Naina dan Alice sudah tiba di depan pintu ruang meeting, tiba-tiba saja jantung Naina serasa ingin copot dan keringat dingin membasahi kedua telapak tangannya, Alice membuka pintu dan terlihat sudah ada tiga orang yang berada di ruangan tesebut, dua orang laki-laki dan satu orang perempuan.
Alice setengah menarik tangan Bosnya agar segera masuk, semua mata memandang ke arah Naina, ntah karena wajah groginya yang menonjol atau karena penampilannya yang cantik dengan menggunakan rok kuning dipadukan dengan kemeja hitam.
"Selamat pagi." ucap Naina menyapa semua yang sedang memandangnya tanpa berkedip.
Karena gugup Naina tersandung dan pahanya mengenainya sudut meja, Naina mengaduh kesakitan karena pahanya lecet dan sedikit berdarah.
Bryan refleks mengambil tisu yang berada di atas meja dan mengusap darah pada paha Naina. Elvia melongo melihat tingkah Bryan pada gadis lain yang begitu perhatian.
"Sayang maaf aku hanya membantunya." ucap Bryan kembali duduk dengan wajah berkeringat.
"Oh jadi gadis itu tunangan tunangannya, aduh kenapa Bryan sok perhatian segala sih di depan tunangannya ntar malah mikir yang tidak-tidak lagi tentang aku." kesal Naina dalam hati.
"Tidak apa-apa sayang, kamu memang sangat perhatian orangnya, jadi aku maklum." kata Elvia menggeleng tipis sembari memegangi tangan Bryan yang berada di atas pahanya.
"Sayang kenalin dia manager baru yang gantiin posisinya Ricardo." kata Bryan memperkenalkan Naina pada tunangannya.
"Hi aku Elvia." ujar Elvia mengulurkan tangannya ke hadapan Naina.
"Saya Naina, senang bisa bertemu dengan Ibu." ucap Naina seraya menerima uluran tangan Elvia yang begitu halus dan lembut.
"Panggil aku Elvia saja, biar enak ngobrolnya." kata Elvia menolak untuk dipanggil lebih oleh Naina.
Mereka saling berkenalan dan mengobrol, Elvia menjelaskan pada Naina bahwa kedatangannya kemari diajak Bryan yang akan merekomendasikan dirinya sebagai Brand Ambassador iklan rokok antara dua perusahaan yang bekerja sama.
Tidak lama CEO ITC datang bersama asisten dan sekretarisnya, semua yang berada di dalam ruang meeting menyambutnya hangat masih dengan rasa hormat.
"Selamat pagi Bapak Raees Al Faruq yang terhormat, selamat datang di BMT Group." sapa Bryan mengulurkan tangannya pada Raees.
Semua bersalaman dengan Raees dan kedua orang yang berada di sampingnya sebagai salam perkanalan. Naina menjadi orang terakhir yang berjabatan tangan dengan Raees.
"Salam Pak." ucap Naina ramah tapi Raees tidak melepaskan tangan Naina dari genggamannya.
"Naina Anaclara." ucap Raees dengan nada yang tak biasa membuat Naina bergidik ngeri.
Bryan menatap Raees dengan tatapan kilat, melihat cara Raees memandang wajah Naina dan tangannya yang tidak melepaskan tangan Naina membuat Byran berdeham.
"Maaf ya Pak Bryan, saya terpesona dengan kecantikan rekan anda." ujar Raees seraya melepaskan tangan Naina dari genggamannya dan duduk di bangku yang telah disediakan.
"Ternyata dia mengenali aku, padahal aku tidak pernah melihat dia di kantor sewaktu aku bekerja di ITC selama 3 tahun." batin Naina heran.
"Mari kita mulai meeting kita dari produk BMT Group dulu." saran Raess pada Bryan yang masih menatap tajam ke arahnya, ia menyeringai saat matanya melirik wajah Naina.
"Nona Naina silahkan maju." kata Mike mempersilahkan Naina untuk memulai presentasinya.
Naina menyeka keringat yang mengalir dari dahinya, ia berdiri sambil berdoa semoga pembicarannya di depan nanti bisa di terima oleh Raees dan meeting bisa cepat selesai.
Setiap langkah kaki Naina diperhatikan oleh Raees dan tidak luput dari pandangannya. Hingga Naina tiba di depan layar proyektor matanya tidak lepas dari wajah cantik yang di miliki Naina.
Presentasi Naina sudah selesai, dengan bersusah payah ia berbicara akhirnya selesai juga, semua memberikan tepuk tangan untuk Naina atas hasil presentasinya yang memuaskan dan membuat Bryan bangga padanya.
"*T*idak sia-sia dari kemarin aku mengerjakan tugas ini hingga larut malam demi memuaskan Bosku yang menyebalkan." gumam naina dalam hati.
Naina kembali duduk di bangkunya, kini giliran Raees yang maju ke depan untuk mempresentasikan materinya, semua mata memandang ke layar proyektor, menatap kagum dengan rencana Raees yang sedemikian rupa disusun dengan rapih.
Setelah Raees selesai dengan presentasinya, ia kembali duduk dan kini giliran Bryan yang maju dan mengakhiri presentasi di pertemuan kali ini. Bryan mulai merekomendasikan Elvia sebagai Brand Ambassador rokok yang akan rilis.
"Saya memilih Elvia Caroline yang akan menjadi BA rokok ini, dan model laki-lakinya lebih cocok kita memilih artis yang sedang naik daun, Chris Hemsworth" ujar Bryan.
"Pak Bryan kita butuh 3 model untuk iklan rokok ini, dua model wanita dan satunya model pria." cela Raees ketus.
"Oh baiklah! Bagaimana dengan Elvia?" tanya Bryan.
"Elvia Caroline dan Chris Hemsworth, oke." jawab Raees dengan nada tenang.
"Ini daftar model-model terkenal dan berkualitas, silahkan pilih satu lagi dari daftar ini." ujar Bryan memberikan Raees album tebal yang memuat daftar-daftar model dan artis.
"Saya tidak butuh ini, modelnya ada di hadapan saya." kata Raees menggeser album tersebut untuk dikembalikan pada Bryan.
"Naina Anaclara, saya ingin dia menjadi BA rokok baru dari hasil kerja sama kita." sambung Raees kembali dengan nada penuh penekanan.
Naina mengerutkan alis dan menujuk dirinya sendiri menggunakan jari telunjuk. Ia tidak menyangka Raees akan semudah itu memilihnya untuk menjadi model iklan tanpa diseleksi dahulu.
"Pak Raees saya tidak setuju, Naina bukan model dan dia tidak memiliki pengalaman dalam bidang keartisan. Apa kata penonton nanti saat melihat iklannya dibintangi oleh seseorang yang bukan siapa-siapa." kata Bryan tanpa sadar melukai hati Naina.
Bryan menunjukkan ketidaksukaannya dengan putusan Raees yang seolah-olah sedang mengincar sesuatu dari Naina, dan ia tidak akan membiarkan itu terjadi.
Tapi Naina terlanjur salah paham dengan ketidaksukaan Bryan pada dirinya, ia merasa seperti sangat rendah di mata Bryan. Naina menundukkan kepalanya tidak ingin menatap siapapun.
"Naina memiliki kharismatik yang tinggi dan saya suka dengan semua yang ia miliki, India harusnya bangga memiliki penari sehebat Naina, tapi sayang dirinya tidak dilirik sama sekali, saya ingin menunjukkan pada dunia tentang bakat yang Naina miliki walaupun dia sudah meninggalkan India demi tinggal di Spanyol dan bekerja di sini. Saya tetap menginginkan Naina menjadi model rokok ini, jika anda tidak setuju silahkan batalkan kerjasama kita!" kata Raees dengan nada ketidaksetujuan atas penolakan Bryan.
Raees sudah bediri untuk meninggalkan ruangan meeting, tapi Bryan mencegahnya dan mengalah untuk mempersetujui keinginan Raees yang ingin menjadikan Naina sebagai model iklan.
"Baiklah saya setuju Naina menjadi model rokok ini." ucap Bryan mengangkat bahu dengan sikap terserah.
Semua menjadi penonton saat menyaksikan kedua CEO hebat berselisih tentang hal siapa yang akan menjadi model rokok terbaru dari hasil kerjasama dua perusahaan rokok ternama.
Setelah meeting dianggap selesai Naina bergegas membereskan berkas-berkas yang ia bawa dari ruangannya tadi, ia berlalu dengan terburu-buru agar bisa keluar dari ruangan lebih dulu. Naina sengaja ingin menghindari pertemuan dengan Bryan.
Alice memanggil nama Bosnya berulang kali untuk mengajaknya makan siang bersama tapi Naina tidak menoleh sama sekali.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 174 Episodes
Comments
Musniwati Elikibasmahulette
apakah naira jd pelakor
2021-06-01
1
Miya Wibowo
anjuutt thoorrr
2021-05-29
0
Videaningrum
paham ntar yg jadi orang ketiga antara bryan dan Elvia adalah naina...kasihan elvia
2021-05-20
1