Dengan hati berdebar aku kembali ke kamar. Saat masuk aku melihat Mas Yusuf kembali tertidur dengan posisi yang sama, yaitu duduk bersandar tangan berlipat di dada.
Aku sedikit menggelengkan kepala, kenapa dia mudah sekali tidur? Apakah tadi malam dia tidak bisa tidur? Ah, entahlah. Aku menilik jam dinding, ternyata sudah setengah enam pagi. Mau tidak mau aku harus membangunkan Mas Yusuf.
Ini semua gara-gara aku yang terlalu banyak drama hingga dia ketiduran menungguku. Pasti dia sudah mengira aku ini istri yang lelet, tak bisa diandalkan.
Aku menghela nafas sepenuh dada untuk memasok oksigen lebih banyak. Rasanya dadaku kembali bergemuruh saat menatap wajahnya, dan mataku beralih pada tubuhnya yang sedang bertelan jang dada.
Aku mengamati tubuh seksi itu, lengannya kekar, otot perutnya yang membentuk kotak. Dadanya yang bidang, dan juga kulitnya putih bersih. Sungguh dia Pria idaman setiap wanita.
Ya Allah, Khanza kamu kenapa? jangan terlalu mendamba dirinya. Semua yang kamu lihat hanya milik istri sahnya.
Aku segera terjaga dari lamunan, dengan ragu aku duduk disisinya, tanganku terulur memegang bahu Mas Yusuf. Walau dadaku masih membuncah.
"Mas Yusuf, bangun, ini sarung dan sajadahnya," ujarku sangat pelan.
Perlahan dia membuka kelopak mata, netra kami bertemu, dia menatapku dengan dalam, aku sungguh tidak berani membalas tatapan itu lebih lama, jantungku merasa tidak aman.
"Ini kain dan sajadahnya, Mas." Aku menyerahkan peralatan ibadah itu padanya dengan wajah tertunduk.
"Ah, ya. Terimakasih, Maaf sudah merepotkan." Dia menegakkan tubuh memperbaiki posisi duduknya.
Aku segera berdiri ingin menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Namun, tanganku diraih olehnya. Seketika jantungku kembali berdebar.
"Mbak, bisakah pagi ini kita melakukannya?"
Lidahku terasa kelu. Aku tidak tahu apa maksudnya. Otakku benar-benar tak bisa menerjemahkan apa yang tersirat dari ucapan Mas Yusuf.
Dia masih menatapku dengan lekat, tanganku masih berada dalam genggamannya.
"Mbak Khanza, saya tahu kesalahan saya begitu besar sehingga membuat keadaan Mbak seperti ini. Maafkan saya, sungguh saya khilaf, saya berdosa, saya selalu berpikir bagaimana caranya agar saya bisa menebus segala kesalahan pada Mbak Khanza. Saya seorang lelaki yang sudah mempunyai anak dan istri. Tetapi saya merusak masa depan, Mbak Khanza."
Mas Yusuf menatapku dengan mata berkaca-kaca, aku merasa begitu terenyuh dengan ucapannya yang penuh penyesalan, aku juga tak kuasa menahan air mata. Tanpa aku duga, dia mengusap air mataku dengan lembut. Kuberanikan diri untuk menatapnya, sehingga kini tatapan kami bertemu. "Mbak, maukah melaksanakan sholat taubat bersama?" tanyanya yang begitu lembut sehingga membuat tangisku kembali mengharu dan aku mengangguk cepat.
"Ayo mandilah, saya tunggu." Aku kembali mengangguk patuh, sungguh dia adalah suami yang begitu sempurna, beruntung sekali Mbak Tiara memiliki imam sepertinya.
Aku ingin beranjak ke kamar mandi, tetapi pakaian yang aku bawa tadi masih berada dalam pangkuanku. "Mas, ini ada pakaian, maaf jika tidak sesuai dengan selera Mas Yusuf."
"Sekali lagi terimakasih ya, maaf saya sudah banyak merepotkan. Apapun yang Mbak berikan saya pasti suka."
Kembali ucapannya membuat hatiku tak menentu. Dia begitu pandai membesarkan hati pasangannya. Maafkan jika aku semakin mengagumi kamu, Mas.
Aku bangkit menuju kamar mandi segera membersihkan diri, setelah itu mengambil wudhu. Tidak perlu lama aku sudah selesai dan keluar dengan hanya mengenakan bathrob.
Aku melihat dia sudah duduk di sajadahnya, aku cepat-cepat menuju lemari dan mengambil mukena dan kugelar sajadahku tepat dibelakang Mas Yusuf.
Kami melaksanakan sholat wajib dua rakaat terlebih dahulu sebelum melaksanakan sholat sunah taubat. Dia menjadi imam aku makmumnya, selesai melaksanakan sholat wajib, Mas Yusuf kembali menjadi imam untuk memimpin sholat sunat taubat. Di atas sajadah masing-masing kami melaksanakan dengan khusyuk, tentu saja dengan air mata penyesalan mengiringi sujud kami. Bagaimanapun juga kami sudah melakukan dosa besar, kami memohon ampunan-Nya.
Didalam Sujud terakhir, kami memohon ampunan kepada Allah, Dengan segala penyesalan kami merayu sang khalik agar dapat mengampuni dosa khilaf yang telah kami lakukan.
Selesai mengucapkan salam. Mas Yusuf mengangkat kedua tangannya dia merampalkan Do'a, dengan suara bergetar memohon ampunan Allah. punggungnya yang tegap tampak bergetar dengan suara lirih dan bernada lembut dia meminta belas kasih dari Allah.
Aku juga tak kuasa menahan air mata yang kembali luruh. Aku tahu didalam sikapnya yang tegas dan penuh tanggung jawab pasti banyak menyimpan beban. Dia pasti berada di dalam dilema karena telah menduakan Mbak Tiara.
Aku berjanji tidak akan pernah membebani dirinya, apapun keputusan Mas Yusuf, aku akan terima dengan ikhlas. Aku akan selalu mendo'akan agar kebahagiaan menyertai dirinya dan juga Mbak Tiara. Aku tidak ingin menjadi penghalang kebahagiaan mereka.
Selesai berdo'a, Mas Yusuf membalikkan tubuhnya menghadap padaku, bibirnya membentuk senyuman sembari mengulurkan tangannya, aku segera menyambut tangan Pria yang kini sudah menjadi suamiku dan ku kecup punggung tangan itu. Dia memegang kedua pipiku dan mengecup keningku dengan dalam, jantungku kembali berdebar wajahku terasa panas.
"Mbak Khanza, saya tahu Mbak pasti sangat membenci saya. Tapi saya mohon, tolong izinkan saya untuk menjaga Mbak selama masa kehamilan Mbak Khanza. Izinkan saya untuk memberi perhatian pada bayi yang ada dalam kandungan Mbak Khanza. Saya tidak tahu bagaimana cara menebus kesalahan ini."
Kembali air mataku jatuh. Hatiku begitu terenyuh, dia benar-benar membuat perasaanku nyaman, dia lelaki yang begitu penuh perhatian. Tetapi aku tidak mau terlalu hanyut dalam semua ini. Aku tahu apapun yang dia lakukan karena dia ingin bertanggung jawab pada anaknya.
Aku hanya mengangguk, sungguh aku tak mampu bagaimana cara untuk mengekspresikan perasaanku saat ini. Bolehkah aku bahagia sedikit saja menerima perlakuan baik dari Pria yang juga berstatus sebagai suamiku.
Maafkan aku Mbak Tiara, izinkan aku untuk egois sedikit saja, yaitu menerima perhatian dari Mas Yusuf. Karena anakku juga punya hak untuk mendapatkan kasih sayang dari Papanya
"Jangan menangis lagi, Mbak. Katakan apapun yang Mbak pendam dalam hati, dan jangan pernah sungkan untuk meminta apa yang Mbak inginkan. Selagi saya mampu akan saya lakukan dan berikan.
"Aku tidak meminta apapun, Mas. Tapi aku hanya meminta, bolehkah Mas Yusuf menukar panggilan kepadaku?"
Aku melihat dia tersenyum kaku dan tangannya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Saya harus panggil apa?" tanyanya masih sungkan.
"Panggil sewajarnya saja Mas," ujarku berusaha untuk tetap tenang sembari menghapus sisa air mata yang masih membasahi pipi.
"Dari Mbak ke Adek, bolehkah?" tanyanya kembali yang membuat wajahku bersemu.
Aku hanya tersenyum malu dan mengangguk pelan. Dia mengusap kepalaku yang masih terbungkus mukena. "Terimakasih ya." Dia segera berdiri dan ingin melipat sajadahnya, tetapi aku segera menahan.
"Tidak usah, Mas, biar aku saja yang membereskan," ujarku segera mengambil alih pekerjaannya. Dia hanya mengangguk dan kembali tersenyum.
Aku melihat dia sudah mengenakan pakaian yang aku berikan tadi, mungkin saat aku di kamar mandi dia mengenakannya.
Di berdiri di depan kaca memperhatikan wajahnya yang tampak masih memar. Aku segera mengambil kotak obat yang semalam belum sempat aku obati lukanya.
"Mas Yusuf ingin pulang sekarang?" tanyaku sembari berjalan menghampirinya.
"Ah, iya. Saya juga ingin mengurus dokumen untuk kembali bertugas di Polres."
"Kalau begitu mari aku obati luka kamu dulu, Mas." Dia hanya mengangguk dan mengikuti aku untuk duduk di sofa.
Dengan perlahan aku mengoleskan salap memar pada kulit wajahnya. Aku begitu fokus dengan luka-luka yang ada diwajahnya tanpa aku sadari dia mengamati wajahku. Jarak kami yang begitu dekat sehingga aku dapat merasakan hembusan nafas hangatnya.
"Apakah sakit?" tanyaku berusaha mengalihkan perhatian. Dia hanya tersenyum dan menggeleng. Please Mas, jangan menatapku lagi.
Bersambung....
Jangan lupa dukungannya ya biar author semakin semangat Update 🙏🤗
Happy reading 🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 126 Episodes
Comments
Yuli Purwa
please mas,,, aku jd termehek-mehek 🤭🤭🤭
2023-10-12
1
Tapsir Tapsir
imam yg Soleh buat keluarganya
2023-06-21
0
Sugiharti Rusli
bisa dirasakan sih pergolakan batin Khanza yang sdh jadi orang ke-3 di pernikahan Yusuf dan istrinya walo tidak disengaja, apalagi pribadi Yusuf yang aslinya baik dan sholeh
2023-03-18
0