Rea adalah mahasiswa berprestasi yang diakui oleh universitas Harvard, di usia 14 tahun dia sudah menyelesaikan sekolah menengah atas dengan nilai sempurna dan melampaui kecerdasan semua murid SMA meski sudah menghabiskan tiga tahun waktu belajar di dalam bidang yang sama.
Semua itu adalah harapan dari sang Ayah sebagai kepala keluarga Mavendra dan mengirim Rea belajar di universitas Harvard untuk mengambil jurusan 'Magister Business Administration' yang sudah di jalaninya selama dua tahun terakhir.
Rea tidak menganggap bahwa hidupnya akan menjadi sulit, di usia 16 tahun, dia harus pergi dari rumah, jauh dari keluarga, tinggal di tempat asing dan mendedikasikan diri untuk terus belajar tanpa pernah tahu kapan semua akan berakhir.
Hingga dia pun menyadari bahwa ada banyak hal terlewatkan begitu saja, salah satunya adalah persoalan cinta.
Sebagai wanita yang sehat jasmani dan rohani, tentu banyak hal berbeda jika dia membandingkan antara dirinya dengan orang lain. Melihat setiap pasangan saling bergandengan tangan, bermesraan seperti sepasang kucing di musim kawin, dan memamerkan hubungan seakan dunia milik berdua.
Rea hanya berpikir..."Apa mereka tidak punya hal lain untuk dilakukan, dunia ini bukan film drama dimana cinta mampu mengalahkan kejahatan."
Itu bukan rasa iri atau kebencian, hanya sifat Rea yang realistis membuatnya selalu berpikir kompleks untuk menilai suatu keuntungan dalam hubungan antar manusia.
Benar-benar cocok sebagai mahasiswa bisnis ketika harus membuat Tesis mengenai 'Rumus menghitung untung dan rugi cinta di dalam dunia bisnis'.
"Baiklah, cukup sampai disini, kita lanjutkan besok. Terimakasih."
Jam pembelajaran di hari ini pun sudah berakhir dan dosen berjalan pergi meninggalkan kelas.
Seperti biasa, Rea tidak mau berlama-lama di dalam kelas. Segera saja merapikan laptop dan bergegas untuk pulang karena udara yang cukup dingin membuatnya kurang nyaman.
Tapi satu orang datang dengan tersenyum palsu, dia berdiri di sebelah meja dan menahan Rea sebelum pergi.
"Rea, apa kelas ini terlalu membosankan, kau selalu saja pergi setelah pelajaran selesai. Bukankah kau memiliki banyak waktu, kita bisa makan siang bersama, apa kau mau ?." Berkata lelaki itu dengan gaya sombong untuk menarik perhatian Rea.
Tapi tatapan mata Rea tajam dan tanpa perlu angkat suara sudah bisa menjawab pertanyaannya...."Tidak tertarik, Kau yang membuatku bosan untuk berlama-lama di sini, singkirkan tanganmu dari tasku, aku ingin pulang dan menikmati teh hangat."
"Jadi teh hangat jauh lebih penting dariku."
"Nilainya 99,99 : 0,01, kau tidak lebih dari 0,01 persen untuk menjadi hal penting dibandingkan teh hangat, Daniel." Balas Rea.
"Itulah yang aku suka darimu, wanita yang sulit untuk di dapatkan menjadi sangat istimewa."
"Sayangnya, aku sedikit pun tidak menyukaimu." Tegas kembali Rea berkata.
Rea menarik paksa tasnya dari tangan Daniel, dan meninggalkan lelaki yang selalu saja menjadi pengganggu setiap hari.
Kecantikan Rea memang menjadi primadona bagi setiap lelaki yang melihatnya. Tapi sifat dingin, keras dan bermulut kasar tentu menjadi senjata ampuh menyingkirkan mereka semua.
Hanya saja, lelaki seperti Daniel tidak tahu kapan harus menyerah, dia selalu saja datang untuk terus merayu Rea meski penolakan tidak lagi bisa dihitung menggunakan jari kaki dan tangan.
Berjalan di koridor yang penuh sesak dengan setiap orang berlalu lalang setelah jam pelajaran berakhir. Tanpa sengaja saling bersenggolan dan membuat Rea jatuh hingga buku di dalam tas pun tumpah ke lantai.
"I'm sorry..." Hanya itu yang Rea dapatkan.
Mereka seakan tidak peduli dan meninggalkan Rea tanpa mau membantunya berdiri.
Ini sudah biasa terjadi, Rea pun tidak bisa menyalahkan mereka karena dia lah yang berjalan terburu-buru di saat koridor penuh sesak.
Hingga seseorang datang...."You are okay."
"I'm fine." Jawab Rea.
Lelaki itu membantunya untuk membenahi setiap buku di lantai, dan Rea melihat jika dia adalah cleaning servis yang dia kenal dari Fio. Ada yang tidak biasa ketika dia memperhatikan sosok lelaki bernama Askar itu.
Hanya saja Rea sendiri bingung untuk rasa penasaran di dalam hatinya. Jika dia melihat Askar sebagai lelaki tampan, itu tidaklah salah. Tapi ada banyak lelaki yang lebih tampan hadir di sekitarnya dan mereka semua bukan hal penting.
Jadi bisa dipastikan Rea tidak menganggap ketampanan adalah sesuatu yang menarik untuk dia lihat.
"Fall in love.... Kau memiliki buku yang menarik untuk di baca sebagai mahasiswa bisnis." Ucapnya selagi mengambil satu buku yang terjatuh.
"Ah itu... itu dari Temanku, dia yang memaksa untukku membacanya." Jawab Rea sedikit malu.
"Temanmu benar-benar paham, karena memang buku ini sangat terkenal."
"Meski begitu, aku sudah bosan setelah membaca lima halaman."
"Itu tidak salah, karena aku pun berhenti setelah membaca kata pengantarnya." Balasnya tersenyum pahit.
Rea tertawa kecil, siapa yang berpikir untuk membaca kata pengantar di dalam buku novel romantis.
"Terimakasih..." Ucap Rea setelah semua bukunya kembali kedalam tas.
"Sama-sama, kalau begitu berhati-hatilah saat berjalan."
Melihat lelaki itu pergi, Rea pun menghentikannya..."Tunggu...."
"Apa kau memerlukan bantuan lain ?."
Rea bingung untuk memberi alasan..."Ah tidak, aku hanya penasaran, darimana kau tahu kalau aku mahasiswa fakultas bisnis."
Askar menunjuk ke arah dada Rea dan itu membuatnya tertawa sendiri... "Harusnya aku sadar, ini sangat memalukan."
Sebuah tanda pengenal dan nama jurusan tercantum di papan nama yang menempel di pakaiannya.
"Jangan khawatir, aku tidak merasa itu adalah hal memalukan, karena aku sendiri sering melupakan tanda pengenal ku."
"Hmmmm,... Alberto Salim. Itu namamu." Rea bingung, karena berbeda dari nama yang di sebutkan oleh Fio.
"Bukan, aku tanda pengenal ini aku pinjam karena punyaku tertinggal di rumah."
"Jadi siapa namamu." Rea bertanya.
"Askar Fazril." Jawabnya memperkenalkan diri.
"Aku Rea, Rea Mavendra." Balas Rea.
Entah kenapa, Rea yang biasanya enggan memperkenalkan kepada orang lain, terlebih lagi jika mereka adalah lelaki, karena dia benar-benar paham bagaimana sifat lelaki di tempat ini hanya memikirkan dua hal. Jika bukan pesta, maka itu adalah selang*kangan. Bahkan terkadang mereka berpikir keduanya di saat yang sama.
"Aku benar-benar tidak menyangka jika ada orang Indonesia bekerja di universitas Harvard."
"Mungkin menang tidak biasa, tapi di Indonesia kau tidak akan bisa mendapat pekerjaan dengan gaji 50 juta perbulan hanya untuk membersihkan lantai, karena itu aku lebih memilih bekerja di tempat ini."
Rea tertawa kecil..."Kecuali kau bisa mendapat gelar S2 jurusan master of cleaning servis."
"Jika memang begitu, aku lebih memilih menjadi petugas pemberantasan korupsi untuk membersihkan sampah masyarakat di negara Indonesia." Jawab Askar selagi bercanda.
Rea menikmati apa yang sedang Askar bicarakan, entah karena selera humor yang rendah atau pun topik pembahasan terasa menarik untuk di dengar.
"Baiklah Rea, masih banyak pekerjaan yang harus diselesaikan, jadi aku akan pergi."
"Ya, tentu saja." Jawab Rea dengan membalas senyum dari Askar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
Thaalibul Ilmi
okelah thor
2023-01-03
1
Numpang Lewat
nice
2023-01-03
0