02

Pukul tujuh malam Nasya sudah pulang ke rumah bibinya dengan wajah yang lebam.

Siang itu Nasya tidak langsung pulang kerumah tetapi ia menghampiri Ayah Jefa yang sedang berada di mobil yang tidak jauh dari sekolahnya bersama dengan seorang wanita.

Tanpa rasa takut Nasya menghancurkan mobil tersebut dan langsung berlari tetapi sayangnya Ayah Jefa dan beberapa anak buahnya berhasil menangkap Nasya dan langsung memukulinya.

Nasya membuka pintu rumah dan melihat bibinya yang sedang menonton televisi sambil memakan cemilan.

"Kau sudah pulang? makanlah aku sudah menyisakannya untukmu di meja makan." kata Bella yang tidak lain adalah bibinya.

Nasya melihat kearah meja makan dan melihat sisa-sisa makanan yang sedikit, ia tidak tahu apakah itu akan cukup untuknya atau tidak.

"Aku sudah makan." kata Nasya lalu pergi kearah kamarnya.

Nasya menutup pintu kamar dan langsung membuka lemari untuk mencari baju ganti, saat akan membuka bajunya, pintu kamar tiba-tiba saja terbuka dan terlihat pamannya yang memasuki kamar tanpa izin darinya.

"Kenapa kau begitu terkejut?" tanya Praja.

"Bibimu mungkin tidak akan sadar, ayo buka-"

"Paman!" teriak Nasya.

"Sutt! jangan berteriak." bisik Praja menempelkan jari telunjuknya di bibir Nasya.

"Paman memang benar-benar brengsek." umpat Nasya dengan mata yang mulai berkaca-kaca.

Satu tamparan mendarat dengan sempurna di pipi Nasya yang mulus, gadis itu menutup matanya merasakan panas di bagian pipinya.

"Jangan membantah!"

Nasya mendorong tubuh Praja dengan kuat lalu keluar dari kamarnya.

"Kau mau kemana lagi?" tanya Bella.

"Pergi."

"Apakah kau akan pergi ke rumah sahabatmu itu? jangan menyusahkan dia Nasya, besok ibumu akan menjemputmu."

"Menjemputku?" tanya Nasya membalikan badan untuk menatap bibinya itu.

"Aku pikir dia sudah memberitahumu, kau akan dijodohkan dengan keluarga kaya raya, jangan berani untuk menolaknya ingat itu!"

Nasya terdiam sejenak mencerna ucapan bibinya itu, saat melihat pamannya yang baru saja keluar dari kamarnya ia pun langsung pergi keluar dari rumahnya.

***

Nasya menangis dipelukan neneknya, ia menceritakan perlakuan pamannya tadi.

"Sudah jangan menangis." ucap neneknya sambil menepuk pundak Nasya.

"Aku tidak mau lagi tinggal disana, apalagi aku akan dijodohkan nek." kata Nasya sambil sesegukan.

"Mereka benar-benar keterlaluan, aku akan berbicara kepada mereka."

Nasya menggelengkan kepalanya, ia tidak ingin membuat neneknya dimarahi oleh mereka semua, mengingat sikap mereka yang egois dan keras kepala.

Suara ketukan pintu membuat Nasya menghapus air matanya, neneknya langsung berjalan kearah pintu rumah dan membukanya.

Tidak lama neneknya kembali dengan seorang laki-laki yang tentu saja Nasya kenali, gadis itupun melihat seorang wanita cantik yang terus menempeli laki-laki itu.

"Ayah?"

"Nasya ternyata kamu ada disini." kata Jenan sambil menghampiri Nasya.

"Aku tidak ingin wanita itu mendekatiku." kata Nasya sehingga membuat langkah laki-laki dan wanita itu berhenti.

Jenan menatap wajah istrinya lalu dengan terpaksa wanita itu pergi keluar dari rumah itu.

"Kamu masih marah sama ayah?" tanya Jenan duduk disamping Nasya.

"Kau sangat mencintai wanita itu?" tanya Nasya sambil menatap kosong Ayahnya itu.

Jenan menatap wajah putrinya yang saat itu sudah menangis. "Lalu bagaimana dengan ibu? apakah kau mencintainya juga?" tanya Nasya.

"Ayah mohon, jangan egois."

"Bukan begitu, Nasya."

Nasya mengusap wajahnya yang sudah dibanjiri oleh air mata. "Keluar, nenek pasti menelponmu untuk datang kesini." ucap Nasya

"Kenapa kau malah menyalahkan Ayah atas semua ini? ibumu juga melakukannya bukan? aku juga berusaha menahan diri, mau bagaimana lagi?" Jenan meninggikan suaranya.

Nenek yang dari tadi hanya memperhatikan kini mulai menghampiri Nasya dan langsung memeluk tubuh cucunya itu agar tenang.

"Apa Ayah harus berlutut? Ayah harus memohon agar kau merasa lebih baik?"

"Kau memang seperti itu! di dalam drama atau buku, cinta digambarkan dengan indah namun ternyata tidak."

"Aku tidak akan pernah mau mencintai laki-laki manapun!" teriak Nasya.

"Sudah Nasya, dia masih ayahmu, dia mempunyai hubungan darah denganmu." ucap nenek Iyam.

"Hubungan darah? siapa bilang aku memiliki hubungan darah dengannya nek?!"

Nasya menunjuk Jenan dengan jari telunjuknya. "Dia sendiri yang melakukannya, dia membuangku dan juga Ibu demi wanita yang lebih cantik dan juga muda, dia meninggalkan kami tanpa ragu! dia takut aku akan menyakiti selingkuhannya, dia takut aku akan berbuat buruk kepada wanita itu, dia menyeretku keluar seperti binatang!" teriak Nasya sambil menangis.

"Jenan keluarlah, Nasya sedang tidak baik-baik saja." ucap Nenek Iyam

Jenan menghembuskan nafasnya sambil menatap wajah putrinya sebentar, lalu tak lama iapun pergi keluar dari rumah itu.

Kaki Nasya lemas ia pun duduk dilantai sambil menangis sesegukan, Nenek Iyam mencoba menenangkannya.

Terpopuler

Comments

Raya

Raya

ngahuleung

2023-09-30

0

Wirda Wati

Wirda Wati

masih bingung

2023-06-14

0

Indahsu

Indahsu

tak pikir Nasya anak nya sisilia 😁 ternyata malah anak suaminya

2023-02-03

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!