Ibu bersama Ayah di kamar mereka berdua. Ibu berusaha untuk meminta Ayah lebih lembut lagi menghadapi Hanum.
“Yah, ngga seharusnya berbicara kasar dengan Hanum. Ibu bisa merasakan apa yang dirasakan Hanum. Ketika ia fokus untuk membangun masa depannya. Ia dipaksa untuk menikahi laki-laki yang bukan pilihannya.” Pinta Ibu dengan lembut
“Ayah Cuma mau yang terbaik buat Hanum, Bu. Dari pada nanti ia menemukan laki-laki yang hanya menyakitinya. Lebih baik ayah keras padanya” jawab Ayah
“Iya tapi kamu tahu kan Hanum perempuan. Hatinya pasti lembut. Jadi ayah harus mengerti. Bagaimanapun Ibu takut dengan ancaman Hanum tadi. Tidak biasanya ia berbicara kasar seperti itu.”
Ayah juga sedih ketika mendengar ancaman Hanum tadi. Namun dia sebagai kepala keluarga tidak mungkin terlihat lemah di depan keluarganya. Ia harus tetap tegas meskipun hatinya runtuh mendengar perkataan Hanum tadi.
...****************...
Senin pagi mereka berkumpul di ruang makan. Sarapan bersama yang biasa menjadi rutinitas keluarga Pak Rendra yang hangat tiba-tiba menjadi dingin. Candaan setiap pagi seolah menghilang. Mereka semua terdiam, kecuali Kelen yang masih iseng bercanda. Kelen adik Hanum memang terkenal usil. Ia masih kelas 6 Sekolah Dasar. Jadi masih suka menjahili Kakaknya, meskipun ia cukup tau apa yang terjadi.
“Kak Hanum! Kelen minta kado untuk ulang tahun Kelen nanti ya” pintanya untuk memecah keheningan
“Hemm” jawab Hanum singkat tanpa berkata lagi
“Kamu jangan minta kakak Hanum yang aneh-aneh Kelen.” Pinta Ibu
“Kenapa Bu. Kak Hanum kan biasanya juga menuruti apa kata Kelen. Kak Hanum kan sayang Kelen” jawabnya
“Aku minta robot yang kemarin kulihat di etalase toko mainan kemarin ya Kak?” mintanya
“Itu kan mahal Kelen harganya 2 juta. Mana ada uang Kakak segitu” jawab Hanum
“Ya usaha Kakak lah bagaimana. Kenapa tanya Kelen” jawab Kelen acuh
“Iya kan kamu pasti mengganggu kakak mu seperti ini. Sudah cepat makan terus berangkat sekolah ntar kamu telat lo” jawab Ibu menyudahi
“Kak beneran ya. Aku tunggu. Jangan lupa. Assalamualaikum” sambil menenteng tas dan pergi keluar rumah untuk berangkat sekolah.
Sebenarnya setelah tenang Hanum merasa bersalah dengan Ayahnya. Terlebih pagi ini biasanya Ayah yang selalu hangat tiba-tiba dingi dan tak berbicara apapun. Hanum sebenarnya juga kasian melihat Ayah yang sudah berumur paruh baya. Ia ingin menjadi anak berbakti. Ia ingin lulus dan cepat kerja supaya bisa menyenangkan kedua orang tuanya. Namun tak disangka jalan ini lah yang kelihatannya bisa membuat Ayah bahagia.
...****************...
“Hanum, kamu hari ini ikut kami ke lapangan ya. Salah satu sekertaris Pak Aditya tidak masuk. Mungkin akan butuh bantuan kamu nanti. Ditambah lagi semua divisi juga sedang sibuk karena mempersiapkan launching produk baru.” Minta Bu Ratna selaku ketua Divisi tempatnya bekerja
“Ah. Sa..sa..ya Bu. Iya Bu baik. “ menjawabnya sambil terbata-bata.
Ia tidak habis pikir apa yang akan dilakukan disana. Ia sama sekali tidak mengerti apa yang harus dikerjakan. Terlebih dia juga orang baru di Perusahaan ini. Dan lagi ia harus bertemu dengan Aditya.
“Sebenarnya apa rencana Tuhan kenapa aku selalu dipertemukan dengan Aditya di setiap kesempatan yang ada” batin Hanum mengeluh
...****************...
“Selamat pagi saya disuruh datang ke ruangan Pak Aditya untuk membantu oleh Bu Ratna” sapa Hanum ke salah satu sekertaris Aditya
“Siang. Oh iya. Kita minta bantuan kamu ya. Kamu bisa kan melakukan observasi produk kita yang di pasarkan di supermarket, minimarket, serta pasar tradisional? Kamu akan ditemani oleh beberapa orang. Jangan lupa nanti juga buat laporan tentang hasil di lapangan” minta sekertaris cantik tersebut.
“Tapi saya belum pernah melakukan pekerjaan ini” jawab Hanum
“Nanti akan dibantu oleh beberapa pegawai lainnya” sambil tersenyum
“Baik”
Hanum pun berangkat dengan beberapa pegawai yang lainnya. Ia juga wira-wiri untuk melakukan observasi produk Perusahaan. Hasilnya ia kerjakan sampai larut malam selama berhari-hari.
...****************...
“Apakah sudah siap semua?” tanya pimpinan obesrvasi tersebut
“Sudah pak!” jawab serentak semua pegawai yang ada di ruangan tersebut
“Baik. Hari ini sedang ada rapat. Kita diminta untuk memberikan presentasi mengenai produk Perusahaan di lapangan. Saya harap kerjasama kalian semua” jawab pimpinan observasi tersebut
“Baik Pak. Siap” jawab semua
Hanum terlihat lesu karena memang beberapa hari ini dia membantu divisi yang dibentuk untuk melakukan observasi tersebut. Ia berpikir bahwa ia tidak akan ikut rapat karena hanya pegawai PKN.
“Hanum kamu mau kemana?” tanya pimpinan observasi karena Hanum keluar dari ruangan tersebut
“Saya mau kembali ke divisi saya lagi Pak, karena sudah selesai semua” jawab Hanum
“Kamu akan ikut rapat dengan para petinggi Perusahaan”
“Hah.. apa pak. Nanti apa yang dilakukan disana? Jawab Hanum grogi
“Kamu bisa membuat beberapa notulensi tentang rapat dan apa yang kurang dari observasi kita kemarin”
“Ah baik Pak.”
“Ia berpikir memang harus bertemu Aditya. Aku harus mempersiapkan semuanya dan tenang. Jangan membuat kesalahan” batin Hanum
...****************...
Memasuki ruangan yang sudah penuh dengan para petinggi Perusahaan. Hanum langsung duduk di belakang kursi dari pimpinan tim observasi kemarin. Ia menyiapkan segalanya bersama tim.
Di seberang kursi seseorang mengamati gerak-gerik Hanum. Iya,mata Aditya tertuju pada Hanum. Ia memperhatikan seolah kagum Hanum bisa berdaptasi dengan cepat bersama timnya. Ia juga mendapat laporan bahwa Hanum bekerja dengan baik. Justru Pak Deri lah yang meminta untuk Hanum dilibatkan dalam observasi ini. Ia ingin melihat kesungguhan Hanum, dan berencana merekrut Hanum setelah lulus nanti.
Aditya melihat mencermati semua berkas dan presentasi yang disuguhkan. Ia melihat progress bagus pemasaran produk perusahaan. Sesekali ia melirik Hanum. Ketika rapat sudah selesai Aditya keluar bersama petinggi lainnya duluan. Hanum masih berkutat dengan menata semua berkas.
...****************...
Sesampainya di ruangannya. Aditya langsung memberi instruksi kepada Sekertaris nya untuk meminta Hanum menemuinya. Ketika mendapatkan telepon dari Sekertaris tersebut, Hanum langsung bergegas pergi menemui Aditya. Ia berpikir apalagi yang harus dibicarakan. Apakah pekerjaan nya ada yang salah.
“Tok tok tok” suara ketukan pintu
“Iya silahkan masuk” suara dari dalam pintu
“Pak, apakah Bapak memanggil saya?”
“Iya silahkan duduk.” Sambil berdiri dan menuju ke sofa yang memang biasanya untuk menemui tamu
“Baik Pak” sambil merapikan rok untuk duduk
“Bagaimana rasanya ikut observasi kemarin?” tanya Pak Aditya
“Seru Pak. Saya juga bisa sambil belajar. Nantinya ilmu ini akan membantu saya ketika bekerja” jawabnya yakin
Tatapan mata Aditya melihat sisi baru dari Hanum yang ternyata pekerja keras. Ia rela panas-panasan dari wira wiri. Ia menemukan banyak sisi Hanum yang menarik.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments