Rea tidak menyia-nyiakan waktu untuk mulai menjalankan rencananya mendekati Askar.
Jika memang benar apa yang dikatakan oleh Anna, Askar sudah memiliki seorang istri dan penolakan terhadapnya adalah sebatas menjaga hubungan rumah tangga sebagai suami setia.
Maka apa yang Rea perlukan adalah membuat Askar terpesona karena Rea dan berpisah dengan istrinya secara sadar, tanpa paksaan untuk cerai, sehingga dia tidak akan di sebut sebagai pelakor, atau perebutan lelaki orang.
Rea berjalan di lorong kelas yang sudah penuh oleh para mahasiswa untuk melihatnya sekedar lewat. Tapi tujuan Rea bukan memerkan diri kepada mereka, melainkan mencari dimana Askar berasa sekarang.
Hingga ketika dia melewati ruang dosen, Askar menampakan dirinya dengan membawa tumpukan kardus berisi berkas-berkas untuk di pindah ke gudang penyimpanan data.
"Askar...." Panggil Rea yang berjalan mendekat.
"Oh kau Rea, ada perlu apa ?." Balasnya tersenyum.
Askar coba untuk bersikap santai seperti biasa, meski kejadian malam itu masih jelas dalam ingatan, tapi dia tetap tidak bisa menyalahkan Rea, dimana Askar sendirilah yang menolaknya.
"Itu terlihat berat, apa perlu aku bantu." Rea menawarkan diri.
Tapi Askar tidak begitu saja menerima bantuan Rea...."Jangan, ini benar-benar berat, jika kau ingin bicara, tunggulah sebentar, aku akan menaruh semua berkas ke belakang dulu."
"Baiklah...." Cukup kesal Rea karena tidak ada tanggapan Askar soal penampilannya.
Tapi Rea coba memahami kondisi Askar sekarang dengan kedua tangan dipenuhi barang bawaan, sehingga dia tidak memiliki waktu untuk memberi perhatian kepadanya.
Duduk menunggu di kursi, Rea tidak melepaskan pandangannya kepada Askar hingga dia masuk kedalam gudang. Tapi sedikit lama menunggu, itu membuat seorang lelaki tampan berambut pirang datang menghampiri Rea.
"Rea, apa boleh aku duduk disini." Ucapnya tersenyum.
"Silakan saja...." Rea tidak bisa menolak permintaan sopan dari lelaki itu.
Meskipun Rea merasa sedikit aneh, karena dari sekian banyak kursi kosong di lorong jelas yang disediakan untuk siapa pun bisa duduk bersantai, lelaki itu lebih memilih untuk mengambil tempat di sebelahnya.
"Kau Rea dari fakultas bisnis kan ?." Tanya lelaki itu berbasa-basi memulai pembicaraan.
"Ya benar, memang kau siapa ?." Balas Rea balik bertanya.
"Aku Edward Swalldwon dari fakultas teknologi sains." Dia pun memperkenalkan diri.
"Hmmm maaf aku tidak kenal."
Edward merasa kecewa untuk jawaban Rea, hanya saja dia tidak menyerah...."Tidak masalah, kita memang baru pertama kali bicara jadi wajar kalau kau tidak mengenal ku."
"Baiklah, mungkin sekarang aku bisa ingat, tapi tetap jangan berharap lebih, karena aku mudah melupakan nama seseorang...." Jawab Rea.
Rea hanya coba untuk bersikap ramah tamah, karena seperti yang Anna ajarkan bahwa dia harus mengubah sifat kaku dalam bersosialisasi.
Dalam hidup Rea memang itulah masalah utamanya, terkadang dia tidak peduli jika berbicara dengan setiap lelaki, bahkan perkataan Rea terbilang tajam hingga melukai perasaan mereka.
Meskipun sebenarnya Rea hanya berkata jujur tanpa perlu berpura-pura akrab yang berakhir pahit.
"Kau terlihat berbeda dari biasanya Rea." Ucap Edward mencari topik pembicaraan.
Rea bingung saat akan menjawab..."Apa benar ?, Aku tidak merasa seperti itu."
"Tidak mungkin aku salah, orang-orang satu kampus membicarakan mu sekarang."
"Aku merasa tidak nyaman, jika mereka terlalu banyak memujiku." Balas Rea.
'Fokus Rea, fokus, ini adalah latihan untuk bersikap ramah, jangan sampai kau mengucapkan kata-kata kasar atau pun menghinanya.' Rea mengingatkan dirinya sendiri.
"Sebelumnya kau terlihat begitu tertutup, kaku dan juga norak, tidak, lebih tepatnya sederhana..." Ucap Edward tersenyum ke arah Rea.
Hanya saja, Rea menganggap perkataan Edward itu seperti sedang menyindirnya.
'Apa boleh aku menamparnya.... Tidak, tidak, tidak, kau harus sabar Rea, jangan terpancing emosi.' Rea coba bertahan.
Tawa Rea begitu terpaksa..."Benarkah ?."
"Ya itu benar, tapi sekarang kau menjadi lebih cantik, memang apa yang terjadi hingga kau berubah ?." Edward semakin berantusias.
"Hmmm bisa di bilang, aku ingin mencoba suasana baru." Jawab Rea ala kadarnya.
"Memang sebelum ini, kau tidak berpikir jika penampilan mu sangat buruk." Tawa Edward.
'Ah tidak... Aku sekarang ingin melemparkan sesuatu ke wajah lelaki ini. Seseorang tolong datanglah sebelum aku benar-benar melakukannya.'
"Aku rasa kau benar juga...." Balas Rea pun ikut tertawa, sebuah tawa yang menyimpan emosi.
Hingga tidak lama, Askar keluar dari gudang dan Rea segera berdiri untuk menghampiri Askar karena sudah tidak bisa menahan emosi dengan ucapan Edward.
"Maaf membuatmu menunggu lama, Rea, ada banyak barang yang harus di rapikan terlebih dahulu." Kata Askar.
Rea mengambil tangan Askar dan memegangnya erat..."Tidak apa-apa."
Untuk sekedar berpegang tangan Askar masih bisa terima dan tidaklah menolak, tapi secara sengaja Rea membuat posisi dimana Askar bisa melihat belahan dada yang begitu sombong dan berani dari balik pakaiannya.
"Rea, apa kau tidak bisa mengkondisikan pakaianmu itu, aku melihat sesuatu yang kurang pantas."
"Memangnya kenapa, bukankah ini terlihat menarik." Rea tersenyum cerah dan semakin banyak memperlihatkan kepada Askar.
"Ya menarik orang-orang sa*ngean untuk menatapmu penuh nafsu."
"Selama itu kau, aku tidak masalah." Jawab Rea.
Askar sontak terkejut dan membalik badannya dengan malu.
"Rea harusnya kau tidak menggunakan pakaian kurang bahan seperti ini, kau bisa masuk angin." Askar mencari alasan.
"Tapi...."
Edward datang menyela perkataan Rea...."Apa kau tidak malu menghina penampilan wanita secantik Rea."
"Siapa dia ?." Tanya Askar kepada Rea.
"Namanya Edward Swalldwon..." Bisik Rea menjawab.
Askar mengangguk paham..."Ohhh."
Edward Swalldwon, ternyata memang benar jika Askar pernah mendengar nama ini sebelumnya, karena dia adalah salah satu mahasiswa universitas Harvard dari fakultas teknologi sains.
"Paman...."
Askar terkejut.. "Pa...man ?, Apa aku terlihat setua itu... "
Rea menjawabnya dengan gelengan kepala.
"Harusnya paman malu ucapan paman sama seperti sedang menghina penampilan Rea." Kata Edward meremehkan.
"Dari mananya ucapanku itu terdengar seperti sedang menghina ?." Askar balik bertanya.
"Tentu saja, Rea sangat pantas dengan penampilannya sekarang, dia terlihat cantik dan juga menakjubkan, tapi kau... (Senyum mengejek) meminta untuk menutupi kecantikannya itu, kalau bukan menghina terus apa lagi ?."
Askar hanya berpikir, pantas saja keluarga Swalldwon mendapat ancaman, itu bukan hanya sekedar persaingan bisnis keluarganya saja, tapi memang karena perilaku Edward begitu buruk.
"Rea sebaiknya kau ikut aku, tidak perlu mengurusi paman ini, jika kau mau kita bisa pergi ke mall dan belanja pakaian."
Hanya saja Rea tidak senang .... "Kenapa kau begitu peduli ?, Jika memang mau pergi, pergi saja sendiri, maaf saja tapi aku tidak tertarik."
"Baiklah, jangan menyesal."
"Sedikit pun tidak." Balas Rea.
Edward pergi dengan perasaan kesal.
Askar sendiri paham jika Edward tertarik untuk mendekati Rea, sebagai sesama lelaki, tidak bisa dipungkiri lagi, Rea membuat siapa pun ingin memilikinya.
Tapi Askar tidak bisa melangkah lebih jauh daripada seorang kenalan atau pun teman mengobrol saja, dia memiliki alasannya sendiri yang menjadi rahasia tanpa siapa pun tahu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
Evan Hayashi
jangan lama" ya thor ngasih tahu nya tar kek davendra aja😂👌
2023-01-14
0