“Semenjak kejadian perjodohan kita kemarin, kita sama sekali belum berbicara!” sambil melirik ke arah Hanum
“Apa –apaan ini. Apa dia tidak malu menanyakan ini” batin Hanum
“ Ah iya mengenai itu aku masih memikirkan lagi” jawab Hanum
“ Oh. Apa yang membuat mu tidak yakin? Tanya Aditya dengan serius
“ Aku masih kuliah. Aku harus menyelesaikan semuanya dulu baru bisa berpikir pernikahan. Aku juga belum siap untuk menjadi Ibu Rumah Tangga”. Apa kamu mau dinikahkan seperti ini?” tanya balik Hanum
“Aku rasa siap tidak siap kita memang harus melakukan permintaan orang tua kita”
“Apa. Kamu tidak keberatan?” tanya Hanum
“Kamu masih bisa melanjutkan kuliah mu. Aku juga tidak akan menjadikan mu hanya sebagai ibu rumah tangga biasa. Aku akan membebaskan semua yang kamu inginkan selagi itu memang mimpimu!” jawab Aditya meyakinkan
“ Tapi aku masih belum siap.” Kata Hanum sembari sedikit berkaca-kaca
“Pikirkan dulu kalau begitu. Aku mau untuk dinikahkan. Hanya tinggal menunggu keptusan mu.” Jawab Aditya karena merasa kasihan kepada Hanum yang merasa ditekan
“Oh iya aku minta nomer telepon mu? Selanjutnya kita akan mendiskusikan apa yang akan kita lakukan” pinta Aditya sambil menyodorkan HP nya
“Baik” jawab Hanum sambil mengetik nomernya
...****************...
Hanum pulang dan sesampainya tiba dirumah ia melihat Ibunya menangis sambi mengemas kebutuhan baju untuk ayahnya yang masuk rumah sakit. Ibu berpesan untuk menjaga rumah dan Kelen, karena ia selama beberapa hari ini akan menunggu Ayah di rumah sakit. Hanum berusahan menenangkan Ibunya. Sebenarnya dia juga kaget dan merasa tidak tega dengan kondisi Ibunya yang menangis terus.
Selama 2 minggu ini memang Hanum sama sekali tidak bicara dengan ayahnya. Ia menawarkan diri untuk mengantarkan Ibunya serta meliha kondisi ayahnya.
“Biar Hanum antar Bu” minta Hanum
“Kamu di rumah saja jaga Kelen. Ibu bisa sendiri kok” jawab Ibu yang masih sesenggukan
“Ga papa Bu, biar Hanum antar. Nanti setelah melihat kondisi Ayah, Hanum akan langsung pulang” pinta Hanum sambil melihat Kelen
Kelen pun mengerti maksud Kakak nya. Ia juga sudah besar jadi tidak apa- apa kalau ditinggal di rumah sendirian.
...****************...
Sesampainya di rumah sakit, mereka langsung menuju ke ruang ICU. Disana sudah ada Pak Deri dan Bu Dena yang menunggu.
“Pak Deri dan Bu Dena. Kalian disini? Bagaimana kalian bisa sampai sini?” sapa Ibu kepada mereka
“Iya, tadi kami menelepon nomer rumah Rendra, dan Kelen yang mengangkat telepon. Ketika kami menanyakan Rendra. Kelen bilang Ayahnya sedang di rawat di rumah sakit. Kami langsung menuju kesini” jawab Pak Deri
“Bagaimana bisa seperti ini?” tambah Bu Dena
“Beberapa hari ini ayah Hanum hanya makan sedikit dan terlihat banyak pikiran. Ketika aku membuatkan teh untuknya. Dia tiba-tiba mengeluh sakit di dada. Akhirnya kami membawa dia kesini” jawab Bu Rita
“Sebenarnya apa yang dipikirkan?” tanya Pak Deri penasaran
“Ada beberapa masalah di toko. Karyawan kami telah menggelapkan uang yang hasil penjualan. Sehingga kami tidak bisa lagi memesan barang” jawab Bu Rita menjelaskan
Iya, ayah Hanum mempunyai toko yang dibilang cukup besar, namun tidak sepadan dengan kenyamanan minimarket atau swalayan. Hanya saja seperti gudang besar, tapi sudah banyak pelanggan yang menjadi langganan tetap toko tersebut, karena harga yang ditawarkan murah.
...****************...
“Silahkan keluarga Pak Rendra, kami antarkan ke ruangan dokter. Dokter ingin bicara” celetuk salah satu perawat di tengah obrolan mereka
Ibu dan Hanum masuk ruangan.
Dokter memberikan penjelasan bahwa Pak Rendra menderita penyakit jantung sehingga ia minta untuk jangan sampai memberikan hal yang bisa membuatnya tertekan dan kaget. Sementara ini kami memberikan perawatan yang terbaik dan intensif untuk Pak Rendra.
Ibu menangis mendengar itu, bagaimana bisa hanya satu kali jatuh langsung separah itu. Ia takut kalau akan kambuh lagi. Hanum merangkut Ibu. Ia tidak mau terlihat lemah.
Ibu langsung meminta Hanum untuk pulang karena sudah hampir larut malam. Ia khawatir pada Hanum perjalanan pulang pasti akan sepi.
Disana Pak Deri dan Bu Dena menawarkan diri untuk mengantar Hanum sampai rumah. Bu Rita berterimakasih kepada Pak Deri.
“Jeng sabar ya. Semoga Pak Rendra bisa lekas sembuh. Kami sekeluarga mendoakan yang terbaik. Kalau ada apa- apa segera beritahukan kami.” Ucap Bu Dena menguatkan sambi memeluk
“Iya makasih ya Jeng.” Jawab singkat Bu Rita
“Baik kami pulang dulu ya! Besok kami akun berkunjung lagi” ucap Pak Deri
“Iya. Titip Hanum ya Pak Deri.” Jawab Ibu Rita
Pak Deri, Bu Dena pun mengantarkan Hanum pulang. Di mobil Pak Deri mengelurkan HP dan langsung menempelkan di telinganya
“Halo. Iya ini saya Deri. Bagaimana kabarnya dok?” tanya Pak Deri
“Baik pak” jawab orang diseberang telepon
Hanum bisa mendengarkan percakapan mereka, iya juga yakin semua penghuni di dalam mobil juga pasti bisa mendengarkan
“Begini dok, saya minta dokter untuk menangani sahabat saya yang saat ini sedang di rumah sakit Kasih Ibu. Tadi saya sudah menanyakan kepada pegawai resepsionis rumah sakit. Namun, katanya Dokter lagi di luar kota untuk menghandiri seminar” kata Pak Deri
“Iya Pak siap. Atas nama siapa? Besok sesampainya di rumah sakit saya langsung cek kondisinya” jawab orang yang dipanggil dokter oleh Pak Deri
“Atas Nama Rendra Pracipta. Ia sekarang masih di ICU. Say minta tolong lakukan yang terbaik” pinta Pak Deri
“Baik Pak. Saya usahakan” jawabnya
“Saya tidak peduli dengan biaya nya asal lakukan yang terbaik.” Pinta Pak Deri menegaskan
Percakapan mereka melalui telepon pun berhenti.
“Tenang saja Hanum, kamu ngga usah khawatir Dokter Beni adalah yang terbaik dibidangnya. Ia banyak menyembuhkan banyak orang. Tugas kamu adalah mendoakan semoga Ayah kamu cepat sembuh” ucap Pak Deri meyakinkan
“Terima kasih Om, sudah mau membantu keluarga Hanum” jawab Hanum merasa sedikit lega
“Iya kamu tenang saja tidak usah khawatir. Ayah kamu pasti akan sehat” Bu Dena menambahkan
Hanum merasa keluarga Pak Deri sudah membantu keluarganya.
Ia merasa berhutang budi pada mereka. Tiba tiba Hanum teringat akan perjodohan yang mereka usulkan, yang waktu itu tidak segan untuk Hanum tolak.
“Bagaimana bisa aku menolak perjodohan ini jika mereka sangat baik kepada keluargaku dan tidak segan untuk melakukan apapun. Apa ini memang sudah garis hidupku. Tuhan kenapa ini jalanku. Apakah dengan mengikuti perjodohan ini semua orang akan baik-baik saja. Baik aku aku akan melakukan perjodohan ini” batin Hanum sambil melihat keluar jendela.
Sesampainya di rumah Hanum melihat Kelen juga sudah tertidur, ia juga langsung ikut tidur disamping adiknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments