Rencana saat istri lembur

Saat jam makan siang, Luna akhirnya memutuskan untuk mengabari Juna bahwa dirinya akan lembur untuk menyelesaikan deadline proyek kantornya.

Ia mengambil ponsel yang ada di lacinya. Ponsel pintar Android keluaran tidak terlalu baru berwarna hitam itu dia pegang dan timbang timbang kembali. Ia memikirkan akan mengucapkan apa pada suaminya tentang lembur pada hari pertamanya usai pernikahan mereka.

Luna memencet panggilan pada nama Juna, ia menunggu sesaat. Pada dering keempat panggilan terjawab.

"Ya, Sayang, ada apa?" Tanya Juna.

"Iya, maaf aku tidak bisa menemani ke gerai iPhonenya nanti. Hari ini ternyata deadline pengumpulan proyek kantor yang sebelum aku cuti kemarin. Dan aku harus lembur untuk menyelesaikan dengan team di sini. Nggak tau sampai jam berapa selesainya." Ucap Luna dalam sekali tarikan napas.

Sejenak Juna terdiam untuk memahami semua ucapan istrinya barusan.

"Oh, oke. Tidak apa apa. Nanti kabari aku saja, ya? I love you!" Sahut Juna.

"Terima kasih. I love you too." Jawab Luna kemudian sambil menutup panggilannya.

Juna meletakkan ponselnya kembali ke meja kerjanya.

Luna baru saja menghubunginya mengabarkan bahwa ia akan lembur menyelesaikan proyek kerjanya hari ini.

Sejenak Juna termangu. Itu artinya agenda untuk melihat lihat dan membeli ponsel iPhone terbaru menjadi gagal hari ini.

Tampaknya mereka telah benar-benar menginjakkan kaki pada realita hidup saat keinginan tidak selamanya dapat terwujud dengan mudah.

"Istri tercinta, ya?" Goda Rey yang sedang asik menyantap makan siang di sebelahnya.

"Iya." Jawab Juna sambil menyeringai.

"Mau lembur katanya." Sambungnya kembali.

Rey dan Juna telah bersahabat sejak lama. Sejak pertama kali mereka bertemu di lobi perusahaan tempat mereka bekerja saat itu.

Waktu itu, dengan pertimbangan rasa solidaritas sebagai anak baru, mereka pun berkenalan dan bertukar pengalaman.

Ternyata mereka ditempatkan pada satu divisi yang sama, dan mereka terus bersahabat hingga saat ini.

Saat ini Rey telah naik jabatan menjadi supervisor Juna.

Awalnya, Juna merasa agak sedikit tak enak dan canggung, bahkan lebih ke arah iri. Dalam hati ia bertanya tanya, apa yang ada pada diri Ray yang tidak ada pada dirinya.

Secara kualitas pekerjaan, Juna merasa tidak tidak kalah dengan Rey. Untuk komitmen pekerja ia merasa tidak perlu diragukan lagi. Lalu apa?

Menjadi staf biasa. Terutama menjadi bawahan sahabat sendiri, terasa sangat berat dan menyakitkan.

Namun, pada akhirnya, Juna dapat mencoba menerima kenyataan itu dengan lebih santai. Lagi pula selama ini, sejak menjadi atasan, Rey sama sekali tidak berubah. Masih seperti dulu.

Mereka tetaplah teman yang masih saling mencela satu sama lain di waktu luang dan menonton berita kriminal bersama di saat makan siang.

"Jadi, bagaimana rasanya?" Tanya Rey lagi sambil terkekeh.

"Apa sih? Rasa apa?" Juna balik bertanya. Dia menyendokkan nasi yang telah dicampur soto ayam ke dalam mulutnya.

Beberapa orang perempuan cantik melewati meja tempat duduk mereka di kantin. Mata Rey mengikuti langkah mereka sambil bersiul kecil.

"Halah, kamu ini! Kamu pura pura ga tau saja. Itu loh, rasanya setelah menikah, gimana rasanya malam pertama, dan mempunyai istri?" Ucap Rey sambil menepuk nepuk bahu Juna.

Lagi lagi, Juna terdiam. Ia mengingat kembali malam pertamanya bersama Luna. Saat itu, semua terjadi secara alami dalam keheningan kamar hotel. Tidak ada musik klasik yang mengalun, tak ada lilin yang menambah romantisme mereka, tidak ada harum aromaterapi. Yang ada hanya mereka berdua dan kegelapan yang pekat.

Mereka saling mendekat satu sama lain, saling menyentuh dan berbagi rasa nikmat dicumbu. Juna dapat merasakan napas Luna yang teratur menerpa wajahnya. Lalu semua terjadi begitu saja. Perlahan tapi pasti. Seolah seperti dituntun menuju satu titik tuntas dalam puncak kenikmatan keduanya, dan diikat dengan senyuman.

"Malam pertama? SERU BANGET!! Aku tidak mengerti, Luna bisa tau tehnik dan gaya itu dari mana. Sekedar informasi buat kamu, ya... Malam pertamaku itu penuh kejutan. Cambuk, borgol, bulu bulu pink, lingerie super seksi, dan Stiletto hitam yang menggoda!" Seru Juna berbohong pada Rey.

Dia bercerita dengan penuh semangat langkah dengan segala macam bumbu bumbunya.

"Wow... Bro! Kamu adalah pria yang sangat beruntung sekali!" Puji Rey. Mata Rey melotot penuh minat mendengar semua cerita Juna.

"Yah... Begitulah." Juna mengangkat bahunya, seakan akan keberuntungan itu wajar menjadi miliknya.

"Ah, tapi pasti ada tidak enaknya nih. Kamu pasti dikekang sama istri." Ujar Rey sambil mencibirkan bibirnya.

Wajahnya yang gempal semakin terlihat semakin terlihat lebih lebar dengan posisi bibir seperti itu.

"Eits... Siapa bilang!" Juna langsung memotong tidak terima.

"Luna masih oke oke saja selama ini dengan semua keinginanku." Imbuhnya.

Sejauh ini, Luna tidak pernah melarang Juna ini dan itu. Dalam kehidupan perkawinan mereka yang memang baru saja dimulai, Juna tidak merasakan adanya perubahan secara drastis. Kehidupan mereka masih terasa seperti saat pacaran dulu. Cuma, bedanya, sekarang mereka sudah bisa tidur sekamar dan melakukan perbuatan itu dengan sah dan halal.

"Hmmm... Kalau begitu, kamu berani tidak nanti malam ikut clubbing bareng aku." Tantang Rey sambil tersenyum penuh arti.

Juna sedikit tersentak terkejut. Ia meneguk es teh manis yang sudah hampir habis di hadapannya.

Ini hari pertama mereka tidur di rumah sendiri sebagai suami istri.

Masa pada saat pertama ini, Juna sudah mengecewakan istrinya dengan pulang terlambat dan membiarkan istri tercinta sendirian di rumah itu. Pikiran Juna bergelombang dan berputar putar mengitari kepalanya.

"Ah, tapi kan, malam ini Luna juga lembur." Ucap Juna dalam hati.

"Dih, kamu pasti takut, kan?!" Ujar Rey kembali mengejeknya dan terkekeh sambil menyeringai.

"Bukan gitu, Bro! Kasihan istriku, jika ia sendirian di rumah!" Elak Juna berusaha berkelit.

"Lah, tadi kamu bilang, istrimu lembur malam ini. Terus ngapain juga kamu pulang ke rumah sendirian, jika cuma buat bengong bengong sambil ngelihatim kulkas? Mendingan, ikut aku saja. Ikut aku bersenang senang, deh! Kita rayakan kedatangan kamu kembali! Oke?!" Buku Rey sambil menepuk belum pindah Juna, seolah oleh telah mendapatkan persetujuan.

Juna berdehem berusaha melancarkan tenggorokannya yang tiba tiba saja tercekat. Juna merasa pernikahan ini memang seharusnya tidak mengubah apa pun.

Mereka tetap individu yang sama dengan yang dulu. Dan, kalau dulu Luna tidak pernah keberatan saat Juna ingin keluar bersenang-senang bersama teman temannya.

Sekarang, pasti sang istri tidak akan ada masalah dan. Tidak mempermasalahkan hal itu.

"Oke. Baiklah, aku ikut!" Akhirnya Juna mengangguk dengan mantap, menerima tantangan dari Rey.

Rey menyeringai menatap Juna seketika saat Juna menerima tantangannya untuk ikut ke klub hiburan nanti malam.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!