Setelah memakan waktu yang cukup lama, akhirnya operasi bypass yang dijalani Kevin berakhir sudah. Nantinya pria itu akan dipindahkan ke ruang ICU, untuk terus memantau keadaannya. Dari dalam ruang operasi, dokter Rafardhan atau yang biasa dipanggil dokter Rafa, keluar. Arsy yang masih menunggu jalannya operasi bersama dengan saudara-saudaranya langsung mendekati dokter bedah jantung tersebut.
“Dokter.. gimana keadaan opa?” tanya Arsy.
Dokter tersebut tak langsung menjawab pertanyaan Arsy. Dibukanya dulu masker yang menutupi wajahnya. Dayana yang berdiri di samping sepupunya itu terpesona melihat ketampanan dokter Rafa. Matanya memandang tanpa berkedip ke arahnya. Zar yang melihat itu, mengusap tangannya ke wajah Dayana.
“Apaan sih.. bau tau,” kesal Dayana.
“Biasa aja lihatnya, malu-maluin lo.”
“Alhamdulillah operasinya berhasil. Sebentar lagi akan dipindahkan ke ruang ICU. Kalau kondisinya bagus dan stabil, akan dipindahkan ke ruang perawatan.”
“Ngga akan ada masalah pasca operasi kan, dok?” tanya Ravin.
“Mudah-mudahan tidak ada. Kami akan terus pantau kondisinya.”
“Terima kasih dok.”
“Sama-sama. Saya permisi dulu.”
Mata Dayana terus mengikuti pergerakan Rafa sampai menghilang dibalik tembok pembatas. Ravin segera menghubungi Rindu yang beristirahat di kamar. Baru saja pria itu selesai menghubungi ibunya, pintu ruangan terbuka. Dua orang suster mendorong blankar yang membawa tubuh Kevin.
Semua yang ada di ruang tunggu operasi langsung mengikuti kedua suster itu menuju ruangan ICU. Mereka hanya bisa sampai ke depan pintu, memperhatikan kedua suster itu memasukkan Kevin ke salah satu ruangan.
“Kita ngga bisa masuk ya, Sy?” tanya Dayana.
“Ngga. Kalau di ICU itu ngga sembaranagn orang bisa masuk, apalagi baru selesai operasi. Mending kita ke kamar aja. Biar opa dalam pemantauan perawat.”
Semua mengikuti arahan Arsy. Mereka segera menuju lantai teratas di mana kamar yang disewakan untuk keluarga pasien berada. Ternyata para leluhur generasi ketiga tengah berkumpul di satu kamar. Mereka memilih ikut berkumpul di sana. Zar membuka pintu kamar.
“KiJo…”
Panggil Zar begitu masuk ke dalam ruangan. Pemuda itu mencium punggung tangan Jojo lalu memeluk erat kakeknya itu.
“KiJo… kangen..”
“Lebay..”
Arya menoyor kepala sepupunya itu yang kerap bersikap lebay jika bertemu dengan Jojo. Semua cucu kompak memanggil pria itu dengan sebutan KiJo, alias aki Jojo. Untuk Abi, mereka memanggil dengan sebutan kakek, Kevin dipanggil Opa, Cakra disebut eyang, dan Juna yang paling keren panggilannya, grandpa. Sedang untuk Anfa, mereka memanggil dengan sebutan nonno, artinya sama saja kakek dalam bahasa Italia.
“Bagaimana keadaan opa?” tanya Juna pada Arsy.
“Alhamdulillah operasinya lancar. Opa udah dipindahin ke ruang ICU. Kalau kondisinya sampai besok tetap stabil, opa dipindahin ke ruang perawatan.”
“Alhamdulillah,” ujar yang lain.
“Sy.. periksa KiJo,” titah Zar yang duduk di dekat Jojo.
“Eh emang KiJo sakit apa?” Arsy segera mendekati kakek dari pihak mamanya. Saat akan memeriksa, Jojo menolaknya.
“Aki ngga apa-apa. Zar lebay tuh.”
“Eh ngga boleh gitu, KiJo. Ayo diperiksa.”
“Ngga!” dengan kesal Jojo menjitak kepala cucunya yang paling ajaib tingkahnya.
“Biar enak jalannya, KiJo,” bujuk Zar.
“KiJo sakit apa sih?” tanya Dayana penasaran.
“Encoknya kambuh abis olahraga malem sama Ninda, hahaha... aaaarrggghhh..”
Zar berteriak ketika Jojo menjewer telinga cucu nakalnya ini. Sepupunya yang lain malah menertawainya sambil meledek. Pintu kamar terbuka, Kenzie dan Nara masuk ke dalamnya. Pria itu sedikit kesal karena sedari tadi berkeliling kamar mencari para tetua, ternyata semuanya berkumpul di kamar Rindu.
“Tau ngumpul di sini semua, mending sewa satu kamar aja,” kelutus Kenzie begitu masuk.
“Papa.. kaya ngga tau kakek dan gerombolannya. Mereka kan kaya semut senengnya barengan,” celetuk Zar.
“Ken.. sudah ada kabar dari Azzam,” tanya Nina. Dia sudah sangat merindukan cucunya yang saat ini tengah menempuh pendidikan di akademi angkatan udara yang ada di Sleman, Yogyakarta.
“Sudah, ma. Azzam belum bisa pulang, sekarang lagi padat jadwal kuliahnya. Mungkin saat libur baru pulang ke sini,” terang Nara. Sebenarnya dia juga sangat merindukan anak bungsunya itu. Tapi pilihan sang anak yang ingin menjadi abdi Negara, mengharuskannya untuk berpisah.
“Jangan ganggu Azzam, biar di konsentrasi dengan kuliahnya,” ujar Juna bijak.
“Rencananya nanti Azzam mau ambil korps apa?” sambung Abi.
“Azzam bilang mau ambil korps penerbang tempur,” terang Kenzie.
“Wah nanti bisa-bisa dia dikirim jadi tentara perdamaian di daerah konflik,” cetus Arya, anak sulung dari Aric dan Naya.
“Bisa jadi,” lanjut Arsy.
“Doakan saja, semoga Azzam bisa mencapai cita-citanya. Bisa menjadi abdi negara yang baik nantinya,” ujar Abi yang diaminin oleh yang lain.
“Keluarga kita sekarang lengkap ya. Profesi mereka sudah beragam, ada yang fokus meneruskan perusahaan, ada yang jadi dokter, ada tentara, chef, malah Alden mau jadi pengacara ya,” ujar Cakra.
“Jaksa, pi. Bukan pengacara,” ralat Viren.
“Oh iya, jaksa. Baguslah.. apapun pilihan kalian, jalani dengan sungguh-sungguh.”
Para cucu keluarga Hikmat yang ada di ruangan itu hanya menganggukkan kepalanya saja. Selain dari orang tua, mereka juga kerap mendapatkan nasehat dari para leluhur alias kakek neneknya. Hubungan persaudaraan di antara mereka juga erat, karena sejak dini mereka sudah diajarkan memupuk rasa persaudaraan. Ibarat sebuah tubuh, jika satu anggota tubuh sakit, maka semua ikut merasakannya. Harus kompak dan bahu membahu dalam kesulitan.
“Tapi masih ada yang kurang, kek,” celetuk Zar.
“Apanya yang kurang?” tanya Abi.
“Profesi yang tadi eyang sebutin masih kurang satu. Kang parkir, hahaha..”
“Siapa yang cocok, Zar?” pancing Arya.
“Noh si Gilang. Dia kan seneng banget jadi kang parkir. Terus.. terus… bales.. bales.. stoopp.. ada ta*, hahaha…” Zar memeragakan cara tukang parkir ketika sedang dinas.
Gelak tawa langsung memenuhi seisi kamar. Sedang yang jadi topik pembicaraan terlihat santai bermain game online dengan ponselnya. Gilang adalah anak bungsu dari Kenan.
“Sudah.. sudah.. kalian keluar sana, biar para leluhur istirahat. Mama, papa, mami, papi, ayah, bunda, pipi, mimi, mama Rindu istirahat ya. Keadaan papa Kevin udah baikan, dan dalam pantauan perawat, jadi tenang aja.”
Semua langsung bergerak mendengar ucapan Kenzie. Pria itu mengantar Abi dan Nina ke kamar yang sudah disewanya. Setelah para leluhur kembali ke kamarnya masing-masing, Kenzie, Kenan, Ravin dan Viren kembali ke kantor. Masih banyak pekerjaan yang harus diselesaikan.
“Gue balik duluan, siapa yang mau ikut bareng gue?” tanya Zar.
“Balik aja sana sendiri, gue masih ada urusan,” jawab Arya dan yang lain ikut mengangguk.
Zar dan yang lainnya bersiap meninggalkan rumah sakit. Arsy yang masih bertugas di IGD, bergegas kembali ke tempatnya bertugas di lantai dasar. Sedang Dayana memilih tetap di rumah sakit. Gadis itu memilih melihat opa tersayangnya di ruang ICU.
Sekeluarnya dari lift, Dayana segera menuju ruang ICU. Dia bertanya pada suster yang bertugas apakah boleh melihat Kevin, namun belum diperbolehkan. Dengan raut kecewa, Dayana mendudukkan diri di kursi tunggu. Kepalanya hanya menunduk, gadis itu sungguh ingin melihat opanya. Tiba-tiba ada seseorang yang duduk di sebelahnya. Dayana mengangkat kepalanya dan terkejut saat tahu dokter Rafa yang ada di sampingnya.
“Dokter..”
“Mau lihat opa?” tanya Rafa.
“Huum.. tapi ngga boleh sama suster.”
“Opamu masih istirahat, jangan diganggu dulu. Nanti kalau sudah dipindahkan ke ruang perawatan, kamu bisa sepuasnya menemani opamu.”
“Iya, dok. Sekali lagi makasih udah tolong opaku.”
“Sama-sama nona cantik.”
BLUSH
Wajah Dayana merona dipanggil nona cantik oleh Rafa. Dokter bedah jantung itu tersenyum melihat ekspresi Dayana yang terlihat menggemaskan. Dia mengusak pelan puncak kepala gadis itu.
“Saya tinggal dulu,” pamit Rafa.
“Dokter.. ruangan dokter di mana?”
“Ruangan saya di lantai 3.”
“Ok, dokter. Kalau aku kangen boleh ya main ke ruangan dokter.”
Rafardhan hanya tersenyum menanggapi perkataan Dayana. Pria itu segera meninggalkan ruangan ICU. Sudah ada pasien yang menunggu kehadirannya di ruang praktek. Dayana menjitak kepalanya sendiri, bisa-bisanya dia mengatakan hal seperti tadi. Tapi masa bodoh, dokter Rafa memang pantas untuk digoda, selain tampan, dia juga ramah.
🌸🌸🌸
Eh Dayana nakal ya😁
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 185 Episodes
Comments
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
ada aja kelakuan absurd kl keluarga Hikmat dah ngumpul
2025-04-07
1
anonim
kok leluhur ya Author nyebutnya....
Kalau leluhur itu kayaknya saudara2 kita yg sudah wafat .
Kalau masih hidup sebutannya para tetua2, atau para sesepuh. Mohon maaf kalau saya kliru.
2024-06-12
1
Mei Saroha
darimana DNA italianyaaaa...😄😁🤣
2024-03-03
1