Abi meminta Nina membuatkan makanan untuk dikirimkan ke kediaman Elang. Dia sudah mendengar cerita dari Zar tentang insiden perkelahian Irzal dan Arsy. Pria itu ingin menggunakan kesempatan ini untuk mendekatkan kedua orang itu agar bisa bersama. Nina yang tahu niat suaminya itu, menyetujui usulan Abi. Bersama dengan Zahra, mereka membuatkan makanan untuk keluarga Irzal.
Arsy memarkirkan kendaraan di depan kediaman sang kakek. Di hari liburnya ini tiba-tiba saja Abi menyuruhnya datang ke rumah. Setelah mengunci mobilnya, dia segera masuk ke dalam rumah besar itu.
“Assalamu’alaikum.”
“Waalaikumsalam. Eh cucu kakek udah datang. Sini, nak.”
Arsy segera menghampiri Abi yang tengah duduk di ruang keluarga. Setelah mencium punggung tangannya, gadis itu mendudukkan diri di samping sang kakek. Abi merangkul bahu cucunya ini.
“Nenek mana?”
“Di dapur lagi masak sama tantemu.”
“Kakek tumben manggil aku ke sini. Ada apa?”
“Kemarin Zar cerita sama kakek. Katanya kamu berkelahi dengan Irzal. Kenapa?”
Ingin rasanya Arsy menyumpal mulut kakak kembarnya itu yang tak pernah bisa mengerem mulutnya yang dol. Kabar perkelahiannya dengan Irzal, sepertinya sudah sampai ke seluruh keluarga besar Hikmat.
“Itu kan cuma salah paham, kek.”
“Kamu sudah minta maaf?”
“Kejadiannya cepat, kek. Mana aku tau kalau itu dia. Bajunya sama kaya yang dipake copet.”
“Sudah minta maaf belum?”
“Belum, kek.”
“Kakek yakin, cucu kakek yang cantik ini bukan orang picik yang tidak mau mengakui kesalahannya dan meminta maaf.”
“Aku belum sempat, kek.”
“Sempatkan waktu untuk bertemu dengannya. Minta maaf dan ucapkan terima kasih. Karena dia, tasmu kembali.”
“Iya, kek. Nanti aku sempatin waktu.”
Nina dan Zahra datang membawa tiga buah dus berisi kue, camilan dan juga ayam bakar special resep buatannya sendiri. Melihat hidangan sudah siap diantar, Abi menegakkan tubuhnya lalu melihat pada Arsy.
“Kamu sekarang libur?”
“Iya, kek.”
“Ada acara ngga?”
“Ngga.”
“Kalau begitu, kamu sekarang ke rumah Irzal. Minta maaf sama dia. Dan bawa makanan itu untuk keluarganya. Anggap saja itu sebagai ungkapan maaf dan juga terima kasih.”
“Aku ngga tau rumahnya.”
“Kakek kirimkan alamatnya padamu.”
“Tapi kek…”
“Arsy…”
“Iya, kek.”
Arsy meraih tangan Abi lalu mencium punggung tangannya. Dia juga melakukan itu pada Nina dan Zahra. Diambilnya tiga buah dus yang dibungkus plastik besar. Dengan sangat terpaksa gadis itu membawa makanan buatan sang nenek yang berkolaborasi dengan tantenya ke tempat Irzal.
Sebelum menyalakan mesin, Arsy membuka dulu ponselnya yang berdenting. Abi baru saja mengirim lokasi rumah Irzal. Gadis itu menyalakan mobilnya lalu melajukan kendaraannya menuju kompleks perumahan di mana Irzal tinggal, yang jaraknya hanya sekitar sepuluh menit saja darinya.
🍁🍁🍁
Arsy masih terdiam di belakang kemudi begitu tiba di kediaman Elang. Ada rasa ragu untuk masuk ke dalam rumah yang ukurannya hampir sama besar dengan rumah sang kakek. Diliriknya dus berisi makanan yang ditaruh di jok sebelah. Setelah menarik nafas dalam-dalam, gadis itu akhirnya turun dari mobil.
Dengan bungkusan di tangannya, Arsy memasuki pekarangan rumah Irzal. Sejenak dia berdiam diri di depan pintu. Berat sekali tangannya memijit bel yang ada di sisi pintu. Namun akhirnya jari telunjuknya bergerak memijit tombol bel. Setelah menunggu beberapa saat, pintu terbuka. Dari baliknya muncul seorang wanita paruh baya yang masih terlihat cantik.
“Assalmu’alaikum, tante.”
“Waalaikumsalam.”
“Kenalkan, saya Arsy. Cucuknya pak Abimanyu.”
“Oh cucuknya pak Abi, silahkan masuk.”
Sambil menganggukkan kepalanya, Arsy masuk ke dalam rumah. Matanya langsung melihat sebuah figura besar yang menampilkan foto keluarga Elang. Cukup lama Arsy memperhatikan foto tersebut seraya menunggu kedatangan Elang. Harus diakui, Irzal memang tampan, tapi sifat menyebalkannya itu yang menutupi wajah gantengnya.
“Arsy..” sapa Elang.
“Om..”
Arsy mencium punggung tangan Elang. Pria itu mempersilahkan Arsy untuk duduk kembali. Azkia datang membawakan minuman dingin untuk gadis itu. Dia lalu mendudukkan diri di sisi Elang.
“Ini.. ada titipan dari nenek,” Arsy mengambil plastik besar di sampingnya lalu memberikan pada Azkia.
“Ya ampun jadi ngga enak udah ngerepotin. Makasih ya, tolong sampaikan ke nenekmu.”
“Iya, tante.”
Elang yang sudah tahu maksud kedatangan Arsy ke sini sengaja tak mengatakan apapun. Tadi Abi menghubunginya dan memintanya untuk tidak mengatakan apapun pada cucunya itu.
“Euungg.. maaf tante, om. Kalau Irzalnya ada?”
“Irzal?” tanya Azkia. Arsy hanya menganggukkan kepalanya.
“Sepertinya ada di kamar. Sebentar tante panggilkan,” lanjut Azkia.
“Ketemu Irzalnya nanti aja. Sudah adzan, kita shalat jamaah dulu lanjut makan siang. Bagaimana Arsy?” Elang menatap pada gadis itu.
“Bo.. boleh, om.”
Arsy tak berani menyanggah ajakan Elang. Mata pria itu sama persis seperti ayahnya. Tajam dan nada suaranya juga penuh dengan penekanan. Azkia berdiri kemudian mengajak gadis itu menuju mushola yang ada di halaman belakang. Setelahnya Elang berdiri, sebelum menuju mushola, dia menuju kamar Irzal. Di saat bersamaan, Aslan beserta keluarganya datang, disusul dengan Yumna yang juga membawa semua keluarganya.
Mampus gue, datang di saat tidak tepat. Kayanya lagi ada acara kumpul keluarga nih. Kayanya kakek sengaja jebak gue dateng ke sini nih. Aaahh.. sial…
Semua anggota keluarga, termasuk Arsy sudah berkumpul di mushola. Mereka bersiap untuk menunaikan ibadah shalat dzuhur. Elang meminta Irzal yang menjadi imam mereka kali ini. Pria itu maju ke depan untuk bersiap. Terdengar suara Aslan mengumandangkan qomat.
Arsy bersalaman dengan Azkia, Shaina dan Yumna selesai shalat. Anak Shaina, Keira mencium punggung tangan gadis itu. Dalam hati Arsy mengagumi keluarga ini yang taat beribadah dan juga terlihat kompak, seperti keluarganya. Semua wanita di keluarga ini mengenakan hijab, bahkan anak-anak mereka yang masih berusia muda sudah dibiasakan mengenakan penutup kepala.
Usai shalat, Azkia segera menyiapkan makan siang bersama. Seperti biasa, mereka memilih halaman belakang untuk menggelar makan siang kali ini. Arsy juga ikut mempersiapkan semuanya bersama dengan Shaina dan Yumna. Mulut Shaina sudah gatal ingin bertanya pada Arsy, siapa gerangan dirinya.
“Yumna.. tolong telepon Aqeel sama Daffa. Minta mereka ke sini, kita makan siang bareng. Om dan tantemu lagi pergi ke Jakarta sama Rakan.”
“Ok, ma.”
Anak kedua dari Elang dan Azkia itu segera menghubungi kedua sepupunya. Arsy yang mendengar nama Aqeel cukup terkejut. Baru saja mendengar namanya disebut sudah membuat dadanya berdegup dengan kencang. Gadis itu terjengit ketika merasakan tepukan di pundaknya.
“Arsy ya..” ujar Shaina membuka pembicaraan.
“Iya, kak.”
“Kamu temannya siapa? Yumna ngga mungkin, Ken juga bukan, apalagi mas Aslan. Kamu temannya Irzal?” terka Shaina.
“Euung.. bukan teman juga sih. Cuma…”
“Arsy ini cucunya kakek Abimanyu. Kamu tahu kan?”
“Oh yang keluarga Hikmat ya. Jadi kamu cucunya kakek Abimanyu. Kamu beneran kenal sama Irzal? Kok bisa kenal sama si kanebo kering model dia?”
“Shai..”
Menantu pertama keluarga Elang itu hanya tertawa saja mendengar teguran mama mertuanya. Ini kali pertama ada gadis yang datang ke rumah dan hendak menemui Irzal. Arsy bingung sendiri mau menjawab apa. Dia takut kalau keluarga ini salah paham dengan kedatangannya. Tapi mengatakan tujuan sebenarnya datang ke sini, malu juga.
“Om Izal!” teriak Nabil, anak kedua dari Yumna sambil berlari ke arah pamannya.
“Eh ada anak cantik. Mana mas Dashtan?”
“Di lual,” jawab Nabil seraya menunjuk ke halaman depan.
Irzal menggendong keponakannya yang masih berumur tiga tahun itu, lalu melangkahkan kakinya menuju halaman depan. Arsy terus memperhatikan Irzal yang sedang menggendong Nabil. Beberapa kali senyumnya terlihat saat berinteraksi dengan keponkaannya itu. Ekspresinya sangat berbeda jika berhadapan dengannya.
“Yumna, panggil ayah, suami dan kakakmu. Ayo kita makan bersama.”
“Iya, ma.”
Yumna segera menuju ruang tengah untuk memanggil Elang, Aslan dan Kenzie, suaminya. Ketiganya segera menuju halaman belakang. Tak lama Irzal muncul bersama dengan empat keponakannya. Mereka duduk di samping kanan dan kiri pamannya itu. Sedang Arsy duduk tepat di hadapan Irzal. Arsy cukup kesal karena sedari tadi Irzal tak memandang ke arahnya, apalagi menegurnya.
“Assalamu’alaikum..”
“Waalaikumsalam. Ayo kita makan bareng,” ajak Elang melihat Aqeel dan Daffa datang.
“Arsy..” tegur Aqeel.
“Dok..”
Jantung Arsy berdebar tak karuan melihat kedatangan Aqeel, apalagi pria itu mengambil tempat tepat di sampingnya. Dia tak menyangka kalau Aqeel ternyata masih memiliki hubungan darah dengan Irzal.
“Kamu sudah kenal dengan Aqeel dan Daffa?” tanya Azkia pada Arsy.
“Kenal bun.. Arsy tuh coas di rumah sakit. Sebelum gabung di IGD, dia bantu-bantu di bagian bang Aqeel,” jelas Daffa. Azkia hanya manggut-manggut saja, matanya melirik pada Irzal yang terlihat tak acuh. Dia malah sibuk menyuapi Nabil.
“Sy.. tumben ke sini, ada angin apa nih?” tanya Daffa seraya melirik pada Irzal.
🍁🍁🍁
**Arsy bakalan jawab apa nih?
Mau tau visual dr. Aqeel dan Daffa versi mamake? Nih visualnya.
dr. Aqeel**
dr. Daffa
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 185 Episodes
Comments
ꪶꫝAaliyah Salsabilaꪶꫝ
Visualnya mamake bikin jiwa haluku meronta-ronta, tapi kok ada nama Kenzie tersemat di acara keluarga nya Elang ya mamamake 🤔🤔🤔
2023-12-06
1
💗vanilla💗🎶
dohh.. visualnya not can can semua mamake .. 😁
2023-09-01
1
💗vanilla💗🎶
masha Allah teduh nya .. pake hijab semua
2023-09-01
1