"Sudah selesai belum bicaranya?" tanya Naina karena sudah tidak sanggup lagi menahan hatinya yang sakit.
"Aku mau ucapin terima kasih karena sudah mau melewati hari-hari kamu selama 3 tahun bersamaku, kamu adalah wanita terbaik yang pernah singgah di hatiku, kamu juga pasti akan mendapatkan jodoh yang baik, Nai," ujar Samar seraya mengusap air mata yang sudah membasahi wajahnya.
"Hm, semoga. Ayo aku antar kamu ke bandara lagi," ujar Naina masih berbaik hati.
"Aku naik taxi saja Nai." Samar menolak tawaran Naina secara halus.
"Oh ya sudah, aku pamit ya," ucap Naina pamit dan meninggalkan resto yang berada di mall.
Samar meraih tangan Naina agar berhenti melangkah membuat Naina hilang keseimbangan tubuhnya dan terjatuh di dalam pelukan Samar. Mata mereka saling bertatapan dan seketika Naina kembali membenarkan posisinya.
"Ada apa lagi?" tanya Naina.
"Kok kamu tidak memaksa aku supaya mau mengikuti perkataan kamu, seperti biasanya?" tanya Samar penasaran dengan sikap Naina yang langsung berubah padanya setelah kata putus dilontarkan.
"Oh jadi pengen banget dipaksa, ya sudah ayo aku paksa kamu supaya mau ikuti perkataanku!" kata Naina sambil menarik tangan Samar agar segera berjalan keluar dari resto.
Selama berjalan bersebelahan dengan Naina, tatapan Samar tidak luput dari wajah Naina, ia melihat Naina begitu kuat menahan isak tangisnya, Naina mampu terdiam demi menutupi kesedihannya. Samar tahu betul perasaan Naina saat ini pasti rapuh lebih rapuh dari dirinya karena mereka resmi berpisah dan tidak akan jadi menikah, Samar tahu betul sebesar besar Naina mencintainya dan takut kehilangan dirinya.
Pandangan Naina lurus ke depan tanpa mau melirik ke arah mana pun. Saat sudah berada di lobby, Samar menahan tangan Naina agar berhenti.
"Biar aku yang nyetir ya!" ucap Samar sambil menengadahkan tangannya meminta kunci mobil milik Naina, lalu Naina memberikan kunci mobil pada Samar dan ia masuk terlebih dahulu.
Naina masih belum membuka suara.
"Nai, setelah ini jangan menjauh dari aku ya, aku harap kamu masih mau berteman denganku," ucap Samar berusaha mengambil tangan Naina dan menggenggamnya dengan erat.
"Ini bukan keputusan aku Nai, aku sudah menentang dan melawan kemauan mereka, tapi ucapan kamu waktu itu masih terngiang-ngiang di telingaku saat aku mau melawan keinginan Ibuku," kata Samar yang belum menyerah sampai Naina bicara padanya.1
"Keputusan yang kamu ambil sudah benar, sudah seharusnya kita berpisah karena dari awal Ibumu tidak pernah memberi restunya pada kita. Jangan bersedih dengan keadaan ini, terima saja wanita pilihan dari orangtuamu." akhirnya Naina angkat bicara walau dengan hati yang berat, ia harus mengucapkan semuanya pada Samar agar bisa sama-sama ikhlas berpisah.
Samar menghentikan mobilnya tepat di lobby terminal keberangkatan. Ia memeluk Naina dengan sangat erat, rasanya seperti sulit untuk berpisah tapi semua tentang kehidupannya sudah diatur oleh Ibu dan Ayahnya, Samar hanya bisa pasrah dengan roda kehidupannya yang terus berputar.
"Sana pergi, nanti kamu ketinggalan pesawat," ucap Naina masih berusaha untuk tetap terlihat tegar.
"Kamu jaga diri baik-baik, jangan sampai salah pergaulan dan jangan pernah lupakan aku." tutur Samar kemudian mencium kening Naina.
"Kamu juga, hati-hati di jalan dan sampaikan salamku untuk calon istrimu," kata Naina melambaikan tangan dan cukup sedih saat melihat punggung Samar sudah mulai menjauh.
Naina pindah ke bangku kemudi dan melajukan kendaraannya, selama perjalanan Naina tetap berpikir positif bahwa semua yang terjadi pada kehidupannya sudah takdir yang maha kuasa. Naina mencoba menyemangati dirinya sendiri agar tidak menangis, karena baginya air mata adalah tanda kelemahan, selama ini cukup ia dianggap lemah karena tidak berani berontak, tapi kali ini motto hidupnya "Naina sudah bukan seseorang yang lemah lagi."
Mobil berhenti di pinggir jalan, Naina tidak mungkin pulang ke rumah dalam keadaan kacau seperti ini, ia memilih berhenti untuk berpikir kemana dirinya akan pergi. Setelah mencari ide melalui ponselnya, Naina kembali melajukan mobilnya ke suatu tempat.
Naina memarkirkan mobilnya di lantai basement, lalu ia turun dengan membawa tas kecil miliknya.
"Sepertinya tempat ini cocok untuk melupakan semua tentang Samar hanya untuk malam ini," ucap Naina bicara sendiri, kemudian ia menekan tombol lift untuk naik ke lantai atas.
"Wow tempat yang sangat elite++, sepertinya aku harus sering-sering ke sini agar mudah melupakan Samar," ucap Naina saat pertama kali menginjakkan kaki masuk ke dalam X One Bar.
X One Bar tempat orang-orang elite mencari hiburan di malam hari, melepaskan masalah dan beban hidup mereka dengan minum, menyanyi dan menari.
Naina menghampiri wanita yang berada di atas panggung, ia membisikkan sesuatu pada wanita itu, lalu Naina masuk ke sebuah ruangan para penari berada.
"Malam ini kita akan menari bersama," ucap Naina pada team dancer.
Selama satu jam penuh Naina latihan koreografi bersama team dancer di ruangan khusus GR, atas keinginannya sendiri Naina ikut menari tanpa bayaran karena menari adalah hobby Naina.
Tepat pukul 22.00 team dancer akan memulai show-nya di atas panggung, mereka semua berbaris sesuai urutannya, Naina kebagian baris di paling tengah karena tinggi badannya lebih tinggi dibandingkan teamnya yang lain. Saat semuanya sudah siap, lampu warna-warni mulai menyorot ke arah panggung, para pengunjung dapat melihat lebih jelas wajah-wajah dancer satu persatu.
Naina menari dengan lincahnya seperti hidup tanpa beban dan masalah, ia tersenyum dari menit pertama hingga menit terakhir.
"Bos, itu kan orang yang nabrak mobil kita tadi pagi," kata Mike menunjuk Naina yang berada di atas panggung.
"Siapa namanya?" tanya Bryan masih terus memandang ke arah Naina.
"Naina Anaclara, lahir tahun 1993 di India dan masih menggunakan identitas dari India!" jelas Mike menjawab pertanyaan dari Bosnya.
Bryan terdiam dan mengambil identitas yang dipegang oleh asistennya. Ia menarik kedua sudut bibirnya hingga membentuk sebuah senyuman.
"Simpan ini baik-baik!" titah Bryan seraya memberikan identitas Naina kembali pada Mike.
Setelah selesai menari, Naina mengembalikan kostum dancernya pada team dan ia pamit untuk pergi minum-minum.
Naina memesan dua botol minuman dan menikmatinya sambil mendengarkan lagu yang disk jokey nyanyikan. Tanpa Naina sadari di meja sebrang ada yang memperhatikannya sejak Naina berada di atas panggung.
Saat Naina sudah menghabiskan 2 botol minuman, ia kembali memesan 2 botol pada bartender dan 2 botol kembali tersaji di atas meja Bar, saat botol ke 4 hampir habis tiba-tiba Naina menangis dan menundukkan kepalanya di atas meja Bar.
Naina hanya bisa menangis dan terlihat hancur saat dalam keadaan mabuk, hanya dalam keadaan mabuk ia mau mengungkapkan semua cerita sedihnya, kehidupan Naina yang kemarin penuh tekanan hingga membuatnya sering pergi ke bar untuk bercerita pada botol minuman.
"Benar-benar gadis gila!" kata Bryan geleng-geleng kepala melihat kelakuan Naina yang seperti orang gila.
Ada perasaan iba melihat Naina seperti seseorang yang banyak memikul beban hidup, tapi rasa sebal tadi pagi masih belum hilang dari benak Bryan.
Bryan mulai mengalihkan pandangannya ke arah lain karena Naina tidak terlihat berkutik lagi, mungkin sudah tepar. Saat Bryan kembali menoleh ke arah Naina terlihat ada dua orang laki-laki yang mendekatinya seperti hendak mengajak Naina pergi tapi Naina berontak.
"Mike bantu gadis gila itu, sepertinya dua orang yang di sampingnya mencari kesempatan saat dia tepar!" titah Bryan.
"Siap Bos!" jawab Mike.
Mike menghampiri Naina dan mengusir dua laki-laki yang sedang menggoda dan mengajak Naina pergi.
"Hei nona sadarlah, anda sudah terlalu banyak minum sampai tidak sadar begini. Mau saya antar pulang ke rumah nona?" tanya Mike pada orang yang setengah sadar.
"Mike antarkan saja dia pulang, percuma kau ajak bicara sampai tuyul rambutnya tumbuh dia tidak akan menjawab," kata Bryan membuat Mike tak kuasa menahan gelak tawanya.
Karena kondisi Naina yang tidak memungkinkannya untuk berjalan, terpaksa Bryan harus menggendong Naina sampai lobby dan masuk ke dalam mobil yang sudah disediakan oleh Mike.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 174 Episodes
Comments
Bundanya Robby
emang nya tuyul bisa rambutan ya oom briyan😂😂😂
2021-08-23
0
Fatma ismail
tuyul rambutnya tumbuh🤔🤔🤔
2021-08-18
0
Anis Munfarida
emang di spanyol ada tuyul Thor😜😜
2021-07-19
0