“Segera Ren, minggu depan aku akan datang ke rumahmu sekalian untuk melamar. Apa kamu siap hanya dengan waktu seminggu?” tanya Pak Deri
“Siap Der. Kamu atur saja baiknya juga. Kami disini akan menyiapkan yang diperlukan” kata Pak Rendra
“Baik. Tidak usah disiapkan yang mewah. Cukup sederhana saja. Kita juga masih acara melamar” jawab Pak Deri
Telepon pun diakhiri.
...****************...
“Drrt drrtt drrtt” bunyi telepon Hanum berdering
“Siapa sih. Nomer siapa ini?” sambil mengangkat Handphone
“Halo, ini aku” ucap suara laki laki di seberang telepon
“Siapa?” tapi Hanum juga mengenal suara tersebut, ia masih mencoba mengingat
“Aku Aditya” jawabnya singkat
“Oh, kamu. Ada apa?” jawab Hanum dengan langsung berdiri dari duduknya
“Kamu yang ada apa kenapa tiba- tiba mau?” tanya Aditya
“Aku terpaksa. Lagian kupikir juga tidak apa-apa jika aku menikah sekarang” jawab Hanum
“Besok kita bertemu setelah pulang kantor. Besok kamu akan kujemput setelah aku pulang dari kampus.” Perintah Aditya ke Hanum
“Baik” jawab Hanum singkat
Aditya memang tidak selalu ada di kantor. Ia berada di kantor hanya untuk pertemuan atau hal yang penting serta memeriksa dokumen. Sebagian besar waktunya dihabiskan di kampus tempatnya mengajar.
“Mau bicara apa lagi kan sudah jelas. Dia juga kemarin sudah menjelaskan bahwa tidak akan membatasi rutinitas ku” gumam Hanum
...****************...
Setelah pulang kantor, Hanum langsung dijemput dan masuk ke mobil Aditya. Sepanjang perjalanan mereka tak berbicara sepatah kata pun. Hanum hanya melihat keluar jendela. Begitu juga Aditya dia hanya fokus mengemudi dan sesekali melirik ke arah Hanum.
Mereka sampai di restoran mewah di dalam hotel. Hanum terkejut dia langsung bertanya.
“Kenapa kesini?” tanya Hanum sambil melihat hotel di depannya
Ia takut kalau Aditya akan mengajaknya ke hotel dan melakukan hal yang tak sepantasnya
“Apa orang ini mesum atau maniak. Belum apa –apa sudah mengajak ke hotel.” Hanum masih mematung
Aditya langsung bergerak menekan tombol push seat belt Hanum. Kejadian itu langsung membuat Hanum sadar dari lamunannya
“Kamu ngga turun?” tanya Aditya
“Ngga. Aku ga mau turun. Kita ngapain kesini?” tanya Hanum ulang
Aditya langsung keluar, dan membuka pintu mobil Hanum
“Turun. Kita mau membicarakan sesuatu” minta Aditya
“Ngga. Kita bicara disini saja. Apa yang akan kita lakukan di hotel. Kamu jangan kira aku mau dijodohkan terus bertindak seenaknya ya!” kata Hanum melakukan penolakan dengan tidak mau keluar.
Aditya langsung menarik tangan Hanum. Ia menarik Hanum memasuki pintu masuk utama hotel disana ia menuju ke restoran tempat biasa Aditya makan. Pelayan mengenal Aditya, dan langsung memberikan tempat ke Aditya dan Hanum
Hanum malu karena tadi menganggap Aditya akan melakukan hal yang aneh.
“Dia pasti berpikir kalau aku yang berotak kotor. Ah bagaimana ini. Lagi-lagi aku melakukan sesuatu yang memalukan” batin Hanum sambil menutup wajahnya dengan buku menu yang ada di hadapan nya.
“Mau pesan apa?” tanya Aditya
“Sebentar. Tidak sabar banget sih” jawab Hanum karena dia malu bila bertatapan langsung dengan Aditya setelah melakukan hal konyol seperti tadi
“Aku mau pesan beef steak medium well sama air mineral saja” pinta Hanum dengan menurunkan buku menu di depannya”
Mau tidak mau dia harus menatap Aditya. Walaupun sebenarnya dia sangat malu
“Aku seperti biasa saja” pinta Aditya kepada pelayan
“Baik” palayan mengerti dan langsung pergi
Aditya melihat Hanum yang dari tadi sibuk untuk membuang muka
“Kenapa kamu malu dengan tindakan mu tadi?” tanya Aditya sambil sedikit tersenyum
“Ah ngga. Lagian kamu juga ga bilang kalau mau ngajak makan. Aku yakin semua perempuan juga akan berpikir sama sepertiku”jawab Hanum membela dirinya
“Oh” balas Aditya seolah tidak mau memperpanjang perdebatan.
“Kamu mau bicara apa. Sampai membawaku kemari? “ tanya Hanum penasaran
“Nanti setelah makan kita bicarakan” perintah Aditya ke Hanum
Sambil menunggu makanan. Hanum berpura-pura memainkan HP nya. Aditya melihat kearah taman di seberang restoran.
Setelah menunggu beberapa saat makanan pun datang.
“Silahkan” kata pelayan sambil memberikan hidangan
Mereka menyantap makanan dengan lahap, Hanum juga lapar karena baru pulang kantor dan tadi siang dia juga tidak sempat untuk makan siang
“Kenapa mau tambah lagi?” tanya Aditya
“Ngga. Sudah cukup kok” balas Hanum
Setelah selesai makan Aditya mengisyaratkan kepada pelayan untuk menghidangkan desert favorit Aditya. Dia juga yakin Hanum akan menyukainya.
“Enak banget red velvet cake nya” ucap Hanum pelan
“Kamu kenapa mendadak setuju dengan perjodohan ini? Bukannya kemarin kamu mencoba sekeras mungkin untuk menolak?” tanya Aditya penasaran
“Aku sudah bilang terpaksa. Kan kemarin sudah ku jawab” balas Hanum
“Aku tidak akan melanjutkan pernikahan jika kamu tidak menjawab pertanyaan ku dengan benar dan serius” menggertak Hanum supaya mengaku
“Apa maksudmu kemarin bukannya kamu juga menawarkan pernikahan kepadaku. Kenapa sekarang kamu memperumit semuanya?” jawab Hanum dengan kesal
Aditya terdiam. Ia juga ingin tahu apa alasan Hanum. Dia menunggu sampai Hanum mengaku. Melihat kondisi ini Hanum langsung mencoba untuk mengajak berbicara Aditya dan mengalihkan pembicaraan.
“Oh ya skripsi ku belum sempat ku kerjakan. Kamu tau kan akhir-akhir ini aku sangat sibuk bekerja serta mengurus toko Ayah. Aku yakin Om Deri sudah memberi tahu mu.” Jelas Hanum
Aditya masih terdiam dan tidak mau membalas ucapan Hanum.
“Oke. Iya. Alasan ku mau menikahimu adalah Ayah sakit beberapa pekan yang lalu. Om Deri sudah membantu kami untuk mencarikan dokter terbaik. Bukan hanya itu Om juga membantu masalah toko kami. Lagian aku juga sudah mengihklaskan nasibku untuk kamu nikahi” ucap Hanum
“Oh jadi karena terpaksa?” tanya Aditya
“Bukannya kamu juga karena terpaksa. Aku yakin kamu tidak punya rasa kepadaku. Lagian aku tidak bisa dibandingkan dengan wanita- wanita yang mengejarmu” jawab Hanum
“Kamu cemburu aku di dekati wanita-wanita itu?” ledek Aditya
“Ih ngga sama sekali. Tingkat kepercayaan dirimu sangat tinggi ya?” balas Hanum cepat
“Aku mau tanya. Apa hubungan mu dengan Lukas?” tanya Aditya seolah menunggu jawaban yang diinginkan
“Lukas? Dia hanya sahabat.....ku, eh..” tanpa dilanjutkan lagi
“Kenapa? Sepertinya kamu tidak yakin!” ucap Aditya
Hanum terdiam sejenak ia teringat akan kata-kata Lukas bahwa ia akan menunggu Hanum untuk menjawab perasaannya selama ini.
“Aduh bagaimana aku bilang ke Aditya. Lagian kenapa sih dia kepo banget pengen tahu.” Batin Hanum
Melihat Hanum seperti itu Aditya pun bertanya kembali
“Aku yakin kalian ada apa- apa. Mungkin bukan dari kamu tapi dari Lukas” ucap Aditya sedikit menyindir
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments