Keesokan harinya sesuai perjanjian, Nasya akan bertemu dengan calon mertuanya yang tidak lain adalah Mami Kala dan juga Papah Reja.
Semenjak ia datang, mereka berdua terkejut dengan kondisi wajah Nasya yang terlihat lebam.
"Apakah kau baik-baik saja, ada yang merundungmu?" tanya Mami Kala merasa khawatir.
Nasya menggelengkan kepalanya sambil tersenyum, gadis itu memperhatikan sekitar melihat orang-orang yang berlalu lalang.
Mereka bertemu di restoran yang sebelumnya sudah di booking oleh Papah Reja hanya untuk bertemu dengan calon menantunya.
Sebelumnya ia juga tahu yang akan dijodohkan bukanlah Lea tetapi Nasya, anak tiri Zidan.
Karena sebelumnya Lea menolak mentah-mentah perjodohan tersebut, jadi mau bagaimana lagi Zidan dan Shilla meminta Nasya untuk menggantikan Lea.
"Bagaimana dengan kehidupan sekolahmu?" tanya Papah Reja.
"Aku keluar." jawab Nasya
"Keluar? apakah ada masalah dengan sekolahmu?" tanya Mami Kala.
"Tidak, hanya saja aku ingin keluar dari sekolah lamaku."
Mami Kala dan juga Papah Reja saling menatap. "Aku sudah menjadwalkan pernikahanmu dan juga anakku." kata Papah Reja.
"Kapan?"
"Tiga hari lagi, semuanya sudah kami persiapkan, anakku juga sudah setuju untuk menikah, bagaimana denganmu?"
"Entah aku dijual atau bagaimana, walaupun aku menolaknya mereka pasti akan memaksaku untuk perjodohan ini."
Papah Reja menatap mata Nasya yang terlihat berkaca-kaca, ia tidak tahu kehidupan gadis itu bagaimana, Zidan juga sebelumnya tidak mencerikannya.
"Jika sudah selesai, aku pamit pulang, terima kasih untuk minumannya." kata Nasya beranjak dari tempat duduknya.
Mami Kala berlari kecil menghampiri Nasya, wanita paruh baya itu menatap wajah Nasya dengan iba, tangannya bergerak untuk mengelus kepala gadis itu.
"Hati-hatilah, kita akan bertemu lagi."
Nasya tersenyum lalu membungkukan badannya memberi hormat kepada Mami Kala.
Papah Reja menghampiri istrinya sambil menatap kepergian gadis itu.
***
Nasya memasuki rumah dan melihat ibu dan ayah tirinya berkumpul di ruang keluarga.
Ruangan itu sudah di dekorasi dengan hiasan-hiasan yang tidak terlalu mewah, bahkan ada satu kue di atas meja.
Nasya menebak jika mereka akan merayakan ulang tahun Lea, karena tidak tertarik ia hendak pergi ke kamarmya tetapi Zidan langsung memanggilnya.
"Nasya, kemarilah."
Nasya menghelakan nafasnya lalu dengan terpaksa menghampiri mereka semua dan duduk disamping adik tirinya yang bernama Edward.
Saat sudah berkumpul, mereka semua menyanyikan lagu ulang tahun untuk Lea.
"Selamat ukang tahun sayang, ayo make a wish." kata Shilla tertawa lebar.
Lea pun menganggukan kepalanya lalu menyatukan kedua tangannya sambil menutup mata, tidak lama ia pun langsung meniup lilinnya.
"Ayo Nasya, kamu juga make a wish." ucap Zidan sambil menyalakan kembali lilinnya.
"Ulang tahunku masih 2 hari lagi, kenapa gak dipisah?" tanya Nasya.
"Ayahku akan sibuk dengan pernikahanmu nanti." jawab Lea
"Benar apa yang dikatakan Lea." imbuh Shilla.
"Yaudah kalau gitu, kalian tidak perlu merayakannya, lagi pula ini bukan kesatu kalinya kalian tidak merayakan ulang tahunku." ucap Nasya beranjak dari tempat duduknya.
"Nasya, jangan mempermalukan ibu!"
Nasya menghelakan nafasnya lalu membalikan badan menatap ibu dan juga ayah tirinya secara bergantian.
"Ibu kapan mau perdulikan aku? ibu sama sekali gak buat aku bahagia tinggal disini, ibu lebih mentingin keluarga baru ibu daripada aku."
"Nasya, orang tua mana yang akan bahagia saat melihat anaknya tidak bahagia?" tanya Zidan.
"Orang tua? sejak kapan kau menjadi orang tuaku? bahkan kau menyuruh ibuku untuk lebih memperhatikan anak-anakmu."
"Kau tidak pernah puas dengan diriku yang sebenarnya, suaramu berubah drastis saat aku dapat nilai B tetapi jika Lea dan Edward yang mendapatkannya kau malah menyemangati mereka."
"Kau menyuruhku untuk mendapatkan nilai bagus agar aku diakui sebagai anakmu."
"Bahkan kau menyuruhku untuk hidup mandiri dan tidak memberikanku uang sepersenpun, tetapi kedua anakmu? kau membelikan apa yang mereka inginkan!"
"Lea tidak ingin dijodohkan dan kalian memohon-mohon kepadaku untuk menggantikannya, kalian semua tidak mengerti perasaanku."
Lea berdecih saat mendengar perkataan Nasya yang terlihat dramatis menurutnya.
"Aku tidak mau menjalani hidup sesuai dengan rencana ibu ataupun Papah, nilai bagus? kau fikir kau siapa menuntutku untuk mendapatkan nilai bagus padahal kau sendiri sudah gagal!" kata Nasya sambil berteriak.
Zidan menghampiri Nasya dan langsung menampar wajah gadis itu sehingga membuatnya jatuh kelantai.
"Aku tidak percaya orang bodoh sepertimu adalah putriku."
"Putrimu? sudah ku katakan kau bukan siapa-siapaku!"
"Nasya!" suara teriakan Zidan menggelegar disetiap sudut ruangan.
"Apakah tugas orang tua hanya untuk membiayai anaknya?"
"Kau mengaku sebagai orang tuaku tapi membesarkanku hanya untuk kesombonganmu."
"Lebay sekali." imbuh Lea
Nasya menatap tajam kearah Lea. "Bahkan saat kecil, kalian selalu memuja-muja Lea, kalian selalu menutupi kesalahannya, kalian juga tidak tahu kondisiku di sekolah seperti apa."
"Semua murid merundungku, memperlakukanku seperti binatang, apakah kalian tahu itu?!"
Nasya tertawa melihat ibunya yang hanya diam saja. "Bahkan ibu hanya diam saja?"
Nasya berusaha untuk berdiri, tanpa berbicara lagi gadis itu langsung masuk kedalam kamar dan mengunci rapat-rapat pintu kamar.
Edward menatap kecewa kepada Papahnya itu. "Bukankah memaksa kak Nasya untuk dijodohkan sudah cukup pah? kenapa kau membuatnya semakin sedih." ucapnya lalu pergi memasuki kamarnya.
Zidan memijit keningnya yang sangat pusing, kenapa rumah tangganya saat ini begitu berantakan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
Wirda Wati
orang tua kurang kerjaan..
menjodohkan anak yg masih sekolah
2023-06-14
0