Malam itu Rey dan Juna, bersama beberapa teman kantor bersiap siap untuk segera menuju sebuah klub malam. Mereka menunggu jam buka klub tersebut di kantor.
Juna ikut bersama Rey, bersama beberapa teman di mobilnya. Lalu beberapa teman lagi di mobil terpisah.
Mereka melangkahkan kaki memasuki pintu masuk klub malam di pusat kota Jakarta. Dentuman musik yang kencang langsung menerpa wajah Juna dan teman teman kantornya saat mereka masuk. Seolah menyambut kedatangan mereka dan para tamu yang lain untuk mencari hiburan.
Lampu dalam berbagai warna menyambar nyambar wajah mereka. Dan suara DJ menyemangati mereka untuk terus bergoyang.
Di sana, dalam keremangan, Juna melihat orang orang menikmati waktu. Ada yang mengangkat tangan ke atas sambil bergoyang mengikuti ke mana musik akan membawa mereka. Ada juga yang menghabiskan alkohol dalam gelasnya.
Juna dan Rey mengambil tempat yang sudah mereka pesan terlebih dahulu tadi. Sofa itu sudah tidak jelas lagi warnanya, tapi masih sangat nyaman untuk diduduki.
Rey memesan minuman tanpa alkohol untuk mereka semua. Lalu tak lama seorang wanita dengan memakai pakaian ketat yang minim datang mengantarkan pesanan mereka. Teman teman Juna mulai bersiul, menggoda dan berkomentar.
"Malam ini, kita merayakan hidup dan status barunya Juna, teman kita!!" Teriak Rey mencoba mengalahkan suara musik yang mendentam dengan kencang. Tangan kanannya menggenggam gelas untuk bersulang.
"Akhirnya, Juna terjun juga ke dunia yang selama ini aku hindari! Selamat memasuki klub para suami!" Rey mengangkat gelasnya tinggi tinggi sambil tertawa.
Juna tersenyum kecut. Ia berdiri menyambut gelas gelas minuman teman temannya yang telah terangkat untuknya.
Merayakan kehidupan dan tanggung jawab baru yang harus ia pikul. Meskipun sampai detik itu pun konsep kehidupan berkeluarga yang sampai sekarang visinya masih buram.
"Cheers..!!" Teriak mereka bersama sama
Tak lama, salah satu teman mereka memanggil salah seorang pelayan yang memiliki wajah cantik dan bertubuh seksi untuk duduk di sebelah Juna.
"Coba godain dia. Dia pengantin baru!" Ucapnya pada pelayan cantik itu.
Sang pelayan klub itu tersenyum, lalu duduk di sebelah Juna. Menempelkan tubuhnya ke pangkuan Juna. Yang membuat Juna langsung menggeser tubuh perempuan itu untuk duduk di sampingnya, bukan di pangkuannya.
Perempuan itu meraba raba wajah dan dada Juna, yang membuat teman temannya bersorak kegirangan.
Juna menepis tangan perempuan itu dengan sopan, tanpa membuatnya tersinggung. Ia lalu berdiri dan meninggalkan perempuan itu dan teman temannya.
Juna berjalan menjauhi keramaian dentuman musik di klub dengan menuju ke arah toilet. Duduk selama beberapa menit berdekatan dan dirayu oleh seorang perempuan cantik dan seksi membuat napasnya terasa sesak.
Sebenarnya, Juna ingin menghubungi Luna, untuk memastikan bahwa istrinya telah kembali pulang ke rumah dengan selamat.
Namun, karena suasana dan suara dalam klub sangat bising dan ribut, hal itu bisa menimbulkan kecurigaan pada Luna, istrinya.
Juna memang tidak berani mengaku pada Luna, jika dirinya saat ini tengah berada di klub malam bersama teman temannya. Ia tahu itu tidak jujur, tapi paling tidak, ini yang dinamakan white lie atau kebohongan putih.
Hal ini untuk kepentingan Luna dan kebaikannya juga. Agar istrinya itu tidak selalu curiga nantinya, jika Juna pulang malam.
Juna berjalan sambil mengetik beberapa baris pesan melalui whatsapp untuk Luna. Tepat saat itu ia menabrak seorang pria dan wanita yang berdiri di ujung toilet sedang berciuman.
Juna mengangkat wajahnya, hendak meminta maaf. Namun, saat melihat siapa yang ditabraknya, dia langsung tertegun. Juna menatap tajam ke arah pria yang ditabraknya tadi. Wajah di hadapannya sangat familier. Pemilik wajah itu pun memandangnya dengan tatapan kaget.
Juna memalingkan wajahnya, tanpa mengucapkan apa apa dan bergegas masuk ke toilet.
Ia memasukkan lagi ponselnya ke dalam saku celananya, tanpa mengirimkan pesan untuk sang istri.
Juna berdiri di dekat wastafel, menunggu. Ia tahu dan yakin bahwa pria yang tadi ditabraknya itu pasti akan menyusulnya.
Benar apa tebakan Juna. Sesosok pria perlente yang masih menggunakan jas dan dasi baru saja mendorong pintu toilet pria klub malam itu.
"Jadi, kamu sudah pulang dari bulan madu?" Tanya laki laki itu dengan suara berat. Wajahnya tampak khawatir.
"Sudah." Jawab Juna dingin.
"Siapa perempuan itu tadi? Itu bukan Dewi." Tanya Juna sambil menatap tajam ke arah sosok perlente itu.
Laki laki itu terdiam sesaat. Matanya terlihat mengembara, seolah kebingungan memilih jawaban yang tepat untuk Juna.
"Jawab Ron!" Suara Juna terdengar mendesak.
"Kamu tidak usah ikut campur! Ingat, kamu juga bukan malaikat. Malaikat tempatnya tidak di sini!" Jawab laki laki bernama Roni tadi sambil mengeluarkan tatapan penuh ancaman. Lalu ia buru buru keluar dari toilet umum itu meninggalkan Juna yang masih terdiam dan geram.
Juna menghembuskan napas berat. Ia berputar pura mencuci tangan saat seorang pria masuk menggunakan toilet.
Lalu ia pun berjalan ke luar dengan hati gamang.
Roni itu adalah suami Dewi, kakak perempuan Luna yang paling Luna sayangi. Juna sama sekali tak habis pikir dengan semua yang baru terjadi.
Ia barusan memergoki suami kakak iparnya berciuman dengan wanita lain di klub malam.
Ia mengira Roni dan Dewi adalah pasangan serasi yang sempurna. Bahkan Luna, menginginkan kehidupan perkawinan mereka berjalan harmonis seperti kehidupan rumah tangga kakaknya itu.
Nina mengusap wajahnya. Saat ini, Roni mengetahui keberadaannya juga. Mereka saling memegang ekor masing masing. Tiba tiba saja Juna ingin segera pulang dan menemui istrinya.
***
Luna pulang ke rumah. Keadaan rumah masih gelap gulita, lampu teras belum dinyalakan, itu artinya Juna juga belum kembali.
Ia memarkir mobilnya di teras, lalu membuka pintu rumah. Menyalakan lampu lampu supaya terang. Sejenak ia menghela napas dalam dalam menatap seisi rumahnya yang terlihat berantakan.
Tubuhnya terasa lelah. Luna berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya supaya terasa segar.
Setelah mandi, ia duduk di sofa. Luna memandang jam dinding dengan resah, perasaannya tak enak. Sudah tengah malam, tetapi Juna, suaminya belum juga pulang.
Ia mencoba menghubungi berkali kali, tetapi Nina tak mengangkat panggilannya. Luna memberikan pesan whatsapp, belum dibaca sama sekali oleh Juna.
Tadi, untuk pertama kalinya, Luna pulang ke rumahnya sendiri. Hari pertama langsung gambar tanpa kehadiran Juna. Ia pulang ke rumah yang kosong dan berantakan.
Dengan tubuh yang luar biasa lelahnya. Ia mulai membereskan sedikit demi sedikit barang yang berserakan di lantai. Hanya agar ia dapat sedikit melihat ubin putih di rumah mereka. Ya, terasa sangat melelahkan.
Luna mencoba untuk tidur. Dia berusaha meyakinkan dirinya sendiri. Juna sudah dewasa dan tidak ada hal buruk yang akan terjadi padanya. Namun, ia hanya dapat membolak-balik badannya di tempat tidur.
Matanya tak dapat terpejam, apalagi tertidur.
Dengan geram, ia mengubah posisi tubuhnya menjadi duduk bersandar sandaran tempat tidur. Lalu ia mengambil ponselnya.
Ia membuka whatsapp, mencari sebuah nama untuk mengajak berbicara.
"Semoga saja dia belum tidur malam ini." Gumam Luna pada dirinya sendiri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments