Bercocok tanam

Di saat jam istirahat kerja, Askar membawa Rea untuk makan di luar kampus....

Dia bisa melihat bagaimana Askar menghindar ketika harus bicara saling berhadapan dan itu membuat Rea senang. Rea sadar jika Askar tertarik, namun dia malu mengakuinya.

"Apa aku tidak terlihat cantik dengan pakaian seperti ini." Rea coba menggoda Askar selagi melonggarkan kerah baju.

"Kau cantik, sangat cantik, tapi ... Hmmm bagaimana aku mengatakannya... Kau hanya akan membuat orang lain berpikiran kotor untuk fantasi mereka." Jawab Askar rumit.

"Aku tidak keberatan jika kau yang melakukannya Askar."

"Tolong jangan buat aku merasa bersalah." Lemas Askar tidak berani membayangkannya.

"Memang apa yang membuatmu merasa salah ?."

"Itu sulit dikatakan." Jawab Askar berusaha untuk tetap tenang.

Rea kini terlihat begitu tenang...."Apa karena takut mengkhianati istrimu."

Askar ingat jika dia membenarkan perkataan Anna bahwa sudah memiliki keluarga, berharap dengan kebohongan yang dia buat akan menjadi alasan Rea agar tidak menginginkan hubungan lebih dari teman atau semacamnya.

Ternyata itu salah, Rea tidak peduli soal Askar yang memiliki istri, dia semakin menjadi-jadi untuk terus mendekat tanpa ragu.

"Ya ... Benar sekali, kau tahu Rea, hubungan antara kami harus di landasi oleh kepercayaan yang terikat dengan pernikahan. Jadi aku tidak boleh sembarangan karena bisa dianggap sudah mengkhianatinya." Askar hanya bisa mengikuti alur kebohongan yang dia buat.

"Hmmm kau cukup bertanggung jawab, meski pun sudah mencium wanita lain." Sindir Rea.

"Sudah aku katakan jika saat itu aku lengah, dan Fio mabuk, jadi aku tidak memiliki kesempatan untuk menghindar."

"Terserah kau saja, tapi aku tetap tidak akan menyerah..."

"Aku mohon, kau menyerah saja...."

"Tidak mungkin, selama masih ada kesempatan, kenapa tidak...."

"Padahal aku sudah berusaha menutup kesempatan itu...." Gumam Askar dengan menghembuskan nafas berat.

Rea cukup banyak mendapat perhatian dari orang-orang di sekitar mereka, Askar berpikir untuk tetap mendorong Rea berada di luar jalur.

"Bukankah ada banyak lelaki lain yang jauh lebih baik dari pada orang seperti ku." Kata Askar.

"Siapa ?." Rea bertanya serius.

"Hmmm... Edward misalnya." Hanya nama itu yang terlintas dalam benak Askar, karena sejak awal dia tidak kenal lelaki mana pun.

Wajah Rea jelas tidak setuju...."Apa kau serius menganggap bahwa lelaki macam Edward itu lebih baik ?. Dia hanya lelaki sombong yang menganggap orang lain jauh lebih rendah daripada dirinya."

"Sebenarnya aku pun setuju."

Itu yang Rea simpulkan meski baru bertemu beberapa menit lalu, tapi dia bisa menilai seluk-beluk sifat Edward tanpa ada kesalahan.

"Tapi dia kaya loh, anak konglomerat, dari pada aku yang hanya bukan siapa-siapa, masa depanmu jauh lebih terjamin bersama Edward." Askar coba menguatkan alasannya.

"Asal kau tahu Askar, aku bukan orang miskin yang mencari keuntungan dari lelaki, soal uang aku punya banyak, bahkan aku tidak ingat berapa banyak angka Nol di di tabunganku." Tegas Rea memperjelas.

"Sekarang aku yang merasa sedang memanfaatkan mu." Gumam Askar lemas.

"Aku tidak peduli soal itu."

"Harga diriku sebagai lelaki benar-benar terguncang mendengarnya." Semakin tidak berdaya Askar menerima kenyataan.

"Jadi tidak ada alasan untuk membicarakan tentang perasaan ku kepada orang lain." Balas Rea.

"Baiklah..." Tidak ada tanggapan lain dari Askar.

*******

Rea kembali ke asrama dengan bibir melengkung dan suasana hati yang bahagia....

Melihat Rea sekarang tidak lagi murung seperti sebelumnya, Anna pun ingin tahu apa yang terjadi.

"Bagaimana Rea, apa kau membuat lelaki itu bersujud meminta maaf di kaki mu." Tanya Anna begitu antusias.

"Tidak sampai bersujud juga, tapi melihat Askar malu-malu saat melihat ku, itu membuatku senang. Artinya aku masih bisa menarik perhatian Askar dan ada kesempatan mendapatkannya." Jawab Rea.

"Kau menyia-nyiakan waktu Rea, kau bawa saja dia ke hotel dan buat dia menghamili mu, semua akan menjadi mudah karena Askar harus bertanggung jawab atas anak yang kau kandung nanti."

Wajah Rea merah malu setelah mendengar pendapat Anna, dia barulah merasakan cinta, namun untuk melakukan banyak hal dalam hubungan lebih intim, tentu Rea masihlah wanita yang polos.

"Apa benar begitu ...." Balas Rea kembali bertanya.

"Harusnya, kecuali dia lelaki breng*sek yang hanya mau bercocok tanam tanpa mau bertanggung jawab."

"Hmmm aku pikir itu bisa di lakukan nanti, aku sendiri masih belum tahu caranya." Jawab Rea ragu-ragu.

"Aku bisa kirimkan video tutorial membuat anak ?.

"Apa aku harus belajar ?."

Anna sedikit berpikir...."sepertinya tidak perlu juga, Askar jauh lebih berpengalaman untuk melakukan ini dan itu. Secara, dia sudah menikah jadi kau hanya perlu mengikuti apa yang dia inginkan."

Rea tidak tahu harus menjawab apa, sedangkan di dalam pikirannya sudah terbayang-bayang, ketika mereka berada di satu ranjang bersama dan melakukan banyak hal tentang anatomi tubuh manusia.

"Tapi Rea, bagaimana dengan keluargamu, apa mereka akan mau menerima Askar ?."

Rea seketika diam .... "Soal itu.... Aku tidak tahu."

Anna memberi alasan...."Keluarga Mavendra tentu mempermasalahkan status Askar, terlebih lagi dia hanya seorang cleaning servis dan bukan juga dari keluarga terpandang."

"Meski begitu, aku tidak peduli, jika pun mereka menolak Askar, aku lebih memilih pergi dari sana."

"Itu terlalu berlebihan Rea, kau adalah ahli waris keluarga Mavendra, melepas status mu demi seorang lelaki tidak lah sebanding." Tegas Anna tidak setuju.

"Untuk apa aku mempermasalahkannya sekarang, sejak awal, semua keluarga Mavendra tidak pernah menganggap ku menjadi bagian mereka." Marah Rea saat mengingat hidupnya.

Anna tahu seberapa sulit kehidupan Rea di di dalam keluarga Mavendra, bahkan karena dia adalah ahli waris itu, semua saudara-saudaranya menaruh kebencian kepada Rea.

Perebutan harta warisan memang sangat sensitif bagi semua manusia, mereka-mereka yang rakus tidak akan peduli soal ikatan keluarga, selama kemuliaan ada di genggaman tangan, bahkan jika harus mengorbankan saudaranya, tidak akan ada keraguan sedikit pun.

Tiba-tiba saja suara ponsel berdering membuat Rea tersadar dari lamunan, melihat nama kontak yang tercantum di layar, wajah Rea berubah drastis.

"Kenapa kau tidak menjawabnya Rea."

"... Ini dari ayahku." Jawab Rea rumit.

Rea berjalan ke balkon luar kamar, Anna selalu melihat Rea tidak senang tentang apa pun, jika itu berhubungan dengan Dirgan Mavendra.

Setelah beberapa menit, Rea kembali, raut wajahnya terlihat rumit, seakan ada masalah serius antara Rea dan sang ayah.

"Apa ada masalah Rea ?." Tanya Anna khawatir.

Karena bisa saja keluarga Mavendra tahu tentang hubungan Rea dengan Askar, bukan mustahil bagi mereka mengirimkan mata-mata untuk mengawasi Rea.

"Bukan sebuah masalah, hanya saja ayahku ada di Boston sekarang."

"Apa ini soal Askar."

"Ayahku tidak tahu soal Askar, tapi aku diminta untuk pergi bertemu dengannya."

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!