"Kau kemana sih, aku mengejarmu ke sini. Tapi, kau tak ada aku sudah memesankan makanan untukmu ayo cepat Kat, kau harus makan kau terlihat sangat kurus sekarang kapan ayah mu pulang "
Aku duduk berhadapan dengan Dian, sudah ada semangkok bakso di hadapanku dan juga jus strawberry kesukaanku, tahu saja temanku ini apa yang sedang aku mau.
"Aku tadi bertemu dengan Dimas. Mungkin ayahku akan pulang 1 bulanan lagi karena pekerjaannya sedang ada masalah"
"Apa, kau bertemu dengan Dimas pasti minta uang. Apakah dia memaksa lagi Kat "tanya Dian dengan wajah yang begitu khawatir padaku.
"Untuk kali ini tidak pak Lukas membantuku dia membela aku, tapi, itu membuat aku ada dalam masalah besar. Pak Lucas memanggil ibu untuk kemari kalau tidak Dimas akan di DO. Entah apa yang akan terjadi"aku menghela nafasku dengan kasar, memang tindakan pak Lukas itu sangat bagus, aku sangat berterima kasih dengan bantuannya tapi itu akan membuatku dimaki-maki di rumah dan disalahkan tentang apa yang terjadi pada Dimas.
"Ya sudah kau jangan dulu pulang ya, kau pulang ke rumahku saja" Aku menggelengkan kepalaku tidak mungkin aku pulang ke rumah Dian, aku malu dengan orang tuanya setiap ada masalah aku selalu saja ke rumah Dian, itu sangat memalukan.
"Tidak apa Dian,baku akan melawan semampunya"
"Ya sudah aku saja yang menginap di rumahmu ya, aku tidak mau terjadi apa-apa padamu"
"Aku tidak akan apa-apa Dian, selama ini aku masih hidup kan kau bisa tenang"
"Iya, kau masih hidup tapi kau babak belur selalu saja kau datang ke sekolah dengan memar yang begitu banyak di wajahmu, di tanganmu atau di kakimu. Sebenarnya apa yang ibu tirimu itu lakukan apa kesalahan yang telah kau lakukan kenapa dia begitu tega melakukan itu padamu"
Dian sangat marah dengan kelakuan ibuku, tapi mau bagaimana lagi aku tidak bisa pergi kemana-mana, sedangkan yang aku miliki hanya mereka aku sudah mencari alamat mami Zeline kemana-mana tapi aku sama sekali tidak menemukannya.
Sepertinya ayahku sudah menyembunyikan semuanya, agar aku tidak pernah bisa menemukan di mana rumah mamih Zeline, karena aku pun sudah lupa di mana itu letaknya. Aku pernah menulis di sebuah buku tapi buku itu hilang.
Kalau saja aku bisa menemukan alamatnya aku akan pergi ke sana dia adalah satu-satunya sahabat mamaku. Dia pasti akan menerimaku, dia pasti akan menyayangiku seperti mamah menyayangiku juga.
"Ya sudah sekarang kau makan, ayo cepat makan kau harus banyak makan kau harus gemuk, lihat badanmu makin kurus kau itu cantik tapi nasibmu saja yang tidak"
"Iya aku makan sekarang, aku suka dengan badanku yang kurus ini"
"Sudahlah, kau ini selalu saja seperti itu, aku tidak suka dengan badan kurus mu. Harus sedikit berisi pokoknya setelah lulus dari sekolah kau harus cari pekerjaan dan jangan tinggal bersama ibumu itu ataupun nanti ayahmu menyuruhmu kuliah kau jangan tinggal bersama mereka lagi, aku khawatir dengan keadaanmu aku takut-takut jika kau nanti dibunuh oleh ibu tirimu itu. Sebenarnya kau bisa saja melaporkannya ke kantor polisi, dia bisa dipenjara"
"Iya, kita kan sebentar lagi lulus aku pasti akan keluar dari rumah itu, aku akan mencari pekerjaan dan hidup mandiri untuk sekarang mungkin aku harus bergantung dulu pada Ayah"
"Ya aku mengerti, tapi menurutku sekali-kali kau berbicara lagi lah pada ayahmu ya, jangan terus memendamnya sendiri"
"Akan aku coba nanti "
Aku segera membumbui bakso ku itu menambahkannya cuka, lada dan juga saos, rasanya hari ini aku ingin makan yang pedas-pedas. Kepalaku sedang pusing dan pikiranku sedang banyak aku memikirkan hukuman apa yang akan diberikan oleh ibu padaku nanti di rumah.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Baru saja aku membuka pintu rumah, kepalaku terkena lemparan gelas yang melayang dan mengenai dahi. Dahiku berdarah aku hanya bisa diam dan merasakan sakit dan juga darah yang menetes. Pulang sekolah langsung dihadiahi oleh gelas yang melayang.
"Apa yang kamu lakukan sampai-sampai adikmu ini dipanggil oleh guru dan aku harus pergi ke sekolah, kau ya bisanya membuat onar saja. Bisa tidak kau tidak membuat masalah. Kau itu hanya anak pembawa sial. Seharusnya aku melarang suamiku untuk mengambil mu, seharusnya kau tak ada disini, kau itu tak berhak ada disini "
"Aku tidak melakukan apa apa Bu, Pak Lucas hanya membantuku. Dimas mengambil uang jajanku makanya pak Lucas memanggil Dimas, apa lagi dia juga tak sopan pada pak Lucas "
"Memangnya kau tidak bisa membela adikmu, seharusnya kau bela dia kalau tidak beri saja uangnya itu pada Dimas, apa susahnya memberikan uang jajanmu itu kau juga tidak memerlukan uang jajan itu, kan ? Kau itu seharusnya tak usah dikasih uang jajan masih disekolahkan saja sudah Alhamdulillah "
Selalu saja seperti ini permasalahan uang jajan. Padahal aku dan juga Dimas diberi uang jajan yang sama, tapi, Dimas selalu saja kurang dan ibu selalu saja memberikan lebih pada Dimas.
Sedangkan aku, sama sekali tidak. Tapi Dimas selalu mengambil uangku. Apakah hidupku akan selalu seperti ini apakah begini rasanya hidup bersama ibu tiri ? Kukira Ibu tiri jahat itu hanya di dongeng-dongeng saja, tapi nyatanya dalam dunia nyata pun ada dan inilah kenyataannya.
"Maafkan aku, lain kali aku akan memberikan uangnya pada Dimas, aku tidak tahu kalau masalahnya akan sebesar ini, aku sungguh minta maaf "
"Bereskan gudang aku beri waktu 1 jam jika kau tidak mampu membereskan gudang itu dalam waktu 1 jam, aku tidak akan memberimu makan selama satu minggu "
Aku mengusap darahku yang mengucur ke arah mataku, pasti luka ini parah sekali, apalagi kepalaku sekarang pusing. Aku segera menganggukan kepala dan berjalan ke arah kamar ku dulu untuk ganti pakaian. Kamarku dekat dengan kamar Kak Chelsea kakak tertuaku yang sekarang sedang kuliah di Amerika.
Dia sama saja seperti ibu dan juga adiknya tidak menyukaiku dari awal, memangnya aku di sini salah ya. Memangnya aku ini penghalang untuk mereka padahal aku tak pernah tuh hasut ayah untuk jahat pada mereka.
"Non sini bibi obatin ya"
Aku tersenyum ke arah bi Ina yang selalu ada untukku, dia sudah aku anggap seperti ibuku sendiri, dia yang selalu merawat ku saat ibu memperlakukan aku dengan tidak baik.
Di saat aku sakit hanya bi Ina yang selalu merawat ku. Dia yang membantu setiap pekerjaan yang Ibu berikan dengan diam-diam.
Bi Ina membantuku duduk dan mengambil kotak P3K, dia langsung mengobati jidatku yang lumayan parah. Aku melihat luka itu dari pantulan kaya, menyedihkan sekali ya jadi aku.
"Kita ke rumah sakit saja ya non ini parah banget, bibi takut non nanti kenapa-napa "
"Nggak usah bi diobatin biasa saja, aku juga harus beresin dulu gudang Ibu kasih aku waktu 1 jam aku nggak mungkin nggak lakuin itu, kalau nggak aku nggak akan dikasih makan salama satu minggu, kalau gitu aku bisa mati dong bi. Apalagi bekal dari ayah juga hampir habis, kalau Ayah nggak pulang aku juga nggak akan punya bekal, karena ibu yang akan bagiin bekal itu dan yang pasti aku ga akan dikasih bi "
Bi Inah mengusap rambutku dengan sayang, lalu dengan cepat-cepat dia mengobati dahiku itu. Setelah selesai aku mengganti pakaianku dan bergegas pergi ke lantai bawah di mana gudang itu terletak.
Saat pintu dibuka ya ampun debunya sangat banyak dan barang-barangnya juga begitu banyak. Apakah ini tidak salah dalam waktu 1 jam aku harus bisa membereskan rumah ini maksudku gudang ini.
Gudang ini begitu luas dan barang-barangnya juga begitu banyak menumpuk, aku yang sudah pasrah masuk saja dan segera meneliti barang mana dulu yang harus aku bereskan, pandanganku tertuju pada sebuah rak buku.
Aku membereskan itu terlebih dahulu, membereskannya satu persatu dan menyusunya dengan rapi. lalu membersihkannya dari debu-debu yang menempel di sana.
Beralih pada barang-barang berat, aku juga membersihkan itu menyapu lantai, mengepel lantai, sesekali aku melihat jam, takut-takut aku melebihi waktu yang sudah Ibu tentukan tapi untungnya dalam waktu 1 jam kurang aku sudah menyelesaikan semuanya.
Dengan senang aku duduk senderan ke tembok dan menatap hasil kerjaku, aku tidak mau meninggalkan gudang ini sebelum Ibu mengeceknya. Karena aku trauma dengan apa yang pernah dilakukan oleh kakakku dan juga adiknya.
Saat ibu memberikan hukuman karena aku tidak sengaja menumpahkan makanan Dimas, dia menyuruhku untuk membereskan halaman depan. Aku berlari ke arah ibu dengan gembira karena aku sudah berhasil membersihkannya, tapi, saat kami berdua kembali kalian tahu halaman itu berantakan kembali daun-daun berserakan, sampah di mana-mana padahal sebelumnya tidak ada sampah sedikit pun.
Alhasil aku tidak dikasih makan satu hari oleh Ibu, perutku sangat perih dan melilit aku hanya bisa menangis menunggu ayah pulang, tapi ayah tak kunjung pulang juga. Dia terlalu sibuk dengan pekerjaannya.
Sampai tak terasa mataku mengantuk dan dengan perlahan juga aku menutup kedua bola mataku.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 287 Episodes
Comments
Yuliana Dewi in
kenap ibu kat
2023-03-18
1
Putri Minwa
💪💪💪
2023-03-05
0