Nyonya Salim, ibu Luna dan Dewi. Telah tinggal di rumah ini selama hampir tiga puluh lima tahun perkawinannya.
Suasana rumahnya yang selalu terasa menggembirakan dan cerah ceria. Namun, sejak Luna dan Juna tinggal di rumah itu, Nyonya Salim merasakan dunianya tersaput awan hitam.
Bukan, bukan dari Luna, putrinya. Ia mengenal anaknya dan akan selalu mencintainya. Nyonya Salim langsung menuduh Nina sebagai biang kenegatifan yang terjadi di rumahnya saat ini.
Sejak pertama kali Luna mengenalkan Juna kepada dirinya, Nyonya Salim sudah tidak suka. Menurutnya, Juna tidak cocok dengan Luna, putrinya. Juna terlalu santai dan tidak mempunyai ambisi dalam bekerja. Ia pun tidak terlihat gesit dan tidak berusaha menyenangkan mertua seperti Roni, suami Dewi, menantunya yang satu lagi.
Hingga saat ini, jangankan punya mobil, menyetir pun Juna tidak bisa. Nyonya Salim kebingungan, karena alasan trauma tentu sudah tidak masuk akal lagi. Laki laki itu harus bisa menyetir. Titik.
Pagi ini, lagi lagi ia tidak melihat Juna berangkat ke kantor.Sudah satu bulan lebih ia tak melihat kepergian menantunya saat berangkat bekerja.
Yang ia tahu, saat ia dan suaminya sedang berolahraga, Juna pasti pergi mengendap endapan keluar rumah. Begitu juga saat pulang, Juna akan pulang jauh lebih malam dari biasanya, sehingga mereka tidak lagi makan malam bersama.
Sangat tampak jelas, Juna menghindari mereka. Tetapi mengapa?
Nyonya Salim merasa Juna sangat tidak sopan. Ia hampir kehabisan kesabaran melihat ulah dan tingkah menantunya.
Ia menyesap tehnya, di atas cangkir yang terukir. Teh segar rasa leci itu hadiah dari Roni. Nyonya Salim bertanya tanya, kapankah Juna bisa mempunyai sedikit sifat baik dari Roni.
Wanita paruh baya itu sedang menikmati sore yang cerah di ruang keluarga. Memandangi anggrek yang mulai merekah di samping kolam ikan.
Di atas mejanya, sudah ada, rangkaian tagihan listrik, air, dan internet/telpon yang harus ia bayar.
Ia mengerutkan keningnya menatap kertas kertas tagihan itu.
Ia merasa, ia dan suaminya sudah cukup memberikan makan dan tempat tinggal untuk Luna dan Juna.
Namun, ia tak pernah mendengar sekali pun Juna menawari untuk membantu membayar tagihan rumah tangga. Yang mungkin telah ia gunakan, seperti tagihan listrik dan air, serta internet.
Belum lagi barang barang belanjaan bulanan yang semakin bertambah jumlahnya karena Juna selalu memasukkan semua belanjaannya pada keranjang belanja Nyonya Salin saat mereka berbelanja bersama dengan Luna. Saat ini Nyonya Salim sudah sangat gerah menghadapi menantunya tersebut.
Malam ini, ia akan meluruskannya dengan Juna. Ya, malam itu juga.
***
Rosa memeluk Roni sambil bergoyang mengikuti suara musik yang dimainkan DJ di salah satu klub malam.
Malam itu mereka menghadiri pesta ulang tahun salah satu teman Rosa. Mereka saling bersenda gurau dan menghabiskan malam di klub itu.
"Aku ingin mencari udara segar." Bisik Roni pada Rosa. Dan Rosa segera tersenyum sambil menarik lengan Roni untuk mengikutinya.
Mereka berjalan di antara teman dan orang orang yang sedang mencari kesenangan duniawi untuk melepaskan segala penat mereka. Baik dengan menikmati dentuman lagu yang dimainkan oleh DJ, atau bahkan hanya sekedar menikmati minuman di klub malam itu.
Rosa menuju ke ruang parkir.
"Aku pun ingin menghirup udara segar." Ucap Rosa sambil memgerlingkan matanya menggoda.
Lalu mereka tertawa bersama.
Roni membawa Rosa ke sebuah rumah makan pinggir jalan.
"Aku lapar." Ucap Roni.
"Aku ingin makan ikan bakar di sini, katanya enak." Imbuhnya.
Rosa hanya tersenyum dan mengikuti Roni.
Mereka memesan dua ikan bakar dan es jeruk.
"Aku sangat senang, bisa melihat sisi lain dari dirimu." Ucap Rosa masih menatap Roni karena terpesona.
"Sisi lain?"
"Kamu tidak melulu mengharuskan ke tempat yang mahal. Makan di pinggir jalan seperti ini, ternyata juga mau." Sahut Rosa menjawab keheranan Roni.
"Ya, ini dulu tempat langgananku dan Dewi." Ucapnya sambil tersenyum kecut.
Rosa menghela napas dan terdiam saat mendengar nama Dewi disebut. Ia sadar dan tahu, bahwa pria yang saat ini dekat dengannya adalah pria yang masih terikat perkawinan dengan wanita lain dan telah memiliki anak. Ia sadar telah melakukan kesalahan. Namun, pesona Roni terlalu sulit untuk ia tolak.
"Jadi, bagaimana jika Dewi mengetahui hubungan kita?" Rosa bertanya sambil menyuapkan makanan ke mulutnya.
"Ya, aku tidak tahu. Hubungan kami terasa hampa. Banyak sekali kekosongan, namun entahlah. Saat ini aku hanya ingin menikmati semua denganmu. Bersamamu! Menghabiskan waktu hanya denganmu." Roni menatap wajah Rosa, meyakinkan gadis itu.
Mereka menikmati makanan mereka dengan lahap. Lalu Roni mengantar Rosa pulang ke apartemennya.
"Kamu mau mampir?" Tanya Rosa sebelum turun dari mobil Roni.
Mereka turun dari mobil dan melangkah masuk ke lift apartemen.
Roni segera menautkan bibirnya pada Rosa, tepat saat pintu unitnya tertutup dan terkunci. Suasana ruangan apartemen yang temaram menambah suasana menjadi romantis.
Sepasang anak manusia yang haus akan cinta dan butuh pelampiasan. Ya batasan antara nafsu dan cinta itu sangat tipis.
Kemeja Rosa telah terbuka, dan Roni telah membuat tanda kecup di leher hingga dada gadis itu. Kemeja Rosa telah terlempar entah kemana, kini Rosa tak mau kalah, ia pun membuka kancing kemeja Roni dan membalas kecupan Roni tadi dengan hal sama.
Kini Roni sedang menindih Rosa di sofa sambil memainkan gunung kembar gadis itu. Suara suara raungan manja menggema dari mulut Rosa, yang membuat Roni semakin tertantang untuk berbuat lebih dan lebih.
Rok yang dikenakan Rosa pun kini telah terlepas dan Roni mulai menyusuri kaki jenjang Rosa dengan tangannya dan kecupan, Rosa menggeliat geli. Roni tersenyum dan terus melakukan permainannya.
Ia melepas penutup milik Rosa perlahan, membuat gadis itu hanya bisa memejamkan matanya dan membusung dadanya, seakan meminta lebih. Roni membenamkan kepalanya di antara paha gadis itu.
Mengaduk dan menjilat bagian itu yang merupakan titik lemah kebanyakan wanita. Rosa semakin menggila, ia menjambak rambut Roni dan menggeliat bagai cacing kepanasan.
Hanya melenguh dan menyebut nama Roni dengan keras saat ia mendapatkan puncaknya.
Rosa pun tak ingin kalah, ia membalasnya dengan menunggangi Roni. Ia bagai penunggang kuda yang siap berlomba. Ia mengayunkan pinggulnya naik turun, yang membuat Roni berteriak sambil meremasi gunung kembar Rosa.
Tak puas tempat yang sempit, akhirnya mereka melanjutkan pertempuran di atas tempat tidur di kamar Rosa. Mereka saling memadu kasih entah untuk berapa lama.
Setelah Roni dan Rosa saling mencapai puncak kenikmatan mereka tertidur sejenak.
Roni terbangun, dan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri sebentar, sebum meninggalkan apartemen Rosa dan pulang ke rumahnya.
Ia melihat jam dinding di ruang tengah rumahnya menunjukkan pukul dua dini hari. Ia masuk ke kamarnya dan melihat Dewi telah tidur dengan memunggunginya.
Ia berlalu masuk ke kamar mandi, lalu tak lama ia menuju tempat tidur untuk beristirahat.
Ia tak menyadarinya, bahwa Dewi masih terjaga, dan memperhatikan gerak gerik Roni selama itu tadi. Dewi hanya dapat menahan tangisnya dengan menggigit bibirnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments