03

Reygan dari tadi mengurung diri di kamarnya sendiri, Mami Kala berusaha untuk membujuk Reygan untuk keluar dari kamar.

Setelah mendengar perjodohan itu Reygan enggan untuk keluar kamar, ia tidak habis pikir akan menikah di usia muda.

Laki-laki itu juga sudah memiliki seorang kekasih, mana mungkin ia akan menikahi orang lain.

Siapa yang akan dijodohkan dengannya, ia juga memikirkan bisnis yang dibicarakan oleh Papah Reja, karena saat besar nanti dirinya yang akan meneruskan bisnis Papahnya itu.

"Jika kamu menolaknya, harga diri Papah dimata Paman Zidan sudah tidak ada lagi, bukan hanya harga diri tapi bisnis."

Perkataan itu terus memenuhi otaknya kali ini, ia mendecak dan langsung mengambil ponsel.

Reygan:

Misalnya kalau kalian dijodohin gimana?

Gala:

Gila aja, kau pasti dijodohkan bukan?

Gavin:

Kalau menurutku terima saja, siapa tau gadis yang akan dijodohkan denganku nanti cantik dan sesuai dengan tipeku.

Reygan:

Aku dijodohkan dengan anaknya Paman Zidan, jika aku menolak bisnis Papahku akan hancur.

Gala:

Paman Zidan? apakah kau akan dijodohkan dengan Lea atau...

Gavin:

Anak perempuan paman Zidan hanya ada Lea saja.

Reygan membaca pesan sahabatnya satu-satu, memang benar anak perempuan Paman Zidan hanya ada Lea saja.

Suara ketukan kembali terdengar, Reygan beranjak dari kasurnya dan langsung membuka pintu kamar, sudah ada Mami Kala dan juga Papah Reja yang menunggunya diluar.

"Sayang, Mami khawatir." ucap Mami Kala lalu memeluk anak keduanya itu.

"Reygan mau nerima perjodohan itu." ucap Reygan dengan wajah tanpa ekpresi.

"Serius? kau tidak bercanda bukan?"

Mami Kala memukul dada bidang suaminya. "Tidak, maksudku."

"Hm, udah ya Reygan mau istirahat dulu." katanya lalu kembali menutup pintu kamar dan menguncinya.

Di tempat lain Nasya terdiam demgan tatapan kosongnya, Nenek Iyam menatap iba cucunya itu.

Hatinya begitu hancur saat melihat tidak ada orang yang mengasihani cucunya itu, ibu maupun Ayahnya.

Nenek Iyam menghampiri Nasya dan langsung duduk disampingnya, Nenek Iyam membuka obat P3K.

"Biarkan nenek obatin luka wajahmu." kata Nenek Iyam sambil membuka tutup botol salep.

"Kenapa kau mempunyai luka diwajahmu? apakah ada yang merundungmu?" tanya Nenek Iyam sambil mengoleskan salep ke luka wajah cucunya itu.

Nasya menggelengkan kepalanya. "Aku keluar sekolah, luka ini karena aku menghampiri seorang penipu dan aku di hajar habis-habisan." jawabnya sambil tersenyum.

"Keluar sekolah, kenapa?"

"Aku tidak tahan dengan sekolah itu nek."

Nenek Iyam memejamkan matanya. "Nenek tahu, jika itu memang sudah menjadi keputusanmu nenek juga tidak bisa melarangnya." kata Nenek Iyam kembali memasukan salep tersebut kedalam kotak P3K.

"Sudah, sekarang kau istirahatlah."

Nasya menganggukan kepalanya beranjak dari sofa dan pergi ke kamarnya.

"Malang sekali nasibmu, Nasya." gumam Nenek Iyam.

Nasya menatap langit-langit rumah yang gelap, matanya kembali berkaca-kaca mengingat perlakuan buruk teman sekolahnya.

"Mengapa aku menangis lagi? kacau sekali. " gumam Nasya sambil mengusap air matanya.

"Semakin dewasa aku, semakin sering aku menangis."

*Flashback On*

Saat itu Nasya sedang belajar di mejanya, tetapi ada seseorang yang mengganggunya dengan pantulan cahaya di cermin yang diarahkan kepadanya.

Nasya hanya terdiam saja, melawan pun sepertinya dia akan kalah.

Seorang wanita yang bernama Jefa menghampiri meja Nasya dan langsung menarik tangannya agar ikut dengannya.

Nasya di bawa ke tempat yang ada dibelakang sekolah, disana tidak ada orang kecuali dirinya, Jefa dan juga kedua temannya.

Karena memang tempat itu kadang sekali orang memakainya karena sudah kotor dan tidak layak untuk ditempati.

Nasya dilempari batu kecil oleh kedua teman Jefa yang bernama Rachel dan juga Clara, Nasya hanya diam menatap tajam Jefa.

"Kenapa kau menatapku seperti itu, hah?!" tanya Jefa sedikit berteriak sambil menampar wajah Nasya.

"Ada apa ini, kenapa kau diam saja?" tanya Jefa sambil menoyor kepala Nasya.

Karena tidak ingin diperlakukan seperti ini lagi Nasya langsung mengambil batu besar dan langsung melemparkannya kearah Jefa sehingga membuat kening dan hidung gadis itu berdarah.

"Sialan!"

Satu pukulan berhasil mendarat di wajah Jefa, gadis itu tersungkur kebelakang.

Nasya langsung berdiri dan kabur dari tempat itu, seharusnya dari dulu ia melawan perlakuan buruk Jefa dan juga teman-temannya.

"Aku dengar kau tidak mampu membayar SPP?" tanya walikelas Nasya.

Gadis itu menundukan kepalanya sambil mendengar omelan dari walikelasnya itu.

"Aku minta maaf." ucap Nasya

"Kenapa terlambat? aku tahu hidup dengan bibi tanpa orang tua itu berat. tapi bukan hanya hidupmu saja yang berat, semua orang juga sama."

"Kau juga menyakiti Jefa di halaman belakang sekolah bukan? orang tuanya hampir menuntut sekolah ini, kenapa kau tidak berpikir sampai kesana?"

"Itu, aku-"

"Aku akan menghukummu."

Nasya menghembuskan nafasnya, percuman saja jika dia membela diri ujung-ujungnya dia yang akan dihukum.

*Flashback Off*

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!