Di setiap negara tentu memiliki sisi lain yang tidak diketahui oleh publik, entah itu mafia, organisasi rahasia, perkumpulan penjahat, sekte sesat, guild dunia gelap dan salah satunya adalah kehidupan para pembunuh bayaran yang dinamakan sebagai Assassin.
Assassin selalu bergerak membunuh siapa pun yang menjadi target atas permintaan orang lain dan itu juga sebagai bagian pekerjaan untuk menghasilkan uang.
Dibawah naungan Guild dunia gelap, setiap Assassin akan meminta misi dan mencari informasi tentang target mereka, begitu juga transaksi pembayaran pun dilakukan melalui guild.
Askar Fazril, itu hanya sebuah nama palsu yang digunakan untuk tinggal dan bekerja di Amerika.
Menjadi seorang cleaning servis adalah salah satu samaran demi menutupi identitas yang dimana kenyataannya, dia adalah seorang Assassin atau pun pembunuh bayaran di dunia gelap.
Tapi apa yang Askar lakukan di losmen itu bukanlah berasal dari permintaan guild, dia membunuh Sam karena telah melakukan tindak pelecehan se*ksual kepada satu wanita penting dalam hidup Askar.
Terlepas dari siapa sosok Sam yang berkecimpung dalam bisnis perdagangan manusia, Askar tidak peduli sama sekali. Namun sangat di sayangkan mereka salah memilih target hingga harus berakhir menerima kemarahannya.
Di sisi lain, Elissa.... Dia juga adalah Assassin yang dipekerjakan untuk membunuh Sam dan teman-temannya atas permintaan seseorang.
Tentu antara Elissa dan Askar memiliki alasan berbeda namun tujuannya sama dan di perkenalkan oleh kesalahpahaman semata.
"Hei katakan siapa namamu." Tanya Elissa.
"Itu tidak etis menanyakan nama seorang Assassin dimana kita berdua sama-sama di dalam pekerjaan yang rahasia."
"Katakan saja... Aku tidak memiliki niat apa pun dengan mu."
"Sekali pun kau memiliki niat, kau tidak akan bisa melakukannya. Kemampuan bertarung mu itu sangatlah rendah."
"Terserah kau saja...." Elissa kesal untuk sikap Aksar yang begitu dingin.
"Namaku Askar, hanya itu yang bisa kau tahu."
"Itu terasa mudah untuk di ingat, kau bisa memanggilku, Elissa."
"Baiklah." Askar mengangguk paham.
Askar sudah menutupi tubuh Rea dengan pakaian dan dia juga berniat untuk membawanya kembali ke asrama. Tapi mengingat Rea datang bersama Anna tentu akan merepotkan jika harus membawa dua orang bersamaan.
Tapi Askar tahu apa yang perlu dilakukan, dimana ada orang lain di tempat ini sekarang...."Hei, apa kau senggang ?."
"Tunggu kita baru saja bertemu dan berkenalan, apa kau berniat mengajakku kencan." Entah dari mana isi pikiran Elissa itu.
"Jangan berharap apa pun, aku hanya ingin meminta sedikit bantuanmu."
Elissa sedikit kecewa..."Apa yang kau inginkan."
"Bisakah kau membawa Anna, aku tidak melakukannya seorang diri."
"Ehhhh itu merepotkan... Kecuali...." Cara Elissa menjawab tidak membuat Askar senang.
Askar tahu apa arti dari kata kecuali yang di katakan oleh Elissa... "Aku akan membayar mu."
"Aku tidak bicara soal uang." Balasnya.
"Jadi apa yang kau inginkan."
"Berikan aku nomor ponsel mu."
"Untuk apa ?." Askar merasa enggan dimana dia ingin menghindari hubungan tidak perlu dengan orang lain.
"Apa salah jika kita saling kenal lebih dekat." Elissa menjawab dengan senyuman.
Wanita satu ini memang cukup eksentrik, Elissa hanya sekedar menuangkan hobi berpenampilan emo didalam pekerjaan sebagai pembunuh bayaran.
Tiga tindik di masing-masing telinga, bagian tengah hidung, lidah dan bermacam gambar tato terukir tubuhnya itu. Askar tidak masalah, bahkan dia mengenal banyak Assassin yang penampilannya lebih amburadul untuk dilihat.
Menggunakan taksi Askar pun membawa Anna dan Rea kembali ke asrama kampus universitas Harvard dibantu oleh Elissa.
Tidaklah sulit bagi para Assassin sekelas Askar untuk menyelinap masuk melewati penjaga malam asrama. Dia pun sudah memiliki informasi dimana letak kamar Rea, sehingga proses pengangkutan Rea terbilang lancar.
Askar sejenak terdiam dan memandangi wajah cantik Rea, perlahan lembut mengusap pipi itu. Hanya saja, tindakan yang Askar lakukan membuat Rea terbangun.
"Apa... Apa yang terjadi..." Ucap Rea sedikit mengigau.
"Tidak ada apa-apa Rea, kembalilah tidur, besok kau harus sekolah." Jawab Askar tersenyum kepadanya.
Dari luar Elissa kembali masuk dengan wajah sedikit khawatir.
"Askar, cepatlah, apa kau berniat untuk tidur di sini." Ucap Elissa.
"Kau.... Jangan berisik."
Kembali Askar melihat Rea yang sudah memejamkan mata, sebelum pergi dia pun berkata..."Aku akan selalu melindungi mu Rea, apa pun yang terjadi."
*******
Rea terbangun dari tidurnya...
Dimana dia sekarang sudah berada di atas ranjang kamar asrama dan melihat langit-langit kamar seperti biasa. Tepat di sebelah Anna masih tertidur pulas hanya dengan pakaian dalamnya saja.
Tangan perlahan memijat kening dengan rasa pusing yang kuat, tentu perasaan aneh terlintas di pikiran Rea, dia seperti mengalami kejadian tidak menyenangkan semalam tapi semua begitu samar.
Mencoba merangkai setiap kejadian ketika berada di dalam bar atas ajakan Anna bertemu tiga lelaki bernama Sam, Ryan dan juga alex. Hanya saja itu percuma, karena tidak ada lagi ingatan terlintas setelah menikmati capuccino yang dia pesan.
Namun ada satu gambaran lain tiba-tiba saja muncul di benak Rea, sebuah wajah lelaki rambut hitam tersenyum, ketika dia membuka mata di kondisi yang belum sepenuhnya sadar.
Merasa penasaran, Rea membangunkan Anna, dia berharap Anna tahu sesuatu mengenai sosok bayangan lelaki yang muncul dalam ingatannya.
"Wanita pemalas bangunlah." Ucap Rea selagi membangunkan Anna.
Seakan tidak memberi respon, Rea menggoyangkan tubuh Anna lebih keras.
"Kau itu tidur atau mati, cepat lah bangun."
Hingga merasa kesal, Rea memberi sedikit rangsangan berupa tamparan kecil yang membuat Anna segera saja berdiri.
"Akhirnya kau bangun juga."
"Aku bermimpi ada singa yang coba makananku." Ucapan pertama yang tidak menyenangkan untuk Rea dengar.
Sama seperti Rea, Anna merasa aneh ketika dia melihat sekeliling kamar.
"Rea ... Ini kamar kita kan ?." Tanya Anna bingung.
"Kenapa kau bertanya, bukankah kau yang membawaku pulang." Balas Rea sama-sama bingung.
"Tidak, aku tidak melakukannya. Terakhir yang aku ingat, aku sedang bercanda dengan Ryan."
"Jadi ?, Bagaimana kita bisa pulang ?, Tidak mungkin mereka bertiga yang melakukannya."
"Kau benar." Anna pun setuju.
Kejadian ini memang sangat aneh, tapi melihat bagaimana respon Anna, Rea pun bisa memastikan dia tidak tahu soal bayangan lelaki yang muncul dalam ingatannya.
Hanya saja, Rea begitu familiar dengan sosok lelaki itu.... "Apa semua hanya mimpi ?."
Tidak ada kepastian untuk menjawab pertanyaan Rea, hamun di dalam hatinya dia ingin merasakan sentuhan tangan lelaki itu lagi.
"Hei apa kau tidak ada kelas Rea ?, Ini sudah jam 10." Ucap Anna membangunkan Rea dari lamunannya.
Melihat ke arah jam dinding, Rea benar-benar terkejut, segera saja masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments