Tiga lelaki ini adalah sindikat perdagangan manusia yang menculik gadis-gadis dari kalangan pelajar atau pun mahasiswa untuk di jual ke para pelanggan diantaranya adalah para mafia kota.
Tentu mereka menggunakan identitas semua palsu, mengaku-ngaku sebagai anak pejabat, artis atau pun konglomerat demi menarik perhatian para wanita agar bisa di dekati.
Itu cukup efektif karena setiap wanita tentu ingin mengenal cinta sejati. Terlebih lagi jika mereka tampan, kaya, dan memiliki masa depan cerah akan lebih di utamakan.
Di sebuah losmen pinggiran kota... Mobil ketiga lelaki itu berhenti, satu orang membawa satu wanita yang dibawa masuk kedalam kamar di lantai dua losmen.
Jelas dirasakan seberapa berat untuk satu orang membawa wanita naik ke lantai dua melalui tangga. Terlebih lelaki bernama Ryan, dia membawa Anna yang notabenenya tinggi dan cukup berisi.
Setiap langkah di anak tangga membuat kaki Ryan gemetar.
"Apa yang sebenarnya wanita ini makan, aku merasa sedang membawa dua puluh pon daging sapi." Kata Ryan kesal.
"Jangan banyak mengeluh, kau sendiri yang mengatakan ingin menikmati wanita itu, jadi berusahalah... Sesekali kau butuh perjuangan agar usahamu berbuah manis." Sebuah kata-kata bijak yang keluar dari mulut Sam.
"Aku tahu itu, kau diam saja."
"Padahal kau sendiri yang mengoceh tidak jelas."
Para tetangga tidak pernah peduli dengan kegiatan orang lain, dimana kehidupan bebas di negara Amerika melegalkan hubungan s*ex tanpa perlu surat nikah.
Sehingga ketika mereka berpapasan dengan orang yang tinggal di kamar sebelah kanan atau pun kiri, merasa wajar untuk anak muda menikmati waktu bersama wanita.
Sesampainya di dalam kamar, ketiga wanita di jatuhkan ke lantai begitu saja. Seakan obat yang diberikan sangat berkualitas dan mujarab, bahkan ketika kepala membentur lantai itu tidak membuat mereka terbangun.
"Menurut mu berapa banyak uang yang kita dapatkan dari satu wanita ini." Tanya Alex kepada Sam.
"Aku tidak yakin, jika kita menjual Elissa dia terlihat seperti pe*lacur, mungkin dua ratus dollar."
"Kalau begitu, bagaimana dengan Anna, dia terlihat sangat cantik dan juga se*ksi aku pikir dia cukup mahal." Ryan memberi penilaian tinggi.
"Mungkin seribu Dollar, ya tapi mereka yang menentukan harganya bukan kita. Tapi aku rasa, Wanita bernama Rea ini cukup mahal."
"Aku juga berpikir seperti mu." Ryan setuju.
Alex mengangguk setuju..."Harga untuk wanita perawan dari Asia sangat menguntungkan, terakhir kali kita menjual Wanita Jepang itu, mereka memberi kita dua ribu dollar."
Ketiganya tentu tidak tahu bagaimana nasib semua wanita yang mereka jual kepada para mafia. Di pasar gelap perdagangan manusia menjadi salah satu bisnis menjanjikan.
Orang-orang berani membayar mahal untuk menjadikan wanita-wanita itu sebagai budak se*x atau pun di ambil organ dalamnya.
Sepanjang tahun ada banyak kasus mengenai orang hilang di negara Amerika. Tapi dengan jumlah penduduk yang hampir mencapai 400 juta jiwa, namun sebagian besar tidak peduli dan beranggapan bahwa mereka hanya kabur dari rumah demi hidup bebas di jalanan.
"Jadi apa yang akan kita lakukan sekarang ?."
"Kenapa kau bertanya ?, Sangat disayangkan jika kita menjual mereka sekarang." Ryan tersenyum penuh arti.
"Kalau begitu...."
"Aku ingin bermain...."
".....dengan wanita ini."
Tunjuk mereka bertiga secara bersamaan ke arah Rea. Dari semua wanita, Rea memang terlihat begitu istimewa, selain memiliki wajah cantik, tubuh ramping dan cukup berisi. Di pastikan pula bahwa dia masihlah perawan.
"Tunggu dulu, bukankah kau mengatakan jika ingin bermain dengan dia." Tunjuk Sam ke arah Anna.
Ryan seakan tidak peduli...."Aku berubah pikiran, produk lokal sudah sering aku coba dan rasanya sama saja."
"Kita tidak perlu berkelahi untuk hal ini, kita bisa melakukannya bersama-sama atau pun bergantian." Alex menengahi.
"Tapi tetap saja, aku lah yang pertama." Sam tegas mengatakannya.
"Baiklah, aku tidak masalah."
Ryan atau Alex hanya bisa menerima keinginan Sam, bagaimana pun otak rencana ini adalah dia, tentu mereka lebih memilih untuk mengalah dari pada berkelahi memperebutkan seorang wanita.
"Baiklah, mari ikut aku ke dalam." Ucap Sam selagi membawa tubuh Rea masuk ke satu ruang kamar.
Mereka jelas tidak ingin membuang waktu hanya dengan menunggu giliran saja, pandangan Ryan mengarah ke wanita lain lain yang berbaring di lantai.
Ryan pun menarik tubuh anna yang memang terbilang berat ke atas kursi. Tersenyum penuh semangat ketika Ryan menyobek kaos mini serta celana jeans itu menggunakan pisau.
"Aku benar-benar senang saat melakukannya." Ucap Ryan sendiri.
"Kau jangan berlebihan Ryan, itu adalah barang dagangan kita, kalau kau sampai membuatnya cacat seperti kemarin. Bagianmu akan di potong." Alex memberi peringatan.
"Tenang saja, aku mengerti."
Sedangkan Alex berjalan pergi menuju dapur untuk mencari beberapa cemilan, tanpa sedikitpun tertarik kepada satu wanita yang tersisa yaitu Elissa.
Melihat bentuk tubuh berisi bulat sempurna milik Anna, Ryan tidak menahan diri dan mulai meraba serta mengelus aset pribadi itu dari atas hingga bawah.
Ryan mempersiapkan diri, dia sudah membuka baju dan celana hingga kini hanya tersisa pakaian dalamnya saja.
Tapi belum sempat mendekat suara wanita terdengar dari belakang....
"Maaf jika penampilan ku tidak elegan dan anggun, tapi tetap saja, aku merasa tersinggung karena kalian lebih memilih wanita-wanita itu dan mengabaikan ku."
Ketika Ryan berbalik untuk melihat siapa orang yang berbicara, ternyata wanita emo di lantai sudah tidak ada, dan dia kini berdiri dengan sebuah pisau di tangan.
"Bagaimana bisa..." Ryan terkejut bukan main.
"Padahal kau tahu, aku berdandan cukup lama agar bisa menarik perhatian kalian, tapi ternyata, kau dan teman-teman mu lebih memilih gadis lain. Itu membuatku ragu apa penampilan ku kurang cantik." Sekali lagi Elissa mengoceh.
Merasa bahwa wanita Elissa bukan wanita biasa dan juga membawa senjata tajam, Ryan segera mengambil pisau lipat di sakunya dan siap untuk melawan.
Tapi anggapan jika perlawanan Ryan akan mudah karena perbedaan gender dimana lelaki lebih kuat dari wanita, itu adalah salah besar. Karena cepat pisau ditangan Elissa masuk ke dalam mulut Ryan yang terbuka, dia tersenyum dan tidak langsung membunuhnya.
Ryan ketakutan, dia tidak berani bergerak selagi nyawanya sedang terancam.
Dari arah dapur Alex mendengar suara wanita, dia sadar bahwa tidak ada orang lain di ruangan ini kecuali mereka bertiga dan tiga wanita yang pingsan.
Melihat keadaan dan memang benar, jika Ryan sedang dalam ancaman gadis bernama Elissa. Bersiap dengan pistol di tangan, Alex mengendap-endap untuk mencari posisi menembak.
Baru beberapa langkah, sebuah pisau melayang lurus menembus kepala Alex, Elissa menyadari hal itu, dia memiliki sepuluh pisau tersimpan di balik bajunya sebagai senjata.
Ryan semakin takut ...."Mmmmm....mmmm Mmmmm."
"Apa yang kau katakan ?." Tanya Elissa yang menarik kembali pisau dari mulut Ryan.
"Kenapa kau melakukan ini, jika kau menginginkan uang akan aku berikan." Ryan coba menawar.
Lemas senyum Elissa mengejek...."Ya jika kau bertanya... Ini adalah pekerjaan dari salah satu orang tua wanita yang kalian bunuh, jadi aku tidak butuh uangmu itu karena mereka membayar mahal. lagian, aku tahu seberapa banyak uang yang ada di dalam dompet kalian."
Hanya itu yang perlu di bicarakan, dan Elissa membunuhnya begitu saja tanpa sedikitpun rasa bersalah.
"Baiklah sekarang kita lihat apa yang dilakukan satunya di kamar."
Elisa beranjak dan membuka pintu kamar tempat Sam membawa Rea, pemandangan tidak menyenangkan pun terlihat, dimana ada banyak darah berceceran di dinding dan seorang lelaki berdiri mengangkat tubuh Sam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments