Tujuan mereka berdua adalah sebuah bar yang memang cukup terkenal di kota Boston karena minuman atau pun makanannya masih terbilang murah, terlebih untuk kantong mahasiswa dimana tidak semuanya berasal dari orang kaya.
"Anna, kemarilah..." Panggil seorang lelaki yang duduk di bangku pojok belakang.
Anna tersenyum cerah melambai-lambaikan dan menarik tangan Rea untuk mengikuti.
Tiga pria dan satu wanita, ditambah Anna dan Rea, total semuanya orang dalam acara pertemuan ini ada enam orang.
"Kau mau pesan apa ?, Wine ?, Vodka ?, Beer ? Atau Teqila ?." Tanya lelaki itu kepada Anna.
"Aku tidak, hari ini tanpa alkohol, aku tidak bisa membiarkan temanku kerepotan nantinya." Jawabnya.
"Ayolah... Tidak menarik jika kau hanya minum air putih."
Anna merasa tertarik..."Apa pun itu, tapi jangan berlebihan."
"Tenang saja."
Lelaki itu juga menunjuk ke arah Rea...."Dan kau cantik... Apa kau ingin minum sesuatu ?."
"Bajigur ada ?." Balas Rea.
"Bajigur ?, Apa itu." Mereka tertawa karena tidak pernah mendengar nama miras yang Rea sebutkan.
"Lupakan kalau tidak ada, cappucino saja."
"Ok."
Orang-orang ini adalah teman Anna, lebih tepatnya teman yang dia kenal melalui media sosial dan membuat acara pertemuan untuk saling akrab.
"Baiklah, perkenalkan aku adalah Samuel, kalian bisa memanggilku Sam, mahasiswa semester lima dari jurusan politik. Kalian tahu keluarga ku termasuk dalam bagian pemerintah, jadi mereka ingin aku meneruskannya." Ucapnya Sam dengan santai.
Rea tidak menyukai perkenalan Sam, dia jelas menyombongkan diri meski dengan cara halus dan tutur kata lembut, tapi tetap saja, lelaki ini ingin melihat setiap wanita kagum atas kekuasaan dari keluarganya.
"Aku Ryan Astolfo, putra ketiga keluarga Astolfo dari universitas Stanford jurusan Hukum."
Anna cukup terkejut mendengar nama lelaki satu ini..."Tunggu bukankah keluarga Astolfo ...."
"Ya seperti yang kau kira, keluarga Astolfo pemilik hotel Astolfo tower." Jawab Sam yang ikut sombong atas temannya sendiri.
"Wah... Itu sebuah keberuntungan karena bisa mengenal anak seorang konglomerat." Balas Anna terkagum-kagum.
"Jangan terlalu kaku, aku tidak senang jika orang lain hanya melihatku dari keluargaku saja."
'Padahal kau sendiri yang memperkenalkan nama keluarga mu dengan suara keras.' pikir Rea dengan senyum kecil mengejek.
"Kalau begitu, sekarang giliran ku, Alex Young, dari universitas Harvard, jurusan teknologi sains, aku hanya anak dari artis."
Sekali lagi Anna begitu bersemangat untuk memuji orang lain...."Aku kenal dengan ayahmu, dia sangat terkenal di film 'Do not forget me', aku harap bisa meminta tanda tangannya nanti."
'Hanya ?, Hanya yang kau katakan benar-benar terlalu luar biasa.' sekali lagi Rea mencibirnya dari lubuk hati yang paling dalam.
Tentu Rea merasa aneh, bagaimana anak orang kaya sekelas pemilik Astolfo tower, artis dan juga pejabat pemerintah membawa mereka di bar kecil murahan.
Jika dibandingkan dengan kekayaan keluarga mereka semua, sekedar mencari makan di hotel binatang tujuh tidaklah menghabiskan uang jajan selama sebulan.
"Jadi sekarang giliran wanita-wanita cantik ini memperkenalkan diri." Berkata Sam memberi kesempatan.
Anna cepat berdiri, dia memang cukup mudah berbaur dengan orang lain dan mengikuti alur pembicaraan seperti seorang ahli dalam bersosialisasi.
"Aku Annastasia Vilova, berasal dari san Fransisco dan mengambil jurusan bisnis di universitas Harvard untuk melanjutkan bisnis keluarga."
"Bisnis keluarga seperti apa ?."
"Hanya penginapan kecil di sana." Balas Anna dengan tawa merendah.
Pada kenyataannya Rea tahu, keluarga Annastasia Vilova adalah pemilik Resort dan hotel di san Fransisco yang jelas tidak kalah terkenal dengan Astolfo tower.
Kedekatan Rea dan Anna pun bukan secara kebetulan untuk mereka bertemu di satu universitas yang sama, tapi karena hubungan antara keluarga Vilova dan Mahendra terbilang dekat sebagai partner bisnis.
Setelah Anna selesai memperkenalkan diri, satu wanita lain yang jelas asing bagi Rea kini ikut berdiri, dia memiliki wajah dengan tindik di telinga hidung dan juga lidahnya.
Bisa dikatakan bahwa dia menganut aliran Gotik atau gadis emo, meski begitu, Rea seakan tahu bahwa Wanita ini menjadi salah satu bagian perkenalan di media sosial seperti Anna.
"Aku Elissa, panggil saja Eli, aku tidak bersekolah di universitas mana pun, hanya bekerja di food court."
"Jangan khawatir Eli, kami tidak menilai siapa pun dari status mereka."
Elissa kembali duduk dan hanya melakukan perkenalan singkat tanpa menjelaskan soal hobi atau cita-citanya di masa depan.
Tapi pandangan mata semua orang kini tertuju kepada Rea, dimana dia harus memperkenalkan diri karena sudah ikut bergabung dalam perkumpulan ini.
"Aku pass." Jawab Rea.
"Tidak ada opsi untuk pass, ini bukan acara kuis atau semacamnya, jadi biarkan kami tahu nama mu." Ucap Sam sebagai moderator di dalam acara.
Rea terasa enggan, namun ketika melihat wajah Anna seperti sedang memohon, dia pun tidak bisa menolak permintaan dari temannya itu.
"Baiklah, aku Rea Mavendra dari Indonesia, universitas Harvard."
"Maaf jika temanku memang sedikit malu untuk acara-acara seperti ini." Berkata Anna sedikit mencairkan suasana.
'Maaf saja kalau aku memang gadis yang memalukan.' gumam Rea sendirian.
Satu orang pergi untuk mengambil pesanan dan dua lelaki itu mulai berbicara.
"Jadi apa kalian sudah memiliki pacar ?." Ryan bertanya kepada Anna.
"Jika aku memiliki pacar, tentu saja aku sedang menghabiskan waktu di kamar dengan pacarku dari pada di tempat ini."
"Sungguh sebuah kebetulan, karena aku juga sama." Sebuah rayuan murah yang sangat biasa saja.
Hingga minuman mereka pun datang dan Rea mendapat cappucino untuk menghangatkan tubuh dari udara dingin yang masuk melewati celah baju di bawah pusarnya.
Satu tegukan melewati tenggorokan, perasaan hangat mengisi dada Rea di keluarkan pula uap di mulut penuh kenikmatan.
"Aku merasa hidup kembali." Gumam Rea.
Tapi setelah beberapa menit, perasaan pusing dan bingung membuat Rea tidak nyaman. Begitu juga saat Rea melihat Anna, dia sudah tergeletak di atas meja seperti kehilangan kesadaran.
"Apa yang kau lakukan...."
Tiga lelaki itu memiliki niat licik kepada Rea, Elissa dan juga Anna, dimana masing-masing minuman yang mereka bawa sudah tercampur dengan obat.
Hingga ketika tiga wanita tidak lagi sadar dan mulai membawa para wanita keluar dari bar. Tidak ada yang peduli soal kondisi mereka, karena kebiasaan mabuk hingga pingsan bukan hal aneh di kehidupan sehari-hari.
Mereka membawa semua wanita masuk ke dalam sebuah mobil yang terparkir di luar bar. Sam dan temannya, terenyum senang kemudian tertawa-tawa.
"Aku yakin kita bisa mendapat banyak uang dengan menjual mereka."
"Tapi sangat di sayangkan, wanita-wanita ini barang bagus, aku ingin sekali saja merasakannya."
"Kalau begitu, jangan banyak bicara, ayo kita pergi."
Mobil yang membawa mereka pun bergegas pergi meninggalkan bar, tapi tidak ada satu orang pun tahu, jika dibalik bayang-bayang kegelapan, satu sosok mulai mengikuti dari belakang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments