis

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!