Bryan mulai mendengus kesal saat melihat Raees memberikan bir itu pada Naina yang dituangkan olehnya. Matanya terus terfokus pada perubahan raut wajah Naina.
Terlihat jelas Naina meminumnya dengan sangat rakus, mungkin ia kehausan karena lelah menari di atas panggung, Naina menyodorkan gelasnya kembali pada Raees, ia meminta tambah lagi.
"Naina, kau itu gadis yang sangat menyebalkan, sejak pertemuan pertama kita kau selalu merepotkan aku, kau selalu mudah membuatku kesal, tapi kau juga mampu membuatku selalu mengkhawatirkan kamu berlebihan seperti ini."
"Aku tidak pernah memintamu untuk mengkhawatirkan aku."
"Hatiku yang selalu mengkhawatirkan kamu."
"Bryan jangan berlaku seperti ini, kamu sudah memiliki kekasih, jangan seolah-olah kamu laki-laki lajang yang sedang merayuku."
"Aku memang sedang merayu gadis India saat ini."
"Naina, aku sudah jatuh cinta padamu, jadilah kekasihku."
"Kamu gila?"
"Tidak, aku masih waras."
"Bryan sadarlah, kamu sudah punya Elvia."
"Tapi aku mencintaimu Nai, aku ingin kamu menjadi milikku."
"Tidak Bryan, aku tidak bisa menjadi kekasih laki-laki milik wanita lain."
"Berjanjilah dulu padaku."
"Apa?"
"Kamu tidak akan menjalin hubungan lebih dari sebatas pertemanan dengan laki-laki lain, kecuali aku."
"Itu tidak mungkin Bryan."
"Mungkin Nai, jangan bohongi perasaanmu sendiri. Kamu sudah jatuh cinta padaku bukan? Ayo katakan sekarang kalau kamu mencintaiku."
Tok-tok-tok
Naina kembali teringat dengan obrolannya dengan Bryan waktu di ruangan kerjanya. Ia merasa bodoh dengan perasaannya sendiri yang bisa mencintai laki-laki milik wanita lain. Lebih gila lagi Bryan, ia dengan mudahnya meminta Naina untuk menjadi kekasih simpanannya.
Cinta memang buta, karena ketika cinta datang akal akan tertutup. Mata terbuka tapi tidak pernah bisa melihat dan membedakan mana yang baik dan tidak baik, segalanya terbuai dengan cinta, bahkan dunia seakan sirna, malam tidak terasa dan roda waktu pun ikut berputar tanpa terasa.
Cinta itu buta, karena cinta bisa membuat orang buta akan segalanya hanya demi rasa cinta terhadap seseorang.
Raees kembali menuangkan bir pada gelas Naina, ia pun ikut meminumnya.
Bryan sudah tak kuasa menahan emosinya saat melihat Naina yang entah sadar atau tidak merebahkan kepalanya di atas pundak Raees. Ia berdiri dan berjalan cepat menghampiri Naina.
"Naina, ayo aku antarkan kamu pulang ke rumah Ayahmu!"
"Kau ada disini juga?"
"Kenapa? Tidak suka? Tempat ini bukan milik anda juga kan yang bisa melarang saya untuk datang ke sini kapanpun yang saya inginkan."
"Ya anda benar sekali, Naina mau dibawa kemana?"
"Bukan urusanmu."
"Jelas itu urusan saya, karena Naina sedang bersama saya malam ini."
Bryan menepis tangan Raees yang memegangi punggung tangan Naina, ia menarik lengan Naina dan membangunkannya.
"Kamu tidak takut dengan peringatan aku ya!" cetus Bryan kesal pada Naina yang tidak mengindahkan perintahnya.
"Hubungan terlarang macam apa ini? Tunanganmu sedang menunggu di bar, kau malah sibuk mengurusi wanita lain." ketus Raees memangku tangan.
Bryan tidak menghiraukan perkataan Raees, ia fokus pada Naina. Ia menghubungi seseorang dan memberikan perintah untuk menyiapkan mobil di lobby.
Naina sudah tidak sadar dengan dunianya, ia sudah berada di bawah alam sadar efek minuman yang diberikan oleh Raees.
Bryan menggendong Naina dan membawanya menuju ke lobby bar. Sudah ada mobil yang terparkir dan di dalamnya sudah ada Elvia dan Mike.
"Sayang, itu siapa? Kenapa kamu bawa dia ke sini?" tanya Elvia heran sekaligus kesal melihat Bryan menggendong wanita lain di depan matanya.
"Dia Naina, Raees yang membuatnya mabuk. Sayang kita harus bantu Naina pergi dari sini, karena tempat ini tidak aman untuk dia." jawab Bryan menjelaskan.
Bryan mendudukkan tubuh Naina di bangku penumpang tepat bersebelahan dengan Elvia, lalu ia menutup pintu dan menyuruh Mike untuk menunggu sebentar karena Bryan harus menemui William yang berdiri di belakangnya.
"Dimana tas Naina dan barang-barang bawaannya?" tanya Bryan menatap tajam ke arah William.
"Sedang diambilkan oleh rekanku, tuan. Maaf tuan atas ketidaknyamanan yang anda alami malam ini." ucap William membungkukkan setengah badannya.
"Saya tidak suka dengan tamu yang bernama Raees, dia yang menyuruh Naina mabuk hingga tidak sadar seperti tadi, Naina di sini hanya menari bukan?" kata Bryan angkuh.
William tidak berani menjawab dengan kata-kata lain selain kata maaf berulang kali, ia merasa akan ada sesuatu hal buruk terjadi dengan bar tempatnya bekerja karena seseorang telah mengetahui keberadaan usaha hitam tersembunyi di gedung yang ia pijak.
"Heh, kau dengar baik-baik ya, aku akan mengusut tuntas tentang clubbing di lantai 3 dan aku akan mengungkapkan siapa pemilik bar yang selama ini bersembunyi dibalik uang hitamnya." ancam Bryan membuat keringat dingin bercucuran dari dahi William.
Rekan William datang menghampiri Bryan dan memberikan barang kepemilikan Naina, Bryan menerimanya dan masuk ke dalam mobil.
"Sayang, ini tas sama barang bawaan Naina, tolong kamu simpan di belakang ya." ujar Bryan seraya menyerahkannya pada Elvia.
"Oke."
"Kok dilepas sweaternya? Nanti masuk angin loh, malam ini cuaca lebih dingin daripada kemarin." tanya Bryan saat melihat ke arah Elvia yang tidak mengenakan sweater lagi.
"Sweaternya aku pakaikan pada Naina, karena pakaian dia terlalu terbuka dan tubuhnya sangat dingin." jawab Elvia.
Bryan menolehkan kepalanya ke bangku belakang, ternyata benar, Naina mengenakan sweater Elvia dan tengah pulas tertidur.
"Jalan sekarang Bos?" tanya Mike menunggu aba-aba dari Bryan.
Bryan mengangguk dan kembali duduk mengarah ke depan, lalu ia memijat pelipisnya secara perlahan, dalam hati dan pikirannya ia sangat mengkhawatirkan Naina yang sudah menjadi bagian dari X One Bar.
"Sayang kenapa?" tanya Elvia memajukan tubuhnya untuk melihat Bryan secara jelas.
Bryan menolehkan kepalanya ke belakang dan melihat wajah Elvia yang mengkhawatirkannya.
"Aku tidak apa-apa, istirahatlah karena perjalanan menuju rumahku masih lumayan jauh." jawab Bryan mengelak pertanyaan dari Elvia lebih banyak lagi.
"Bukan itu jawabannya sayang, jawab jujur. Apa kamu mengkhawatirkan kondisi Naina?" tanya Elvia kembali.
"Naina tidak aman bekerja di sana El, di lantai 3 ada clubbing yang sembarangan orang tidak bisa masuk, penjagaannya sangat ketat dan di sana adalah gudangnya usaha ilegal, banyak minuman ilegal dan sekilas aku melihat ada pengedar obat-obatan terlarang di sana." akhirnya Bryan mengungkapkan rasa khawatirnya.
Elvia mencoba mencerna perkataan Bryan dengan baik agar otaknya menangkap dengan tepat.
"Oh jadi kamu sengaja ajak aku ke sini karena mau melihat Naina show time di lantai 3? Kamu suruh aku nunggu di bar lantai 1, terus kamu menemukan dia sudah tidak sadar seperti ini karena Raees yang membuatnya mabuk? Lalu baru kamu cerita sama aku?" tanya Elvia menjabarkan hasil dari perkataan Bryan.
"Bukan seperti itu, tadi aku iseng karena penasaran lihat seseorang yang melewati lorong tersembunyi, aku mengikuti seseorang itu menaiki lift juga yang tersembunyi lalu berhenti di lantai 3 dan ikut turun bersama seseorang itu, aku masuk ke dalam dan melihat Naina sedang menari, tadinya aku ingin menyapa Naina tapi aku urungkan karena melihat Raees lebih dulu menghampiri Naina." jawab Bryan berbohong agar Elvia tidak curiga.
"Oh maaf sayang, tadi aku sempat berpikir yang tidak-tidak tentang kalian. Terus bagaimana rencana kamu untuk melindungi Naina?" kata Elvia merasa tidak enak dengan pikirannya yang salah paham.
"Bagaimana kalau Naina kita ajak ke Inggris, setidaknya besok malam Naina tidak berada dalam bahaya." Bryan memberi ide.
Elvia mengerutkan kedua alisnya, ia merasa Bryan terlalu berlebihan memberikan perhatiannya pada Naina, ia tidak nyaman bila Naina terlalu berlama-lama menghantui pikiran Bryan.
"Sayang sebenarnya aku merasakan hal yang sama sih dengan yang kamu pikirkan soal Raees pada Naina, aku juga merasa sepertinya Raees memiliki niat yang lain pada Naina, tapi aku yakin Raees tidak akan berani macam-macam pada Naina karena masih memiliki kerja sama dengan kamu, jadi kamu tidak perlu mengkhawatirkan Naina berlebihan seperti ini, okay!" kata Elvia menolak ide dari Bryan.
Bryan kembali menatap ke depan, hatinya kecewa saat mendengar jawaban dari Elvia yang menolaknya, ia berusaha memejamkan matanya mengusir gundah gulana yang menyerang pikirannya.
"Bos tujuan kita kemana?" tanya Mike hati-hati saat melihat Elvia menunjukkan ketidaksukaan atas ide Bryan.
"Ke rumah saja, biarkan Naina tidur di kamar tamu, karena tidak mungkin kalau dia harus pulang ke rumahnya dalam keadaan seperti ini." jawab Bryan tanpa membuka mata.
"No! Antarkan dia pulang ke rumahnya, Mike dengarkan omonganku." tegas Elvia.
"Sayang, apa kata orang tuanya bila melihat Naina pulang dalam keadaan seperti ini?" kata Bryan meminta pengertian dari Elvia.
"Biarkan saja!" cetus Elvia seraya memangku tangan dan membuang pandangannya dari Bryan.
Bryan tidak melanjutkan perdebatannya, ia memilih diam dan pasrah saja bila beradu argument dengan Elvia, si wanita pantang menyerah.
Mobil melaju memecah belah jalanan kota di malam hari, masih banyak para pengguna jalan yang berlalu lalang menikmati angin malam yang menyejukkan jiwa.
Mike memarkirkan mobilnya di pekarangan rumah Naina setelah penjaga gerbang mempersilahkannya untuk masuk. Bryan turun lebih dulu karena berniat akan menggendong Naina yang masih belum sadar.
"Kamu mau apa?" tanya Elvia panik saat melihat Bryan membuka pintu penumpang mobil dan hendak menyentuh Naina.
"Mau bawa masuk Naina ke rumahnya." jawab Bryan polos.
Elvia ikut turun dari mobil, dan membukakan pintu untuk Mike agar segera turun.
"Hei, turunlah, bawa Naina masuk ke dalam rumahnya!" titah Elvia membuat Bryan kesal dan melotot melihat Mike yang juga melihat ke arahnya.
"Tapi nona.."
"Sekarang!"
Mike tidak berani membantah, ia memilih cepat turun dan bergegas menggendong Naina sesuai dengan perintah Elvia, tapi Bryan malah menatapnya dengan tatapan penuh ancaman.
Melihat tatapan tajam dari dua sisi yang berbeda, akhirnya Mike memutuskan untuk menggendong Naina dan mengantarkannya masuk ke dalam rumah.
Bryan berjalan lebih dulu untuk memencet bel, tidak lama penjaga membukakan pintu. Bryan bernapas lega saat melihat keadaan di lantai satu rumah Naina sepi, Bryan memerintahkan Mike untuk merebahkan tubuh Naina di atas sofa.
Elvia kembali duduk di dalam mobil dan menutup pintu, ia memilih menunggu sambil merebahkan kepalanya pada sandaran jok, Mike berjalan ke arah mobil saat Bos memerintahnya untuk pergi cepat meninggalkan mereka berdua.
"Hei bangun." bisik Bryan berusaha membangunkan Naina.
Sayup-sayup Naina mendengar seseorang memanggilnya, ia mencoba membuka mata perlahan untuk melihat siapa yang berbisik di telinganya.
"Kamu.."
Ucapan Naina terputus karena Bryan langsung membungkam mulutnya dengan mulut Bryan.
*Skip*
"Gadis nakal, aku akan menghukum mu setelah pulang dari Inggris." ancam Bryan dengan tatapan binalnya.
"Salah apa aku?" tanya Naina heran.
"Pertama kamu tetap jadi datang ke bar, kedua kamu minum hingga mabuk lagi dan ketiga kamu dekat-dekat dengan Raees." jawab Bryan sambil menghitung kesalahan Naina.
Bryan berdiri dari duduknya karena teringat ada Elvia yang menunggunya di mobil.
"Aku harus pergi, kita akan bertemu lagi hari Rabu, ingat besok jangan pergi kemana-mana." ujar Bryan dan berlalu pergi meninggalkan Naina yang masih berusaha mengumpulkan kesadarannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 174 Episodes
Comments
Ida Lailamajenun
gk sehat nih Bryan laki" serakah.lama" si nai bisa Hamidun nih Krn Bryan klu liat gelagatnya bgn..
2022-06-29
0
Elina💞
kasihan tunangan nyah😢
2021-12-11
0
Fatma ismail
ah..Bryan gak Like
2021-08-18
0