“Assalamu’alaikum..” ucap Aqeel seraya masuk ke dalam rumah.
“Waalaikumsalam,” jawab Ayunda.
Aqeel mendekati Ayunda lalu mencium punggung tangannya. Kepalanya menengok ke kanan dan kiri, mencari sosok yang sangat dirindukannya.
“Cari siapa?”
“Iza mana, ma?”
“Iza lagi di kamarnya. Kamu mending mandi dulu sana.”
“Iya, ma.”
Bergegas Aqeel menuju lantai dua, di mana kamarnya berada. Semua anak Reyhan dan Ayunda tinggal di lantai dua, kecuali Iza. Kamar gadis itu ada di bagian bawah, dekat kamar Ayunda dan Reyhan.
Tak lama setelah Aqeel masuk ke dalam kamarya, Iza keluar. Dia segera menuju dapur untuk memindahkan makanan yang tadi dimasaknya. Dia sengaja memasakkan sop iga, kesukaan Aqeel. Wajahnya memerah membayangkan senyum Aqeel ketika memakan makanan buatannya.
Saat tengah memindahkan sayur ke dalam mangkok, Aqeel yang sudah selesai mandi dan berganti pakaian, mendekati Iza. Pria itu sengaja tak mengeluarkan suara ketika mendekatinya. Dia berdiri di belakang Iza yang sedang menata makanan di atas meja.
“Assalamu’alaikum,” bisik Aqeel.
“Astaghfirullah.. waalaikumsalam. Bang Aqeel ngagetin aja.”
Terdengar tawa renyah Aqeel. Pria itu menarik kursi di dekat Iza, sambil memandangi pujaan hatinya yang masih menata makanan. Iza menundukkan kepalanya, pipinya merona dilihat begitu intens oleh Aqeel. Jantungnya juga mulai berdegup tak karuan.
“Assalamu’alaikum!” terdengar suara Daffa memasuki ruangan.
“Waalikumsalam,” jawab Aqeel dan Iza bersamaan.
“Eh adek gue udah pulang. Apa kabar, Za?”
“Alhamdulillah baik, bang.”
“Widih enak nih masakannya.”
“Mandi dulu, banyak kuman lo!” celetuk Aqeel.
“Bilang aja kaga mau diganggu, bos.”
Daffa bergegas pergi begitu melihat tatapan tajam Aqeel. Di tangga dia berpapasan dengan Rakan yang hendak turun. Rakan segera menuju ruang makan, tak lama Reyhan bersama Ayunda datang. Azizah berinisiatif mengambilkan nasi untuk kedua orang tua angkatnya.
“Terima kasih, Iza,” ujar Reyhan seraya mengambil piring dari tangan gadis itu.
“Ini semua kamu yang masak?” tanya Aqeel.
“Iya, bang.”
“Kamu ngga cape? Baru dateng langsung masak.”
“Ngga, bang. Lagian di pesawat aku kan cuma duduk dan tidur.”
“Ehem!”
Rakan berdehem seraya melirik Aqeel. Adik pertamanya ini terkenal cuek di kalangan wanita, tapi kalau sudah bertemu dengan Iza, langsung lumer seperti es krim yang terkena sinar matahari.
“Bagaimana tadi di rumah sakit?” tanya Reyhan.
“Alhamdulillah beres, pa. Korban bisa diselamatkan semua.”
“Syukurlah.”
“Papamu sudah seperti orang bisulan, ngga enak diam begitu dengar kabar dari rumah sakit,” timpal Ayunda seraya memberikan mangkok berisi sop iga.
“Takutnya tenaga medis di sana kurang, sayang,” jawab Reyhan.
Walau usia mereka sudah tidak lagi muda, namun Reyhan selalu menunjukkan sikap lembut dan penuh kasih sayang pada sang istri. Secara tidak langsung, dia ingin memberikan contoh pada ketiga anaknya bagaimana caranya memperlakukan seorang wanita, khususnya istri.
“Ayah tenang aja. Semua sudah bisa dikendalikan tadi. Daffa juga sudah paham apa tugasnya. Tinggal setahun lagi, dia resmi jadi dokter spesialis,” ternag Aqeel yang hanya diangguki oleh Reyhan.
Suara langkah kaki yang terdengar saat Daffa menuruni anak tangga. Pria itu mempercepat ritual mandinya karena perutnya sudah tak tahan melihat hidangan yang tersaji di meja makan. Dengan cepat dia mendudukkan diri di samping Rakan. Daffa memberikan piring pada Iza, minta diambilkan nasi.
“Ambil sendiri, manja banget,” protes Aqeel.
“Jiaaahhh pawangnya ngamuk. Kali-kali, bang.”
Wajah Iza kembali merona mendengar celotehan Daffa. Sudah bukan rahasia lagi di rumah ini bagaimana interaksi Aqeel dan dirinya. Aqeel memang tak sungkan memperlihatkan perhatian dan rasa sukanya pada gadis itu. Ayunda tersenyum melihat tingkah anak keduanya. Sepertinya dia harus mempercepat proses penyatuan mereka berdua.
Usai makan malam, Aqeel menyempatkan diri membantu Iza mencuci semua alat makan yang tadi digunakan. Walau sang asisten rumah tangga sudah melarang, namun Iza tetap melakukannya. Setelah semua piring dan gelas tercuci bersih, Aqeel mengajak Iza duduk bersantai di halaman belakang sambil menikmati angin malam.
“Kuliahmu lancar selama di sana?” Aqeel membuka percakapan.
“Alhamdulillah, bang.”
“Rencananya setelah lulus, kamu mau kerja di mana?”
“Aku udah ngelamar ke kampus Tunas Harapan. Tinggal tunggu jawaban dari mereka aja.”
“Kenapa kamu ngga pernah pulang?”
“Biar cepat beresnya, bang. Aku bisa ambil semester pendek kalau ngga pulang. Alhamdulillah, kuliahku cepat selesai.”
“Kamu jahat, tau ngga?”
“Hah? Jahat kenapa bang?”
“Kamu ngga tau kalau aku kangen banget sama kamu?”
BLUSH
Wajah Iza memerah mendengarnya. Gadis itu kembali menundukkan kepalanya. Sejak dirinya menjejakkan kaki di rumah ini, sosok Aqeel memang sudah mencuri perhatiannya. Awalnya dia merasa takut karena pria itu tak banyak bicara dan terkesan tak menyukainya. Namun ternyata sikapnya mulai hangat saat gadis itu mulai menceritakan kondisinya di sekolah.
Iza yang kerap terkena bully-an, sedikit demi sedikit mulai berani melawan. Itu semua karena dukungan Aqeel. Setelah menyelesaikan sekolah, iseng-iseng gadis itu mengajukan beasiswa ke universitas Cairo dan diterima. Gadis itu kuliah di fakultas teknik. Saat ini dia sudah meraih gelar S2.
“Abang sendiri gimana? Program fellowshipnya sudah selesai?”
“Sudah, tahun kemarin.”
“Alhamdulillah.”
“Za.. besok kamu ada acara?”
“Euung.. kayanya ngga ada, bang.”
“Bisa bawakan abang makan siang ke rumah sakit?”
“Bisa, bang. Abang mau dimasakan apa?”
“Apa aja, yang penting enak.”
“Mau aku buatin makanan khas Mesir?”
“Boleh. Kamu mau bikin apa?”
“Euungg… tunggu besok aja ya, bang,” Iza tersenyum memperlihatkan sederetan gigi putihnya. Aqeel hanya menganggukkan kepalanya. Keduanya melajutkan perbincangan, Iza banyak menceritakan pengalamannya selama lima tahun di Kairo.
🍁🍁🍁
Ayunda selesai membersihkan wajahnya. Setelah mengaplikasikan krim malam di wajahnya, wanita itu merangkak naik ke atas ranjang, mendekati suaminya yang masih duduk sambil membaca laporan yang tadi diberikan Rakan. Ayunda merebahkan kepalanya di dada Reyhan, membuat pria itu meletakkan lembaran kertas di atas nakas.
“Lanjut aja, mas,” ujar Ayunda.
“Ngga akan konsen kalau kamu sudah seperti ini gayanya.”
“Apaan sih, mas,” Ayunda mencubit pinggang suaminya. Reyhan terkekeh seraya mencium puncak kepala istrinya.
“Mas.. tadi mas lihat ngga gimana Aqeel sama Iza.”
“Hmm..”
“Menurut mas, gimana kalau kita satukan aja mereka berdua. Biar tidak terlalu lama. Lagi pula umur Aqeel sudah lebih dari cukup untuk berkeluarga.”
“Kalau mas, terserah mereka berdua aja. Kalau mereka siap, kenapa ngga? Mas El, kak Rain, bang Ilan, bang Gara, bang Farel udah pada punya cucu. Kita yang belum, masa mau kesaing sama Azriel.”
Ayunda tertawa kecil mendengarnya. Namun kemudian tawanya hilang mengingat, Shafa, calon menantunya yang tidak jadi menikah dengan Rakan. Tanpa gadis itu tahu, dia menderita penyakit parah. Saat diperiksa, semuanya sudah terlambat. Shafa menjalani perawatan selama empat bulan dan harus menyerah dengan penyakitnya. Gadis itu meninggal dalam pelukan Rakan.
Bukan hanya dirinya atau Rakan yang terpukul, Azriel sahabatnya juga merasakan hal yang sama. Bahkan Yossi sampai jatuh sakit karena masih belum bisa menerima kepergian Shafa. Sejak Shafa meninggal, Rakan belum lagi membawa gadis ke rumah, padahal sudah tiga tahun berlalu.
“Aqeel.. pasti sungkan kalau harus melewati Rakan,” ujar Ayunda pelan.
“Biar nanti mas yang bicara dengan Rakan. Mas yakin kalau anak itu tidak keberatan.”
“Apa Rakan masih belum bisa melepas Shafa?” Ayunda mendongakkan kepalanya, melihat pada Reyhan.
“Mas rasa bukan itu alasannya. Sepertinya dia masih belum mau membuka hati aja. Di matanya mungkin belum ada gadis yang kriterianya seperti Shafa.”
“Mudah-mudahan dia bisa bertemu dengan gadis lain secepatnya.”
“Aamiin..”
Reyhan membaringkan tubuhnya, diikuti oleh Ayunda. Tangan pria itu bergerak mematikan lampu utama dan menyalakan lampu tidur. Dia merentangkan tangannya, Ayunda pun merebahkan kepalanya di sana. Wanita itu memposisikan tubuhnya miring dengan tangan memeluk pinggang sang suami.
“Mas..”
“Hmm..”
“Aku dengar Bibie mau dijodohkan.”
“Dengan siapa?”
“Arsy.”
“Arsy? Hahaha..”
“Kenapa tertawa?”
“Tidak apa-apa. Gadis itu.. ehm.. dia itu sedikit emosional. Beberapa kali dia pernah terlibat masalah di rumah sakit. Bukan salah dia, memang ada wali pasien yang bersikap tidak senonoh. Belum lagi ada pasien yang menyebalkan. Aqeel dan Daffa sampai harus membereskan masalahnya beberapa kali.”
“Sepertinya cocok untuk Bibie. Biar anak itu pusing menghadapi calon istrinya yang bar-bar.”
Ayunda tertawa geli membayangkan Bibie alias Irzal kalau harus berpasangan dengan Arsy. Bibie adalah panggilan yang diberikan paman dan bibinya untuk anak itu. Kalau kata Gara, tidak sopan memanggil nama Irzal, seperti memanggil nama ayah mereka saja. Akhirnya mereka sepakat untuk memanggilnya dengan sebutan Bibie, kependekan dari Habibie.
“Tapi.. Arsy menyukai Aqeel,” ujar Reyhan pelan.
“Serius mas? Mas tau dari mana?”
“Kamu pikir mas anak kecil? Dari cara Arsy melihat Aqeel, mas sudah paham.”
“Terus Aqeel?”
“Menurutmu?”
“Dia pasti ngga tau.”
“Hem.. tapi kita lihat saja nanti. Sepertinya om Abi punya cara sendiri untuk mendekatkan mereka.
Ayunda sedikit cemas mendengar Arsy menyukai Aqeel. Dia tidak mau peristiwa dirinya, Reyhan dan Filran kembali terulang. Tapi wanita itu bisa sedikit bernafas lega mengingat Aqeel hanya menyukai Iza. Namun ketidakbersamaan mereka selama lima tahun cukup banyak mengganggu pikirannya. Hati manusia tidak ada yang tahu, jangankan lima tahun. Lima hari saja sudah cukup untuk merubah hati.
🍁🍁🍁
**Wah papa Rey udah tau Arsy suka sama Aqeel. Siapa lagi yang tau ya??
Happy New Year readers keceku. Terima kasih setahun ini sudah setia menemaniku, membaca karya dan mengikuti kehaluanku. Sampai bertemu tahun depan ya, papayo🖐️🖐️🖐️**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 185 Episodes
Comments
Ayuna
keluarga Ramadhan tuh novelnya yg mana yah
2024-03-14
1
ꪶꫝAaliyah Salsabilaꪶꫝ
Readers tau donk mamake kalo Arsy suka sama Aqeel 🤭🤭🤭
Tadinya sempet bingung dengan nama Irzal kok disandingkan dengan cucu2nya Abi ternyata emang cucunya angkatan Abi juga maklum udah ada setahunan sejak terakhir baca KPA terus lebih dari 9bln lalu baca keluarga Ramadhan itu pun di akun satu lagi bukan yang ini jadi agak2 lupa.
Cuma si bon cabe level 30 yang gak akan terlupa juga Kenan yang bikin aku bengek dengan bilang Abi penjaga toilet umum sumpah bener2 minta digeplak tuh kepalanya biar makin sengklek bukan waras 😂😂😂🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
2023-12-07
1
☠️⃝⃟𝑽𝑨 ¢σє'ѕ 𝓐𝔂⃝❥
mendidik anak yg paling efisien adalah dengan suritauladan, atau mencontohkan dengan prilaku atau sikap orang tua yg baik
2023-05-08
3