Chalandra berjalan kaki untuk pergi ke halte bus, gadis itu berniat untuk mengajak kakak iparnya jalan-jalan, karena hari ini juga libur sekolah ia menjadi bosan jika harus diam di rumah terus.
Chalandra menundukan kepala fokus ke layar ponselnya, satu motor berhenti tepat di depan gadis itu, Chalandra mengangkat kepalanya mencoba mencari tahu siapa yang telah menghalanginya jalan.
"Hai, bukankah kau adiknya Reygan? mau kemana?" tanya laki-laki itu.
"Aku akan pergi ke rumah kakakku, kau siapa?"
Laki-laki itu tersenyum lalu melepaskan helmnya. "Aku teman kakakmu." jawabnya
"Kau cantik sekali, apakah kau sudah mempunyai pacar?" tanya laki-laki itu.
"Tentu saja dia punya, itu aku." sahut Savian yang tiba-tiba saja datang dan langsung merangkul pundak Chalandra.
Chalandra terkejut langsung melirik Savian, entah dari mana laki-laki itu datang.
"Aaa kau Savian?" tanya laki-laki itu.
"Ayo, kita berangkat." ucap Savian langsung menarik tangan Chalandra dan menghiraukan laki-laki itu.
Saat laki-laki tadi sudah pergi, Chalandra langsung melepaskan tangannya yang sedang digenggam oleh Savian, gadis itu melipatkan kedua tangannya di dada sambil menatap Savian.
"Kau pasti ingin bertanya kenapa aku bisa ada disinikan?" tanya Savian sambil terkekeh.
Savian langsung menunjuk Eliaria yang sedang berlari menghampiri mereka, Chalandra langsung tersenyum saat melihat kedatangan sahabatnya itu.
"Tadi aku ingin menemuimu di rumah Bibi Kala tapi kata satpam kau pergi untuk berkunjung ke rumah Reygan." ucap Eliaria sambil memeluk lengan kiri Chalandra.
"Aku tadinya ingin naik bus."
"Ayo, biar aku antarkan kalian." kata Savian melangkahkan kakinya duluan menuju mobil.
Chalandra dan Eliaria langsung menyusul Savian dan memasuki mobil laki-laki itu.
***
Nasya membuka pintu kamarnya dan terkejut saat melihat Reygan yang sedang tertidur di depan kamarnya.
Nasya berlutut dan langsung membangunkan suaminya, Reygan yang merasa pipinya di tepuk-tepuk langsung mengerjapkan matanya.
Laki-laki itu menatap tajam Nasya dan beranjak berdiri, Nasya kebingungan dan kembali berdiri.
"Apa yang kau lakukan semalam?" tanya Reygan masih dengan wajah datarnya.
"Semalam? memangnya aku kenapa?" tanya Nasya.
Reygan bisa melihat kedua mata istrinya yang sembab, laki-laki itu terkekeh.
"Jangan menyusahkan ku, kau pikir aku peduli padamu? aku hanya tidak ingin jika kedua orang tuaku salah paham dan malah menyalahkanku." ucap Reygan langsung masuk kedalam kamarnya.
Nasya berjalan kearah dapur untuk memasak, niatnya untuk tidak menjalankan kewajibannya sebagai seorang istri terpendam karena itu sudah menjadi kewajibannya sekarang.
Mau bagaimana pun sikap Reygan kepadanya nanti, dia harus banyak-banyak bersabar, mungkin pernikahan ini tidak akan berjalan lama jadi Nasya ingin memanfaatkan waktu tersebut sebaik mungkin.
"Entah kapan dia akan menceraikanku, tapi aku tidak usah membuang semua tenagaku hanya untuk laki-laki yang berstatus suamiku sekarang."
Nasya cukup pandai dalam memasak, sudah dikatakan jika dia harus mandiri jadi memasak adalah hal yang gampang menurutnya.
Selain mencari uang Nasya juga pandai dalam melakukan apapun, contohnya dalam mengurus pekerjaan rumah.
Semenjak dia tinggal bersama bibinya, semua pekerjaan rumah di kerjakan oleh Nasya. mencuci baju, mencuci piring, membersihkan halaman rumah, dan lain sebagainya.
Setelah semuanya telah selesai, Nasya langsung menyiapkan masakannya di atas meja makan, belum sempat Nasya memanggil suaminya tapi laki-laki itu sudah keluar kamar duluan.
"Makanlah, aku sudah memasak." kata Nasya sambil duduk di kursi.
Reygan melihat masakan yang ada di meja makan, ia menatap istrinya sekilas lalu membuang muka.
"Melihatmu saja aku sudah tidak berselera." ucap Reygan lalu pergi dari dapur.
Nasya menahan diri untuk tidak emosi, sudah dibilang mulai hari ini dia harus banyak bersabar.
"Pergilah dari sini, jika perlu jangan kembali lagi!" ucap Nasya sambil melayangkan pukulan ke udara.
Nasya membuang nafasnya dengan kesal. "Laki-laki itu selalu membuat emosiku naik saja."
Nasya mencuci piring yang kotor, setelah selesai gadis itu langsung merebahkan tubuhnya di atas sofa yang berada di ruang keluarga.
Nasya tidak melihat keberadaan suaminya lagi, entah kemana dia pergi gadis itu tidak perduli.
Suara bel rumah berbunyi, Nasya langsung beranjak dan pergi ke depan rumah untuk membukakan pintu.
Chalandra dan juga Eliaria langsung masuk kedalam rumah setelah Nasya mengijinkannya.
Kedua gadis itu memperhatikan sekeliling rumah. "Dimana kak Reygan?" tanya Chalandra.
"Aku juga tidak tahu." jawab Nasya sambil menaikan kedua pundaknya.
"Apakah kak Reygan memperlakukan kakak dengan buruk?" tanya Eliaria.
"Tentu saja tidak, dia memperlakukan aku dengan sangat baik."
Chalandra melihat ada dua ruangan yang bersampingan, gadis itu langsung menatap kakak iparnya.
"Itu ruangan apa?" tanya Chalandra sambil menunjuk kedua ruangan tersebut menggunakan jari telunjuknya.
"Itu kamarku dan juga Reygan." jawab Nasya.
Eliaria dan juga Chalandra langsung mengerutkan keningnya sambil menatap kakak iparnya itu.
"Baik-baik saja bagaimana? bahkan kamar kalian saja terpisah." kata mereka barengan.
Nasya terkekeh sambil mengusap tengkuknya. "Aku masih beradaptasi dengannya, aku juga ingin mencari tahu kepribadiannya seperti apa lagi pula kami berdua masih canggung maka dari itu kita berdua memutuskan untuk pisah kamar." kata Nasya menjelaskan kepada adik iparnya itu.
"Aku mengerti, kalian butuh waktu untuk itu, sekarang pasti kak Reygan sedang menemui Zora." ucap Chalandra.
"Benarkah?"
"Iya, biasanya saat libur seperti ini mereka berdua selalu menghabiskan waktu bersama."
Nasya terdiam mendengar ucapan adik iparnya itu, gadis itu menjauhkan pikiran negatifnya.
"Lagipula hubunganku dengannya tidak akan lama, dia pasti akan menceraikanku." ucap Nasya
"No, No. dia tidak akan melakukan hal itu kak."
"Benar, kak Reygan tidak akan melakukan itu, biar aku jelaskan. kau tahu bukan hubungan Paman Reja dan juga Paman Zidan sangat dekat, bahkan mereka menjadi rekan bisnis, mereka sudah menjajikan perjodohan ini sejak lama dan kak Reygan menerima perjodohan ini karena dia tidak ingin bisnis Paman Reja hancur."
"Apa hubungannya dengan bisnis?" tanya Nasya dengan kebingungan.
"Kau tidak akan mengerti, intinya Papah ini sangat bergantung dengan Paman Zidan dan begitupun sebaliknya."
Nasya mengangguk mengerti mendengarkan penjelasan mereka berdua.
"Tapi aku baru tahu jika Paman Zidan mempunyai dua orang putri." imbuh Eliaria.
"Aku bukan anak kandungnya, sebenarnya yang akan dijodohkan itu kakak tiriku yang bernama Lea tetapi karena dia tidak mau Papah menyuruhku untuk menggantikannya."
"Oh seperti itu, aku mengerti sekarang."
Eliaria dengan rambut kepang duanya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments