Anna mulai melakukan investigasi kepada Askar, dia berada di dalam kampus dan mencari informasi tentang lelaki itu.
Bertanya ke beberapa orang yang dirasa akrab dengan Askar, semua hanya mengatakan....
"Askar ?, Dia lelaki baik, suka menolong, rajin bekerja dan juga sopan, meski pun dia sering menghutang untuk makan." Kantin ibu kantin.
"Hmmm jika kau bertanya Askar. Dia mudah diajak bicara dan pendengar yang baik, aku sering kali curhat kepadanya... Dan juga dia berhutang beberapa dollar untuk makan di kantin." Kata wanita penjaga Resepsionis.
"Dia memiliki orang yang serba bisa, aku pernah di tolong olehnya saat mobilku mogok dan tidak senang minum alkohol, ah aku lupa jika kau bertemu Askar, tolong beritahu kalau dia belum mengembalikan hutangnya kemarin." Kata tukang kebun kampus.
Anna merasa bingung, dari penilaian tiga orang itu, Askar bukan lelaki jahat yang suka mempermainkan perasaan wanita. Hanya saja sebagian keluh kesah mereka adalah tentang dia memiliki krisis finansial dan sering berhutang.
"Seharusnya Askar itu sadar, jika bisa memiliki Rea, dia tidak perlu lagi khawatir soal keuangan."
Tapi barulah Anna membicarakan tentang Askar. Sekilas bayangan lelaki itu tanpa sengaja lewat selagi membawa kain pel di tangannya.
Anna terus mengikuti dan mengawasi di kejauhan, meski pada akhirnya dia hanya melihat Askar berkeliling gedung kampus untuk membersihkan setiap lantai kotor.
"Tidak ada yang aneh, dia bahkan jarang berbicara dengan wanita apa lagi menggoda mereka, tapi kenapa dia menolak Rea, apa mungkin dia itu... Penyuka pisang." Ini jelas membuat Anna semakin penasaran.
Hingga ada seseorang lelaki tua berjanggut putih dan kacamata tebal datang menyapa Askar dengan akrab.
Dari sisi tempat Askar.
Lelaki tua itu adalah salah satu dosen yang mengajar di universitas Harvard di fakultas fisika modern. Profesor Darius Orieal, hadirnya seorang profesor menemui Askar bukan untuk hal-hal penting, hanya sekedar meminta bantuan perihal angkat-angkat barang.
"Askar apa kau sudah selesai dengan pekerjaan mu." Tanya profesor Darius.
"Jika memang sudah selesai, aku lebih memilih pulang, tapi sayangnya jam kerja masih lima jam lagi." Jawab Askar cukup santai.
"Kau sangat pandai untuk menjawabnya. Setelah ini kau datanglah ke ruanganku, aku memerlukan sedikit bantuan untuk memindah beberapa berkas."
"Tentu saja, profesor, aku akan ke tempat anda."
Sebelum pergi, profesor itu menyadari jika Anna yang bersembunyi dibalik lemari piala sedang melihat ke arah Askar.
"Apa yang sedang dia lakukan ?." Tunjuk profesor Darius ke arah Anna.
"Hiraukan saja wanita itu prof, dia hanya sedang kurang kerjaan dan mengisi waktu luang untuk melakukan hal tidak berguna." Askar pun tidak tahu, tapi sejak awal dia sudah menyadari kehadiran Anna.
"Baiklah..." Meski penasaran profesor Darius tidak punya waktu mengurusi Anna.
Kembali ke tempat Anna...
Profesor itu sudah pergi, begitu juga dengan Askar dan Anna pun mengikutinya kembali dari belakang. Cukup jauh Anna menjaga jarak agar tidak di ketahui oleh targetnya.
Tapi tepat di belokan lorong kelas yang cukup panjang, Anna tidak lagi melihat Askar, dia pun berlari mengejar namun tetap saja, lelaki itu tidak terlihat di mana pun.
"Si*al aku kehilangan dia." Anna merasa kesal sendiri.
"Apa yang kau mencari sesuatu nona." Suara itu datang dari belakang Anna.
Ketika berbalik Anna terkejut, karena orang yang sedang dia awasi sebelumnya, kini berada tepat di belakangnya... "Ehhh.... Bagaimana bisa kau...."
Pada kenyataannya, Askar sudah tahu jika Anna akan mengikutinya kembali, sengaja dia mengambil lorong kelas yang panjang untuk menjaga jarak lebih jauh. Sehingga tepat setelah melewati belokan, Askar melompat ke luar jendela dan membiarkan Anna datang.
"Kenapa kau terus mengikuti ku ?." Tanya Askar serius.
Anna berusaha mencari alasan..."Tidak bukan apa-apa, mungkin perasaan mu saja."
"Hmmm aku yakin ini tentang Rea, dan kau mulai mengikuti ku karena penasaran bagaimana bisa aku menolak gadis secantik dia."
"Apa kau paranormal bisa tahu pikiran ku." Anna benar-benar terkejut.
"Tidak perlu aku menjadi paranormal aku bisa menebak semua yang kau pikirkan." Jawab Askar pusing.
Tapi tindakan Anna setelah mendengar jawaban Askar, dia pun segera menutupi setiap bagian penting di tubuhnya.
"Bukan berarti aku juga bisa melihat tembus pandang." Askar seakan tahu isi pikiran wanita itu.
Hembusan nafas berat keluar dari mulut Askar, dia begitu malas untuk mengurusi satu wanita ini, Annastasia Vilova. Hampir sama seperti Fio Aquilani, dia juga memiliki kebebasan di dalam hidupnya.
Tapi diantara dua wanita itu, hanya Anna yang dianggap oleh Rea sebagai sosok teman, karena memang mereka sudah saling kenal sebelum memasuki universitas Harvard. Dimana keluarga Mavendra dan Vilova menjadi partner bisnis belasan tahun lamanya.
Askar berjalan menuju tempat penyimpanan untuk menaruh kain pel dan Anna mulai mengoceh.
"Aku dengar dari Rea, jika kau menolaknya, apa kau tidak punya perasaan karena sudah membuat seorang wanita menangis."
"Hmmmm."
"Aku yakin kau itu bodoh, benar-benar bodoh karena menolak perasaan wanita cantik seperti Rea."
"Mungkin...."
"Suatu hari nanti kau akan menyesal, meratapi nasib karena melihat Rea diambil orang lain."
"Itu bisa jadi...."
"..... Jika kau membandingkan kecantikan Rea dengan wanita yang lain, mereka seperti remah-remah roti di dalam kaleng."
"Pastinya."
"Jangan pikir aku tidak tahu, jika sebenarnya kau itu .... Menyukai pisang."
"Haaaaahhhhh." Hembusan nafas berat keluar dari mulut Askar penuh penyesalan.
"Hei apa kau mendengarkan ku." Anna menepuk pundak Askar.
Setelah selesai merapikan semua peralatan, Askar pun memiliki waktu untuk menanggapi perkataan Anna itu.
"Ayo kita bicara... Aku tidak ingin di ikuti oleh seorang wanita seharian. "
Menarik tangan Anna, Askar membawanya ke tempat sepi. Di tunjukan sorot mata penuh rasa kesal, entah itu perihal Anna yang menyudutkan Askar sebagai subjek masalah atau pun ocehan panjang hingga membuat kepalanya pusing.
"Pertama, aku akui jika Rea adalah wanita cantik yang pernah aku lihat dalam hidup ini. Kedua, memang benar aku bodoh, tapi aku tidak punya pilihan. Ketiga, aku pasti marah jika ada lelaki lain coba mendekati Rea. Dan ke empat, aku memang suka pisang, tapi bukan pisang yang ada di dalam pikiran mu." Askar menjawab semuanya.
"Tunggu kau katakan tidak punya pilihan lain, memang kenapa ?, Apa kau sudah memiliki istri ?, Sehingga tidak ingin rumah tanggamu berantakan." Entah dari mana isi pikiran Anna.
Hanya saja Askar lebih memilih untuk menggunakannya sebagai alasan ... "Ya .. ya seperti itu."
Anna marah karena jawaban Askar..."Dasar badjingan, sudah tahu punya istri tapi masih mendekati wanita lain, lelaki macam apa kau."
Dia pun lebih memilih pergi, tapi baru beberapa langkah, Anna berbalik... "Mati saja kau."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments