Makan duren

Disepanjang perjalanan, aku hanya diam tidak tahu bagaimana menyikapinya. Mas Yusuf juga fokus mengemudi, aku tidak tahu dengan sikap aslinya seperti apa. Terkadang dia tampak begitu lembut dan penuh perhatian.Tetapi, setelah itu dia akan kembali kaku seperti kanebo kering.

Terkadang aku merasa kepeduliannya tak lepas dari sekedar tanggung jawab yang kini dia lakukan. Ah, kenapa aku jadi seperti ini? Bukankah dari awal aku sudah berjanji untuk tidak banyak berharap darinya.

Jangan banyak berharap Khanza, nanti kamu sendiri yang akan terluka. Ingatlah! Pernikahan ini terjadi karena anak yang ada dalam kandunganmu.

Aku menyetel bangku untuk mencari posisi wuenak. Setelah merasa cukup nyaman, aku memilih untuk memejamkan mata. Sepertinya tidur adalah solusi terbaik untuk menghilangkan pertanyaan demi pertanyaan yang terselubung dalam hatiku.

Aku tidak ingin memikirkan hal yang berat, biarkan semuanya mengalir seperti air. syukuri saja perhatian yang dia berikan. Jangan menjadi wanita yang maruk berharap terlalu banyak. Ingat Khanza, kamu hanya istri siri. Dan kehadiranmu dalam hidupnya belum tentu diinginkan.

Ya, aku harus tahu diri. Aku memejamkan mata dan berharap saat bangun kami sudah tiba di rumah. Jika aku terlalu lama bersama dirinya maka hati dan jantungku tidak aman.

"Dek, mau beli sesuatu?"

Ah ya ampun, Mas. Baru saja aku akan bersikap cuek padamu.Tapi kamu mulai lagi memberiku perhatian.

"Kamu benaran tidur?"

Tidak, aku hanya menghindari perhatianmu yang nanti bisa membuat aku semakin tak bisa mengontrol perasaan.

Aku mendengar dia menghela nafas panjang. Dan kembali aku terbawa perasaan, dia mengusap kepalaku dengan lembut. Entahlah, aku tidak tahu harus bagaimana. Haruskah aku kembali terbang dengan segala sikapnya.

Saat kami sudah mulai memasuki kota Padang, mobil menyusuri jalanan yang berdampingan dengan laut teluk Bayur, tiba-tiba aku mencium aroma durian yang begitu menyengat dan menggiurkan. Aku segera membuka mata, ternyata di pinggiran jalan banyak pedagang durian.

"Loh, bangun? Ternyata nggak beneran tidur?"

Aku terjingkat mendengar suara teguran darinya. "Nggak, benaran tidur kok, tapi kebangun karena bau durennya wangi banget." Elakku yang tak ingin ketahuan berbohong.

Dia hanya mengangguk tipis, entah apa arti anggukkannya itu. Kenapa dia tidak mengerti dengan apa yang aku mau.

"Enggak boleh makan duren, Dek, kamu sedang hamil muda," ujarnya yang sudah tahu apa yang sedang aku pikirkan.

"Tapi..."

"Nggak boleh!"

Dia kembali menegaskan. Entah kenapa aku merasa sedih, aku memalingkan muka jiwa sensiku keluar. Aku menangis sembari menyembunyikan wajah di di daun pintu mobil.

Tiba-tiba mobil menepi. Aku berusaha menahan isak. Ah, aku benci sekali dengan sikap cengeng ini. Kapan aku bisa dewasa? Pantas saja Abang dan Bunda masih selalu menganggapku sebagai anak kecil.

"Adek, seorang dokter kandungan 'kan? Coba jelaskan, apakah ada efeknya pada bayi bila makan duren saat hamil muda? Tentunya adek lebih tahu dari saya."

Aku menghapus air mata, dan menegakkan tubuhku menghadap kepadanya. "Tidak ada larangan kok, Mas, asalkan tidak berlebihan. Yang dilarang itu pada ibu hamil yang memiliki riwayat diabetes Gestasional, itupun tidak sepenuhnya dilarang cuma dibatasi. Karena duren mengandung glicemic tinggi gula darah."

Aku menjabarkan kandungan dari duren, dan tidak ada larangan bagi ibu hamil makan duren. Dia menatapku dengan tersenyum, aku Kesal sekali melihat senyum itu yang selalu membuat aku mati gaya dibuatnya.

"Apaan sih Mas. Ngapain juga pake senyum segala," ujarku sedikit galak, padahal aku begitu terpesona dengan senyumnya.

"Lucu sekali melihat wajah kamu kalau lagi ngambek. Kalau Adek sudah tahu tidak ada larangan, kenapa tidak meminta saya untuk berhenti membelinya?"

"Tapi bukankah Mas Yusuf yang bilang, aku nggak boleh makan duren? Gimana sih!"

"Tapi kan, kamu nggak menerangkan, malah langsung nangis, kenapa cengeng sekali? Padahal sebentar lagi sudah mau punya anak masih saja cengeng. Kalau seperti ini saya bisa kena sangsi oleh Bapak jendral, karena selalu membuat putrinya menangis."

"Apa sih Mas! Iya tahu aku ini wanita cengeng, kamu pasti muak melihatku, dan kamu pasti ingin cepat-cepat waktu sembilan bulan berlalu agar kamu segera terlepas dari wanita cengeng ini, iya 'kan?"

Aku kembali menangis sesenggukan. Aku benar-benar benci sekali dengan jiwa sensitifku ini. Aku pasti sudah membuat dia menjadi serba salah. Aku mengambil tissue yang ada di atas dasbor, menghapus air mata dan air hidung yang ikut meleleh.

"Dek, Mas minta maaf ya. Sungguh tidak ada niat atau pikiran seperti yang kamu tuduhkan. Udah jangan nangis lagi ya." Dia meraihku masuk kedalam pelukannya, dan menghapus air mataku.

Kembali aku merasakan kenyamanan dalam dekapan ayah dari anakku ini. Andai saja kamu juga mencintai aku, Mas. Aku ingin selalu berada dalam dekapanmu. Rasanya aku ingin sekali tidur dipeluk olehmu.

Ah, kenapa aku terlalu naif dengan perasaanku. Nyatanya aku selalu baper bila di perlakukan seperti ini. Bagaimana mungkin aku bisa bersikap sewajarnya.

"Udah, jangan nangis ya. Adek tunggu dimobil biar saya yang turun." Dia melerai pelukannya dan kembali mengusap kepalaku.

"Aku ikut, Mas." Rengekku yang juga bergerak akan turun.

"Tidak! Kalau hal ini saya benaran tegas melarang. Tolong tetap diam dimobil. Saya tidak mau kamu kenapa-kenapa!"

Dia segera turun dan mengunciku dalam mobil. Dia benar-benar menjaga keselamatan aku. Ya ampun, Mas. Kamu selalu saja membuat aku semakin dalam menaruh perasaan. Andai saja kamu juga memiliki sedikit saja perasaan yang sama.

Ah, tidak, tidak. Ayo bangun Khanza! Jangan bermimpi terlalu tinggi. Dia melindungi kamu karena sebatas tanggung jawab. Aku mencoba menghirup udara sepenuh dada untuk menetralkan perasaan yang tidak menentu ini.

Aku hanya memperhatikan dia saat bercakap-cakap dengan pedagang durian itu. Kembali aku terpesona melihat segala yang ada pada dirinya. Senyumnya begitu menawan. Tubuhnya yang tinggi tegap benar-benar merasa terlindungi saat berada dalam dekapannya.

Ya Allah, apakah aku salah mengagumi suamiku sendiri? Aku benar-benar sudah jatuh cinta padanya. Apakah perasaan ini salah?

Aku mencoba memejamkan mata agar tak berhayal lagi tentang dirinya. Tak berselang lama terdengar suara pintu mobil terbuka.

"Dek, ini makanlah. Tapi sesuai janji ya, jangan terlalu berlebihan." Dia menyerahkan buah duren yang telah dibuka dan di pindahkan kedalam tempat.

"Terimakasih ya Mas." Aku menerima dengan senyum merekah.

"Jangan lupa baca bismillah. agar apapun yang masuk menjadi berkah."

Aku kembali menatap dirinya. Sampai kapan kamu akan selalu membuat aku merasa di istimewakan Mas? Aku hanya mengangguk dan tersenyum.

Aku mengambil satu buah daging buah duren itu. rasanya enak banget, membuat aku ketagihan. Aku sampai lupa menawarkan pada suamiku yang telah memenuhi keinginanku. Ya ampun Khanza sikap cerobohmu ini benar-benar membuat lelaki yang ada di dekatmu akan ilfil.

"Mas Yusuf mau?"

"Mau."

"Ini Mas."

"Bisa tolong suapin? Kan lagi nyetir, nggak boleh makan dengan tangan kiri."

Wajahku bersemu merah. Aku menjadi nervous.

Bersambung....

Happy reading 🥰

Terpopuler

Comments

Yuli Purwa

Yuli Purwa

mesra nian 😍😍😍

2023-10-12

0

Tapsir Tapsir

Tapsir Tapsir

suami yg memang di sukai para wanita

2023-06-21

1

Sugiharti Rusli

Sugiharti Rusli

sepertinya mang tipe suami idaman nih si Yusuf spt Arman dulu ke Lyra

2023-03-18

0

lihat semua
Episodes
1 Hal yang tak terduga
2 Permohonan maaf
3 Menemani Abang
4 Serangan tiba-tiba
5 Menjalani operasi
6 Kritis
7 Sadar
8 Berusaha ikhlas
9 nyata
10 Ke Bandara
11 Memberi tahu
12 Kemarahan Papa
13 Tanggung jawab
14 Sah
15 Drama pagi
16 Ibadah bersama
17 Sarapan bersama
18 Pengkhianat
19 Berhasil mengamankan
20 Makan duren
21 mengetahui dalangnya
22 Rasa kecewa
23 Dr Akmal
24 Kata-kata yang sulit diartikan
25 Melepaskan
26 Wajah kecewa
27 Jalan-jalan
28 Rasa takut
29 Akhirnya
30 Perjalanan pulang
31 Berpisah
32 Bertemu
33 Tidak tahu yang sebenarnya
34 Rencana pergi
35 POV Yusuf
36 Hilang kendali
37 Berbohong
38 Tiara dirawat
39 Ada apa denganku?
40 Pesan Tiara
41 Bantuan Papa Arman
42 Kondisinya menurun
43 Menemui Khanza
44 Jujur
45 Bicara dari hati ke hati
46 Menjadi serba salah
47 Berpamitan
48 Bertemu Abang
49 Bertemu keluarga
50 Berkomunikasi
51 Kecemasan Yusuf
52 Permintaan Tiara
53 Surat untuk Khanza
54 Kabar duka
55 Kecupan terakhir
56 Pesan Mama
57 Kondisi Khanza
58 Baper
59 Curahan hati
60 Sudah membaik
61 Saling memaafkan
62 Bayi mungil
63 Dikediaman Opa
64 Berpisah lagi
65 Kedatangan orangtua
66 Sepakat
67 Pria dingin
68 Kemeja dari istri
69 Ikut ke pabrik
70 Pantai
71 Kekacauan
72 Mengajari
73 Sikap Khanza
74 Kejutan
75 Kejutan again
76 Kado spesial
77 Membalas
78 Arumi sakit
79 Nasehat Papa
80 Bertunangan
81 Titipan dari Khen
82 Ulah Rayola
83 Mulai perhatian
84 Rafif kecewa
85 Makan malam
86 Naik motor
87 Pertikaian
88 Berakhir
89 Ingin pergi
90 Diterima
91 Pergi
92 Bandara
93 Mendatangi Arumi
94 Masih berusaha
95 Memberi kesempatan
96 Memancing ikan
97 Menentukan hari akad
98 Makan berdua
99 Menjadi pasangan suami istri
100 Kecewanya pengantin baru
101 Ungkapan perasaan
102 Harus sabar
103 Ke mall
104 Lahiran
105 Khenzi rusuh
106 Operasi
107 Menjemput Arumi
108 Ikut suami
109 Waktu berdua
110 Bisa melihat kembali
111 Bahagia
112 Ending
113 Ekstra part 1
114 Ekstra part 2
115 Ekstra part 3
116 Ekstra part 4
117 Ekstra part 5
118 Ekstra part 6
119 Ekstra part 7
120 Ekstra part 8
121 Ekstra part 9
122 Ekstra part 10
123 Ekstra part 11
124 Ekstra part 12
125 Novel Baru
126 Karya baru
Episodes

Updated 126 Episodes

1
Hal yang tak terduga
2
Permohonan maaf
3
Menemani Abang
4
Serangan tiba-tiba
5
Menjalani operasi
6
Kritis
7
Sadar
8
Berusaha ikhlas
9
nyata
10
Ke Bandara
11
Memberi tahu
12
Kemarahan Papa
13
Tanggung jawab
14
Sah
15
Drama pagi
16
Ibadah bersama
17
Sarapan bersama
18
Pengkhianat
19
Berhasil mengamankan
20
Makan duren
21
mengetahui dalangnya
22
Rasa kecewa
23
Dr Akmal
24
Kata-kata yang sulit diartikan
25
Melepaskan
26
Wajah kecewa
27
Jalan-jalan
28
Rasa takut
29
Akhirnya
30
Perjalanan pulang
31
Berpisah
32
Bertemu
33
Tidak tahu yang sebenarnya
34
Rencana pergi
35
POV Yusuf
36
Hilang kendali
37
Berbohong
38
Tiara dirawat
39
Ada apa denganku?
40
Pesan Tiara
41
Bantuan Papa Arman
42
Kondisinya menurun
43
Menemui Khanza
44
Jujur
45
Bicara dari hati ke hati
46
Menjadi serba salah
47
Berpamitan
48
Bertemu Abang
49
Bertemu keluarga
50
Berkomunikasi
51
Kecemasan Yusuf
52
Permintaan Tiara
53
Surat untuk Khanza
54
Kabar duka
55
Kecupan terakhir
56
Pesan Mama
57
Kondisi Khanza
58
Baper
59
Curahan hati
60
Sudah membaik
61
Saling memaafkan
62
Bayi mungil
63
Dikediaman Opa
64
Berpisah lagi
65
Kedatangan orangtua
66
Sepakat
67
Pria dingin
68
Kemeja dari istri
69
Ikut ke pabrik
70
Pantai
71
Kekacauan
72
Mengajari
73
Sikap Khanza
74
Kejutan
75
Kejutan again
76
Kado spesial
77
Membalas
78
Arumi sakit
79
Nasehat Papa
80
Bertunangan
81
Titipan dari Khen
82
Ulah Rayola
83
Mulai perhatian
84
Rafif kecewa
85
Makan malam
86
Naik motor
87
Pertikaian
88
Berakhir
89
Ingin pergi
90
Diterima
91
Pergi
92
Bandara
93
Mendatangi Arumi
94
Masih berusaha
95
Memberi kesempatan
96
Memancing ikan
97
Menentukan hari akad
98
Makan berdua
99
Menjadi pasangan suami istri
100
Kecewanya pengantin baru
101
Ungkapan perasaan
102
Harus sabar
103
Ke mall
104
Lahiran
105
Khenzi rusuh
106
Operasi
107
Menjemput Arumi
108
Ikut suami
109
Waktu berdua
110
Bisa melihat kembali
111
Bahagia
112
Ending
113
Ekstra part 1
114
Ekstra part 2
115
Ekstra part 3
116
Ekstra part 4
117
Ekstra part 5
118
Ekstra part 6
119
Ekstra part 7
120
Ekstra part 8
121
Ekstra part 9
122
Ekstra part 10
123
Ekstra part 11
124
Ekstra part 12
125
Novel Baru
126
Karya baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!