Sudah sejak semalam, Arsy terus bolak balik ke kamar mandi. Sambel level 10 yang dimakannya benar-benar menguras isi perutnya. Hampir satu jam sekali, gadis itu masuk ke kamar mandi. Pagi ini saja dia sudah tiga kali ke kamar mandi. Bahkan untuk sampai ke ranjangnya Arsy harus merangkak karena kehabisan tenaga.
Nara masuk membawakan teh tawar hangat untuk putrinya. Dia membantu Arsy untuk duduk lalu memberikan minuman padanya. Diperhatikannya wajah Arsy yang terlihat pucat. Nara mengusap wajah Arsy.
“Wajahmu pucat, sayang. Ayo kita ke rumah sakit.”
“Ngga, ma. Aku udah minum obat, sebentar lagi juga baikan kok.”
“Tapi takutnya kamu dehidrasi, sayang.”
Kenzie masuk ke dalam kamar lalu mendudukkan diri di sisi sang anak. Arsy langsung mendekat lalu memeluk lengan papanya. Nara keluar untuk membuatkan makanan yang bisa dimakan oleh anaknya. Kenzie merebahkan tubuh Arsy di kasur.
“Papa boboan di sini,” ujar Arsy manja.
Kenzie ikut merebahkan diri. Jika sedang sakit, anak perempuan satu-satunya ini memang sangat manja sekali. Arsy langsung menyandarkan kepalanya di dada sang papa dengan tangan memeluk pinggangnya.
“Kemarin kamu kenapa tidak melawan saat lelaki itu menyakitimu?”
“Itu memang salahku, pa.”
“Kamu memang salah tapi bukan begitu caranya bersikap. Bagaimana kalau terjadi sesuatu denganmu? Untung saja ada Irzal, bagaimana kalau tidak?”
“Maaf, pa. Udah dong jangan marah. Anaknya lagi sakit malah dimarahin. Kemarin Irzal juga ngomong gitu. Berasa dejavu.”
“Jangan diulangi hal seperti itu. Kamu juga jangan teledor kalau sedang bekerja. Kamu itu calon dokter, salah sedikit saja, nyawa pasien kamu taruhannya.”
“Iya, pa.”
Tangan Kenzie merengkuh tubuh sang anak masuk ke dalam pelukannya. Arsy semakin menelusup masuk ke dalam dekapan Kenzie. Matanya terpejam, tubuhnya terasa lemas dan ingin tidur saja rasanya.
“Kemarin kamu makan apa sampe diare kaya gini?”
“Aku diajak makan bebek panggang sama Irzal, terus aku pesen sambelnya yang level 10.”
“Ck.. kamu, penyakit dicari. Hari ini kamu ngga usah ke rumah sakit.”
“Iya, pa. Aku udah telepon dokter Daffa, ijin ngga masuk.”
“Semalam Irzal yang antar kamu ke rumah?”
“Iya, pa.”
“Kapan-kapan ajak dia makan malam di rumah.”
“Kalau dia mau, pa.”
“Dia mau kalau kamu ngajaknya baik-baik, ngga jutek.”
“Ish.. papa.”
Senyum Kenzie terbit melihat bibir anaknya yang mengerucut. Tangannya mulai mengusap punggung sang anak. Melihat Arsy yang masih ingin bermanja dengannya, dia memutuskan menunda keberangkatan ke kantor.
🍁🍁🍁
“Bun.. bisa tolong buatin minuman buat yang diare?”
Irzal baru saja turun dari lantai dua dan langsung menuju dapur begitu melihat bunda tercintanya di sana. Setelah mencium pipi Azkia, dia mengajukan permintaan tersebut. Azkia melihat sebentar pada anak bungsunya.
“Kamu diare?”
“Bukan aku, bun. Tapi Arsy.”
“Arsy?”
“Iya. Kemarin aku ajak makan di bebek panggang bu Rika. Dia milih sambel level 10. Salah dia juga, udah diingetin masih ngeyel. Cewek kalo lagi patah hati aneh-aneh,” cerocos Irzal.
Azkia memandangi anaknya tanpa berkedip. Baru kali ini Irzal bercerita cukup panjang tentang Arsy. Sebelumnya pria itu tak pernah melakukannya. Jangankan bicara panjang lebar tentang perempuan, menyebut nama perempuan di luar keluarga saja tidak pernah.
“Bun.. kok bengong?”
“Bunda terkesima. Baru kali ini kamu ngomong soal perempuan. Perhatian juga, minta bunda buatin obat.”
Azkia tersenyum pada Irzal, kemudian meminta asisten rumah tangganya mengambilkan daun jambu batu yang masih muda. Irzal tak menanggapi ucapan bundanya, dia menarik kursi makan lalu mendudukkan diri di sana.
“Kamu tahu dari mana kalau Arsy diare?”
“Dari Daffa. Tau sendiri bunda, dia kan mulutnya ember.”
“Ada-ada aja kamu.”
Sambil menunggu minuman untuk menghentikan diare, Irzal memakan sarapannya. Tadi dia memang mendapatkan telepon dari Daffa yang memberitahu sakitnya Arsy. Pria itu tidak tahu kalau Daffa sudah direkrut oleh Abi menjadi bagian komplotannya. Jadi semua kabar terbaru tentang Arsy akan sampai ke telinga Irzal melalui dirinya.
“Nih.. kasih ke Arsy.”
Azkia meletakkan tumbler berisi minuman untuk meredakan diare di atas meja. Irzal segera mengakhiri sarapannya. Setelah mencium punggung tangan dan juga pipi bundanya, dia segera keluar dari rumah. Saat akan masuk ke mobilnya, kendaraan Daffa melintas. Pria itu menghentikan kendaraannya sejenak.
“Daf.. lo mau ke rumah Arsy? Nitip nih buat dia.”
“Kaga. Gue mau langsung ke rumah sakit. Abang aja kasih sendiri.”
Mobil yang dikendarai Daffa langsung melaju kembali. Irzal hanya mendesis kesal saja melihat kepergian sepupunya. Dia segera masuk ke dalam mobil kemudian melajukanya. Sebelum ke rumah Arsy, dia mampir sebentar ke mini market untuk membeli sesuatu.
🍁🍁🍁
“Cucu kakek kenapa?”
Abi yang mendengar kalau Arsy sakit bergegas ke rumah Kenzie diantar oleh Kenan. Melihat kedatangan sang ayah, Kenzie bangun lalu memberikan tempatnya pada Abi. Arsy kini bermanja pada sang kakek.
“Biasa kek, dia lagi menwa,” celetuk Zar yang baru saja masuk ke dalam kamar Arsy.
“Menwa apaan?” tanya Kenzie dan Abi bersamaan.
“Mencret wae, hahaha…”
Sebuah bantal melayang ke arah Zar, namun pria itu segera berkelit. Alhasil bantal malah mendarat ke wajah Daffa yang baru saja datang dan diminta langsung ke kamar Arsy oleh Nara.
“Astaghfirullah.. dosa apa hamba, pagi-pagi dapet beginian.”
“Ya ampun maaf dok. Maksud aku ke si kampret satu tuh.”
“Hahaha.. untung cuma bantal. Coba kalo cangkir, auto benjol aku.”
“Dokter ngapain ke sini?”
“Kamu harus diinfus, biar ngga dehidrasi.”
Daffa mendekati bed Arsy dengan tas medis di tangannya. Tanpa Abi menyuruhnya, pria itu memang sudah berinisiatif untuk melakukannya. Dia mengeluarkan cairan infus, selang serta jarum infusan. Dengan cekatan Daffa memasangkan cairan kristaloid pada jarum infus di tangan Arsy.
“Langsung masuk saja, Zal..”
Terdengar suara Nara dari luar mempersilahkan seseorang untuk masuk. Mata Arsy langsung menangkap sosok Irzal masuk ke dalam kamarnya. Senyum Abi langsung mengembang melihat kedatangan bakal calon cucu menantunya.
“Masuk Zal.. sini-sini dekat kakek.”
Irzal mencium punggung tangan Kenzie dan Kenan bergantian lalu menuju Abi. Dia juga melakukan hal yang sama pada pria tua itu. Kemudian matanya melihat pada Daffa yang telah selesai memasang infusan di tangan Arsy.
“Katanya langsung ke rumah sakit.”
“Tadi di jalan kakek telepon, minta cucunya diinfus. Bener kan kek?” Daffa melihat pada Abi dan hanya dijawab anggukan saja oleh pria itu.
“Bagaimana keadaanmu?” Irzal melihat pada Arsy.
“Lemas.”
“Ini.. bunda buatin minuman untuk diare untukmu. Aku biasa minum ini kalau sedang diare.”
Irzal menyerahkan tumbler di tangannya. Abi bantu mengambilkan lalu memberikannya pada Arsy. Kenan mengangkat kedua jempolnya pada Abi. Kenzie hanya menggelengkan kepalanya saja melihat konspirasi ayah dan adiknya.
“Terima kasih,” ujar Arsy.
“Semoga lekas sembuh. Kakek, om.. aku pamit.”
“Iya, Zal. Terima kasih untuk perhatiannya,” jawab Abi seraya melayangkan senyuman semanis madu.
“Sama-sama, kek. Oh iya, ini buatmu.”
Irzal menyodorkan plastik bertuliskan logo mini market milik Akhtar pada Arsy. Tanpa tahu apa isinya, Arsy langsung menerimanya.
“Ini apa?”
“Diapers. Biar kamu ngga usah bolak balik ke kamar mandi.”
“YAAA!!!” teriak Arsy kencang.
“Hahahahaha…. Pake noh popoknya Sy, hahaha…”
Zar tertawa begitu puas. Kenan, Kenzie dan Abi juga tidak bisa menahan tawanya. Arsy melihat Irzal dengan kesal. Baru saja dia tersentuh akan perhatian pria itu, tapi sudah dibuat naik darah lagi. Tanpa mempedulikan reaksi Arsy, Irzal segera keluar dari kamar disusul oleh Daffa dan juga Zar.
“Zal.. hari ini kita ke lapangan lagi, ya?”
“Kita ke pengadilan dulu. Hari ini putusan tanah sengketa keluar.”
“Oh iya. Tapi gue ke kampus dulu ngga apa-apa ya. Cuma satu matkul aja sih.”
“Iya. Nanti nyusul aja.”
“Ok, sip.”
Ketiga pria itu segera naik ke kendaraannya masing-masing dan maju satu-satu, meninggalkan kediaman Kenzie.
🍁🍁🍁
“Assalamu’alaikum..”
“Waalaikumsalam.. silahkan masuk dokter Rafa.”
Rindu menyambut kedatangan dokter bedah jantung tersebut kemudian mempersilahkannya untuk masuk. Sesuai janjinya, hari ini Rafa datang untuk memeriksa keadaan Kevin. Pria itu datang di pagi hari, sebelum jam prakteknya di rumah sakit dimulai. Rindu langsung mengarahkan Rafa ke kamar pribadinya. Di sana Kevin sudah menunggu.
“Selamat pagi pak Kevin.”
“Pagi, dok.”
Rafa segera menghampiri Kevin. Dia mengeluarkan stetoskop untuk memeriksa pasiennya. Beberapa kali dia mengarahkan stetoskop ke dada Kevin, setelah itu mengecek nadinya sambil melihat pada jam di tangannya.
“Bagaimana dok?” tanya Rindu.
“Semuanya baik. Alhamdulillah pak Kevin sehat.”
“Panggil opa saja, jangan bapak,” pinta Kevin.
Mata Rindu membelalak mendengar ucapan suaminya. Kemudian matanya berubah memicing begitu menyadari ada yang salah dengan ucapan suaminya. Pasti ada udang dibalik bakwan.
“Baik, opa..” Rafa tersenyum setelahnya. Agak canggung juga memanggil Kevin dengan sebutan opa.
“Nak Rafa sudah sarapan? Ayo kita sarapan bersama,” ajak Kevin seraya bangun dari tidurnya.
Tak enak menolak ajakan pria tua itu, Rafa hanya menganggukkan kepalanya saja. Sambil merangkul bahu Rafa, Kevin keluar dari kamar dan langsung menuju meja makan. Di sana sudah ada Ravin, Freya dan Firhan. Hanya Dayana yang belum datang. Rindu segera menyiapkan sarapan untuk suaminya dan juga Rafa.
Tak berapa lama terdengar suara langkah kaki menuruni anak tangga. Dengan langkah sedikit tergesa, Dayana menuju ruang makan. Tubuhnya sudah terbalut pakaian formal. Hari ini dia akan menghadapi seminar up. Sejenak dia tertegun ketika melihat Rafa ada di antara anggota keluarganya. Kevin memang tidak mengatakan padanya perihal kedatangan dokter tampan tersebut.
“Dokter Rafa,” sapa Dayana.
“Halo Aya.”
“Habis periksa kakek ya?” tanya Dayana seraya menarik kursi di depan kursi Rafa.
“Iya.”
“Ayo sarapannya dinikmati.”
Rindu menginterupsi pembicaraan Dayana dan Rafa. Setelah menaruh makanan di atas piringnya, Dayana mulai menikmati sarapannya. Sesekali matanya melirik pada Rafa yang juga tengah menikmati sarapannya dengan tenang.
“Dokter Rafa hari ini ada operasi?” tanya Ravin berbasa-basi.
“Hari ini tidak ada jadwal.”
“Kalau dokter Rafa sudah menikah?” tanya Freya.
“Sudah.”
🍁🍁🍁
**Nah loh jawaban dokter Rafa, udah🙈
Irzal bener² ya, baru aja meleleh karena perhatiannya, udah dibikin naik darah lagi🤣
Hari ini In Syaa Allah mamake bakal ngajuin kontrak. Kalau novel ini sudah dikontrak. Auto jumlah kata per episodenya naik ya gaaeesss**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 185 Episodes
Comments
reza indrayana
😥😥😥 Dayana gimana dg jwaban dr. Raffaa...😍😍😍
2024-01-01
1
flowers city
😂🤣😂😂😂😂😂🤣😂😂😂😂😂😂😂
2023-08-04
2
flowers city
🤣😂🤣🤣🤣🤣🤣
2023-08-04
2