1 tahun kemudian
Memulai dari awal kehidupan ku tentunya tidak mudah, namun adanya koneksi dan juga bantuan dari beberapa pihak membiat semuanya menjadi mudah.
Aku, Aksara Elder Hans 16 tahun memulai kembali cerita hidup ku, dimana memilih menikmati bangku Sekolah Menengah Atas (SMA) dimana awal-awal memasuki lingkungan baru sangat susah dan dengan penampilan ku saat ini tentunya menjadi target dari siswa lainnya. Namun karena aku tidak mau mencari masalah ditambah otak ku yang memang luar bisa pintar melebihi einstain membuat mereka merasa enggan terlalu banyak mengusik ku.
Saat ini tahun kedua ku di SMA aku mengambil kelas XI IPS 6 kata guru-guru merupakan kelas terbodoh di angkatan kami, namun menurut ku mereka hanya malas saja. Didalam kelas ku ada siswi yang kaya dan cantik menjadi salah satu primadona di sekolah dan selalu di incar baik teman seangkatan maupun kakak kelas.
Disini aku tidak memiliki teman dekat hanya sebatas teman, aku mengambil duduk disudut paling belakang dekat jendela mengarah kelapangan di belakang sekolah. Bangku disebalah ku ternyata kosong dan semuanya sudah saling kenal tinggal aku yang belum berbaur dengan mereka.
Dari dulu aku memang susah bergaul dan mereka disini menganggap ku orang sederhana, karena penampilan ku yang biasa, dengan kaca mata kuda non minus, rambut yang diikat dengan seragam yang mengikuti aturan rok dibawah lutut dan baju dimasukkan kedalam dengan kancing sampai atas serta dasi terpasang rapi.
ciri-ciri anak kuper, cupu, dan mudah diintimidasi. Namun jangan salah aku tidak pernah membaca buku pelajaran, karena yang kubaca saat ini novel dan segala perlengkapan sekolah ku sudah ada didalam handphone, mulai dari buku paket, hingga apa yang bisa membantu ku.
"Hai, kok dari tadi diam aja? "Sapa salah seorang siswi.
"..." Aku hanya memandangnya dengan tekiti sebelum kembali membaca sembari menunggu guru datang.
"Udah jangab ganggu dia, dia kan rada aneh Ni, namanya Aksara, dia pendiam banget kemarin aku sekelas sama dia, bisa dihitung selama setahun dikelas dia hanya bersuara beberapa kali. "Jelas seorang Perempuan bernama Desi kepada Lani yang tadi mengajak ku berkenalan.
"mendengar itu aku hanya tersenyum dalam diam, sambil menunggu guru datang dan memulai kelas dalam sesi perkenalan.
Ternyata aku bisa menyelesaikan tahun pertama ku disini, sekarang adalah tahun kedua ku, aku harap masa-masa SMA ini akan menjadi kenangan indah ku, menjadi saksi aku pernah menempuh pendidikan formal, dan menjadi normal.
kenapa normal? tentunya mana ada diusia ki yang 15 tahun, sudah memiliki berbagai gelar. Maka saat ini adalah pendidikan ku yang paling normal, memiliki teman, menjadi target bully dan menjadi penyendiri di sudut kelas atau perpustakaan.
"Aksa... "Panggil seorang siswi cantik, bernama Jelita, ya dia teman pertama ku, masih ku anggap teman karena dia mau berteman dengan ku hanya untuk mencontek semua tugas dan LKS sewaktu masih kelas X dulu. Makanya dia bisa masuk IPA 1 yang berisikan kalangan elit disekolah mulai dari kepintaran, penampilan, hingga kekayaan. semua anak-anak elit selama kelas X setelah disaring ada di kelas IPA 1.
lalu kali bertanya kenapa aku tidak masuk ke IPA 1, jawabannya kalian pasti tau, benar, "Aku malas belajar lagi, dan hanya ingin menikmati hidup ku saat ini.".
"Hmm... kenapa Ta? " tanya ku.
"kok kamu disini, bukannya di IPA berapa gitu walaupun gk IPA 1?" tanya nya menyelidik, dasar bilang saja kalau tidak ada lagi yang bisa kamu bodohi.
"Malas. "Ucap ku asal.
"Ooo.. terus kamu sekarang lagi apa? gak ke kantin sarapan atau apa gitu? "Tanya sok akrab, menunjukkan kepada orang kalau hnya dia yang mampu membuat ku bicara.
"Malas. "jawab ku sambil kembali membaca novel ku.
"oh gitu, ya udah aku balik deh, kebetulan kelas kita tenggaan, aku di depan kamu di sini, "jelasnya gak mutu.
entah apa yang dipikirkan kepala sekolah mengganti urutan kelas dimana kelas IPA 1 dari ujung dekat pustaka dan IPS 1 diujung dekat kantin. Jadinya kelas IPA 1 berada di depan IPS 6 dan IPA 6 berada didepan IPS 1. toh aku tidak peduli.
Hari pertama masuk sesudah kenaikan kelas memang sangat santai, karena guru-guru masih sibuk membagi kelas mana yang mereka ajarkan dan mengatur jadwal pelajaran agar tidak bentrok dengan kelas maupun guru lainnya.
akhirnya Guru masuk setelah lonceng istirahat pertama selesai, kelas ku IPS 6 mendapat Wali Kelas Ibu Ida seorang guru kesenian. Begitu masuk kelas dia melohat sekeliling dimana masih banyak siswa dan siswi yang belum masuk dan masih ada dikantin di ujung lorong.
"Baik, saya tidak mau menunggu lagi kita mulai saja hari ini. Karena kalian dari kelas yang berbeda perkenalan kita mulai saja dulu dan nanti dilanjutkan bagi yang belum masuk. "Ucap buk Ida to the point and i like it.
Sesi perkenalan telah selesai, begitu juga semua murid sudah masuk dan duduk dibangku mereka masing-masing.
"Apa kalian sudah nyaman dengan bangku sekarang atau kita roling lagi susunannya?" tany buk Ida, benar-benar guru yang berjiwa demokrasi.
"Sudah Bukk... " Ucap kami serempak.
"Karena hari ini hanya pengenalan dan memberikan jadwal pelajaran kita akan langsung menentukan ketua kelas, siapa yang mau jadi ketua kelas? "lagi dan lagi buk ida bertanya.
"Adnan aja buk, "beberapa murid berteriak dan dengan keputusan bulat Adnan terpilih sebgi ketua kelas. Dengan kata lain Asisten Guru didalam kelas.
Buk ida sudah pergi meninggalkan kelas dengan diatur oleh Adnan, dimana dia mencatat jadwal pelajaran dan aku hanya memphotonya dari pada menyalin ke buku. Coba kalian bayangkan dizaman canggih saat ini kenapa masih butuh kertas kalau hanya untuk hal mudah seperti ini.
Lonceng istirahat kedua berbunyi banyak dari mereka masih dikelas mencoba berkenalan satu sama lain lebih dekat. Termasuk beberapa siswi yang coba mendekati ku.
"Hai Aksara, kami boleh kenalan? " tanya salah satu dari mereka.
aku melihat mereka dimana dandanannya hampir sama seperti ku namun leboh baik tanpa kaca mata.
"Hai, aku aksara. "Aku mengulurkan tangan dan tersenyum kepada mereka dan itu tentunya membuat seisi kelas terdiam tiba-tiba mendengar suara aksara dan tersenyum kepada teman sekelasnya tersebut.
"Aku Rinna dan ini Dewi" Ucap Rina memperkenalkan diri.
"Gue Dimas"saut suara lainnya
"Aku zein malik. "Kata Zulfan
"Zein malik pala luh, nama dia Zulfan dan gue Sandi. "Saut yang lain.
aku tersenyum kembali dan benar hanya dengan membuka diri kita bisa membuka dunia dan mata kita untuk menerima kehadiran seseorang.
"terima kasih mau berteman dengan saya, sepertinya saya tidak salah memilih kelas ini. "Ungkap ku kepada mereka dan mereka hanya bisa diam.
"Ke kantin yuk? " ajak Rina.
"yuk, " diikuti yang lain.
"loh kenapa gak ikut,? " tanya sandi
"Aku gak biasa ke kantin,"Jawab ku sambil memperlihatkan bekal ku.
"udah bawa aja bekal nya, hitung-hitung ganti suasana jadi gak makan dikelas mulu lo. "lanjut Zul
"dari mana kamu tau aku selalu makan dikelas? " Tanya aku yang begitu penasaran.
"Loh sih, sibuk dengan dunia kamu dan juga sahabat jelek mu itu, sehingga tidak melihat kami dikelas yang sama. " kali ini giliran Diman yang ngomong.
"Maaf, " ucap ku tertunduk, lagian siapa yang sahabat jelek aku, jangan bilang yang mereka maksud jelita. dasar aneh mereka mungkin berfikir aku tidak tahu kalau jelit memperalat ku.
"yuk, dibawa aja bekalnya."Ucap dewi yang langsung menarik ku dan Sandi yang membawa kotak bekal makan ku.
kami masuk kekantin yang lumayan sepi, karena kebanyakan sudah selesai dan memilih dikelas. disana aku melihat Jelita bersama teman barunya.
"Aksa, kesini yuk gabung. "Panggilnya yang aku tahu hanya sekedar basa basi
"tenang gue yang traktir. " Lanjut nya sepertinya ingin membuat ku terlihat seperti orang miskin
"gak perlu dan makasih, dia sama kita." tiba-tiba Rina sudah menarik ku duduk di sudut yang berlawanan.
kami duduk dan rina serta zul langsung ke stand makanan dan minuman memesan makan dan minum untuk kami. aku hanya memesan air mineral botol.
sambil menunggu pesanan mereka, aku membuka bekal yang tadi dimasukkan Ami, aku membuka dan disana ada makanan ku. yaitu potato weiges, sosis goreng dan nuget serta sambalnya.
mereka yang melihat isi bekal ku melotot dan terlihat terkejut melihat isi bekal ku
"kalau bekal gini, gue gak apa gak makan dikantin. " Sahut Zulfan
"Gue apalagi" sambung dewi
"ambo raso iyo, tapi ambo ragu." Lanjut Dimas.
"kalau gitu yuk makan bareng, sambil nunggu pesanan kalian. " lanjut ku meletakan kotak bekal ke depan meja kami.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
🌹yunda🌹
lanjut baca 👉 makin seruuu
2021-02-14
0
Neni Aryani
haha aksara dipandang sbgai orng yg miskin😂😂😂 belum tau tuh si jelita harta aksara di bank swiss...
2020-12-12
0
Azka Bayu
ini mah kisah authornya kali yaa
2020-10-05
0