Alasan

Fio melihat Rea dengan senyuman aneh. Dan memang Rea pun mengakui jika wanita satu ini sangat menyebalkan.

Tentu penilaian Rea bukan tanpa alasan, karena dari awal Fio adalah seorang jenius, meski sekarang semua terlihat berubah setelah mengenal dunia pergaulan bebas dan miras, tapi tetap saja kemampuan berpikir Fio diatas rata-rata dan juga tindakannya tidak bisa Rea tebak.

Itulah yang membuatnya sangat menyeramkan untuk dijadikan teman.

"Nah Rea, bukankah kau mengatakan jika saat ini kau sibuk mengerjakan laporan Tesis mu, tapi kenapa kau ada di sini sekarang ?." Ucap Fio memanas-manasi Rea.

"Apa salah jika aku ingin menghibur diri ?, Berada di depan laptop seharian membuat kepalaku pusing."

Fio tertawa kecil...."Ya memang tidak salah, tapi kau harusnya ingat, setiap kali aku mengajakmu kemari. Kau selalu menolaknya, tapi kenapa baru sekarang ?."

"Sudah lah jangan ributkan hal itu. Aku disini karena keinginan ku sendiri. " Rea tidak ingin beradu argumen dengan Fio.

"Ah apa kau penasaran jika aku melakukan sesuatu dengannya." Jawab Fio.

Rea kesal karena ucapan Fio benar-benar tepat menebak isi pikirannya.

"Aku mau ke toilet dulu." Balas Rea pergi.

Di dalam toilet....

Rea menatap wajahnya sendiri di depan cermin, dia tidak tahu apa yang terjadi, tapi ketika mengingat kembali sentuhan tangan Askar, membuat detak jantungnya semakin meningkat.

Namun berbeda ketika dia melihat Askar yang begitu dekat dengan Fio, dadanya sesak, perasaan kesal dan tidak menyenangkan karena terlintas isi pikiran tentang cara menyingkirkan orang lain dari samping Askar.

"Apa yang sebenarnya aku pikirkan." Rea segera membuang jauh-jauh perasaan tidak nyaman itu.

Segera membasuh muka dan merapikan rambut, ya lebih banyak merapikan rambut, berulang kali, sekali lagi dan semua itu agar terlihat pantas ketika di lihat oleh Askar.

'Jelas salah, tidak benar, kenapa bisa aku seperti ini.'

Ini pertama kalinya Rea merasakan bagaimana dirinya ingin diperhatikan oleh seorang lelaki. Setelah sekian banyak orang mendekati dirinya, dia tidak tertarik. Entah mereka berasal dari keluarga kaya raya, konglomerat, pejabat, artis-artis terkenal bahkan manusia yang dikatakan sebagai lelaki tertampan di kampus.

Rea menolak mentah-mentah.

"Aku harus segera kembali, aku tidak bisa membuat Askar menunggu." Ucap Rea merapikan diri dan keluar.

Tapi apa yang Rea lihat sekarang membuatnya diam di tempat, seakan waktu berhenti bergerak hanya untuk dirinya. Gemetar kaki ragu-ragu untuk mendekat.

Dimana Fio sedang mencium bibir Askar tepat di depan mata.

**********

Askar tidak tahu hubungan antara dua warga negara Indonesia yang dipertemukan dalam satu universitas sama ini.

"Apa kau dan Rea itu tidak akur ?." Tanya Askar langsung ke intinya.

"Hmmm tidak juga, aku menganggap kalau Rea itu teman baik yang aku kenal, tapi entah Rea menganggap ku seperti apa." Senyum Fio membuat Askar tidak nyaman.

"Jadi kenapa dia begitu kesal dengan mu."

"Itu karena mu kak Askar." Balas Fio.

Askar bingung...."Aku ?, Kenapa denganku."

"Apa kau ingin tahu." Bertanya Fio.

"Ya tentu saja."

Secara langsung, Fio menarik kerah baju Askar dan memberi satu ciuman yang cukup hangat dengan permainan lidah.

Tapi Askar terkejut ketika melihat bayangan Rea, dan tiba-tiba saja dia berlari pergi keluar dari diskotik.

"Apa yang kau lakukan." Askar melepaskan ciuman Fio.

"Lihat itu kak Askar, semua karenamu, dia pasti marah, karena melihat lelaki yang membuatnya pertama kali jatuh cinta di cium orang lain."

"Jadi ini alasan mu." Askar seakan paham.

"Ahhhh, padahal aku hanya ingin Rea sadar tentang perasaannya, tapi dia lebih memilih kabur, sungguh wanita kaku."

Itulah yang Fio inginkan, baginya Rea adalah wanita kaku dan tidak peduli soal apa pun selain urusan kuliah dan nilai. Tapi ketika Fio melihat ketertarikan dengan Askar, dia ingin melihat bagaimana Rea akan mengekspresikan emosinya.

Salah satu cara yang Fio gunakan adalah memperlihatkan kepada Rea, ketika lelaki yang dia sukai diambil oleh orang lain, itu akan membuat Rea sadar bahwa cinta sangatlah penting di dalam hidup.

"Aku merasa kasihan dengannya, dia hidup dalam lingkaran tanpa adanya kasih sayang, sehingga membuat hatinya menjadi keras dan tumpul. Suatu saat nanti, dia hanya akan menyesal karena telah kehilangan banyak hal." Ucap Fio kepada Askar.

"Tapi bukankah caramu berlebihan." Santai Askar memberi tanggapan.

"Kalau begitu, kau sendiri yang meluruskan masalah ini kepada Rea. Kak Askar."

Sungguh jalan pikiran wanita bernama Fio Aquilani ini sangat sulit di tebak, bahkan jika dia adalah seorang pembunuh, Askar bisa saja tertipu oleh kemampuannya memanipulasi orang lain.

*******

Rea berjalan pulang dengan wajah murung, melihat Askar dicium oleh Fio menjadi pukulan telak yang terasa sampai membuatnya sesak.

Semua perasaan di dalam hati Rea bercampur aduk, rumit untuk dijelaskan, namun pertama kalinya bagi Rea merasa kesal melebihi orang lain yang meminta contekan tanpa mau berusaha.

"Bagaimana cara untuk menyingkirkan wanita itu dari Askar...." Sepintas pertanyaan itu muncul di benak Rea.

Seakan ada sisi lain dari dalam diri Rea muncul kepermukaan, karena dia tidak ingin siapa pun merebut sesuatu yang harus menjadi miliknya.

Orang-orang di sekitar yang melihat Rea jalan sendirian tanpa lelaki mendampingi, tentu menjadi sasaran empuk untuk mereka goda.

"Gadis, apa mau yang enak-enak ?." Ucap mereka selagi bergoyang-goyang tidak jelas.

"Tidak tertarik." Singkat jawaban Rea.

"Oh, oh, oh... Kau baru saja menolak kesempatan emas untuk menghabiskan malam bersama pria terkeren di kota ini."

Senyum Rea mengejek... "Jangan membuat lelucon garing, itu tidak membuatku tertawa."

Merasa tersindir oleh perkataannya, dua lelaki itu mendekat... "Bi*tch."

Keduanya dengan mudah menahan tangan Rea untuk di tariknya masuk ke sebuah gang kecil tempat yang sepi.

Mustahil untuknya melawan, karena bagaimanapun mereka adalah lelaki yang memiliki tenaga lebih kuat dari wanita. Rea tidak bisa berbuat apa pun ketika tangan lelaki itu mulai melepas satu persatu kancing bajunya.

Tapi di satu kesempatan, Rea mengambil satu tongkat besi yang tergeletak dan menghantamkan keras di kepala lelaki yang menindih di atas perut.

Jerit kesakitan lelaki itu menutupi kepalanya yang berdarah dan membuat tubuh Rea akhirnya terbebas. Hanya saja, tindakan Rea semakin membuat mereka marah.

"Apa yang kau lakukan, ja*lang." Orang itu benar-benar marah.

Rea ketakutan dan coba memukulkan tongkat besinya sebagai bentuk perlawanan. Namun lelaki itu mudah saja menahan serangan Rea dan membalas dengan tamparan keras.

Tubuh Rea jatuh, tongkat besi di tangannya pun mereka buang. Kini tidak ada lagi kesempatan bagi Rea menyelamatkan diri.

"Tolong ...." Teriak Rea keras.

Suara kaki seseorang datang mendekat dengan cepat dan melepas tendangan lurus ke arah tubuh lelaki di depan Rea hingga terpental jauh.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!