Dalwang
Seorang otaku Basu Karna yang pada saat ini melihat kearah langit, berteriak dengan lantang: “Oi dewa, cepat turun kesini. Bersujudlah kepada saya!”.
Siluet orang yang berdiri diatas kereta yang ditarik oleh 7 kuda mendengarnya, sangat marah. Ini adalah penistaan! Penistaan yang tidak bisa ditolerir.
Melihat siluet tersebut tidak menghiraukannya. Basu Karna lanjut berkata: “Sob, jangan terbang terlalu cepat, nanti celanamu jatuh terbawa angin! Ha~ha~ahaha.”
Pria di atas yang telah memperhatikan pemuda ini selama hidupnya, merasa sangat marah. Lantas turun mendekatinya.
Basu Karna yang melihat kereta itu jatuh kearahnya, malah berlari mendekat dan berteriak: “Dewa, aku lahir dengan kesendirian, sepi diantara tawa kerumunan. Bahkan hingga saat ini, hanya kesunyian yang menjadi teman abadi. Orang dibawah hanya sok akrab karena takut padaku. Aku hanya ingin hidup seperti manusia normal lainnya. Layaknya anak yang mendapat kehangatan dari seorang ibu. Seperti remaja yang berteman dengan sebayanya dan seperti seorang ayah yang memberikan kasih dan sayang terhadap keluarganya. Bahkan Engkaupun acuh kepadaku!”
Batara Surya yang berdiri diatas kereta kuda memerintahkan sang kusir Aruna untuk segera berhenti. Dia yang selama ini tanpa pilih kasih memelihara seluruh makhluk hidup yang ada di muka bumi, merasa prihatin dan iba.
“Dewa, jika benar-benar ada kehidupan setelah mati. Jika benar-benar ada reinkarnasi. Aku hanya ingin hidup kembali menjadi manusia normal yang dapat menikmati kehangatan keluarga. Jika! Ji jika benar adanya. Aku rela membayar dengan harga apapun! Kalau memang tidak ada, maka bakar saja tubuh ini dengan cahaya sucimu. Bakar hingga tak bersisa. Karena aku merasa segala sesuatu yang ada padaku, meski itu hanya sisa, tak pantas memiliki apa yang namanya eksistensi. Tubuh dan jiwa ini terlalu banyak dosa. Tangan ini telah membuat sungai tercemar dengan darah yang telah ditumpahkannya!” Kata Basu Karna yang telah bosan dengan kehidupannya.
Basu Karna memejamkan mata, memberikan kata terakhir: “Selamat tinggal dunia. Semoga engkau bisa menghabiskan hidupmu penuh dengan canda dan tawa!”
Batara Surya yang tidak tega melihat pemuda ini, berkata: “Baiklah. Karena neraka jahanam sendiri tidak bisa menghapus semua dosa yang telah kau perbuat selama ini. Aku akan memberikan hukuman kepadamu. Penuhi semua yang telah kau janjikan! Cuci semua dosa yang kau lakukan dalam kehidupan ini!”
Batara Surya mengangkat tangan, mendorong matahari kecil ke arah Basu Karna. Begitu sinar matahari menyelimuti seluruh tubuhnya. Basu Karna menghilang bersamaan dengan sirnanya matahari Batara Surya.
Melihat Basu Karna yang telah pergi. Batara Surya berkata dalam hati, penuh degan rasa sedih dan perih. “Bahkan aku yang telah mengalami jutaan tahun kehidupan, merasa malu.”
“Ah, matanya bergerak, dia bangun, ibu kakak akan bangun.” Basu Karna yang dengan segala usaha membuka matanya, mendengar suara bayi yang nyaring seperti bel perunggu kuil berdering di telinganya.
“Tribuwana, jangan ganggu kakakmu!” Lalu, aku mendengar suara seorang wanita penuh rasa keibuan yang lembut dan bijak.
Basu Karna yang telah berhasil membuka matanya, menemukan bahwa Batara Surya, Kusir Aruna dan kereta kudanya tidak ada, ternyata ada putri kecil yang lincah dan imut. Gadis kecil ini berusia sekitar enam atau tujuh tahunan. Dia adalah lolita yang lembut.
Bocah manis ini memakai beju berlengan pendek, berwarna hijau muda, mengungkapkan dua lengan putih. Rambut diikat dengan pita merah di kedua sisi rambut. Rambut panjang menggantung ke bawah, pergelangan tangan kecil yang mulus dan licin, mengenakan cincin tiga lonceng perak di ujung jemari.
Tribuwana bergegas mendekat, mencoba mencubit hidung Basu Karna.
Pada saat yang sama, tangan lembut terulur menangkap tangan kecilnya. Tribuwana kaget, tanpa sadar berteriak dengan suara renyahnya. “Ah!"
Basu Karna yang menangkap tangan kecil ini merasa aneh, bertanya-tanya dalam hati: “Apakah gadis kecil ini adalah cucu dari Batara Surya? Loli yang sangat berkualitas!”
Ketika Basu Karna sedang bersiap-siap untuk menggoda loli menggemaskan ini, tiba-tiba melihat lengan datang, dengan lembut menangkap gadis kecil nakal ini, memukul tangan kecilnya yang kenyal, itu adalah hukuman penuh rasa kasih dan kecintaan seorang ibu.
Pada saat sama, gadis kecil itu sama sekali tidak takut, melainkan merasa sangat senang, terkikik dan tertawa. Sedangkan Basu Karna yang masih terbaring di atas tempat tidur merasakan kecemburuan ekstrim. Basu Karna hanya bisa mengenang masa lalu dan tersenyum pahit.
Apalagi ketika ia melihat seorang wanita cantik dan penuh kasih sayang dibelakang gadis kecil itu, terasa seperti garam yang jatuh di atas luka. Dalam hati dia berteriak: “Ya tuhan, betapa beruntungnya bocah ini.”
Ketika Basu Karna yang masih dalam fantasi kecemburuan. Tak sadar, wanita itu telah duduk di seberang Basu Karna, dia adalah wanita muda yang berusia sekitar 30 tahunan.
Dia menarik, cantik, wajahnya elok sama seperti bulan, sepasang mata seperti mata air yang bersih dan jernih, mulut kecil tersenyum, senyap, tenang, selaras dengan pesona seorang ibu.
Rambut hitam disisir rapi ke belakang. Hanya ada pola megamendung berwarna ungu kehitaman yang di ukir diatas permukaan sisir kayu tersebut. Sederhana, elegan dan menarik perhatian.
Secara keseluruhan, parasnya yang cantik menyembunyikan kebijaksanaan dan kasih sayang. Wanita itu memakai baju seperti langit biru, celana seperti awan putih serta lengan yang sepertinya terbuat dari batu giok memegangi gadis kecil itu, benar-benar membuat Basu Karna merasa lebih putus asa.
Jika aku yang sekarang berada pada posisi gadis kecil itu, maka tidak ada lagi permintaan dalam hidup, melainkan hanya itu.
Wanita cantik itu melihat Basu Karna yang terbangun, membuang senyumnya, wajah mengungkapkan ekspresi sedih, menyalahkan diri sendiri: “Karna, kamu tidak bisa sebodoh itu di masa depan. Siapa yang memberimu keberanian untuk melompat ke sungai, untungnya kami masih dapat menyelamatkanmu. Jika tidak, saya tidak tahu … saya tidak tahu bagamaina caranya menjalani hidup ini tanpamu ….. tanpamu!
Perkataan wanita itu terhenti, tidak bisa lagi mengungkapkan isi hati, hanya bisa tersengguk-sengguk, menangis. Membayangkan anaknya yang meninggalkannya.
Gadis kecil itu mengernyitkan hidungnya yang indah, berkata dan memperagakannya, “Pergi dan ambil tongkat, clap ~ clap ~ clap, pukul sendiri pantatmu. Kakak bodoh, telah membuat ibu menangis!”
Haaa?
Basu Karna dalam hati berkeringat gila, “Bagaimana saya tiba-tiba melompat ke sungai? Di mana ini? Batara Surya dimana? Apakah mereka tidak salah orang?”
Basu Karna terbesit pemikiran aneh dalam hatinya: “Mungkinkah ada seseorang yang sangat mirip dirinya? Pada saat yang sama ketika dia jatuh ke sungai, ibu yang cantik ini menyelamatkan dirinya! Tapi apakah itu mungkin?”
Setelah memikirkannya, dahi tiba-tiba berkeringat. Merasa tebakannya benar. Ini kesalahpahaman yang sangat besar!
Namun, Basu Karna tidak berkata dan menjelaskan ini. Dia tidak berani mengatakan bahwa ini adalah kesalahpahaman, dan dia pula tidak berani bertanya di mana letak kesalahannya.
Jika pihak lain mengetahui bahwa dia bukan anaknya, mungkin dia akan mengubah wajahnya dan melemparkan dirinya kembali ke sungai, maka itu akan menjadi akhir cerita tragis yang lain.
Wanita cantik yang melihat Basu Karna penuh dengan wajah berkeringat, bewarna merah merona seperti senja, hatinya tiba-tiba bersukacita, memperlambat tangisnya. Berpikir dalam hatinya bahwa anak ini telah menyesali perbuatannya. Berkata dengan penuh perhatian: “Karna, sekarang sepertinya kamu telah mengetahui bahwa perbuatan yang kamu lakukan sebelumnya sangatlah salah. Ibu yang selama bulan mengandungmu, melahirkanmu, merawat dan mendidikmu hingga dewasa. Ibu juga tahu bahwa kamu bukan tipe orang yang akan putus asa, hanya karena masalah pernikahan dengan putri dari Keluarga Wijaya. Putri dari Keluarga Wijaya memang baik, namun hatinya tidak untukmu. Jika suami dan istri tidak dapat saling membantu, maka lebih baik tidak usah menikah! Pikirkanlah kami dari Keluarga Basu yang juga merupakan salah satu dari empat klan besar, masih banyak wanita di dunia, tidak bisakah kamu memilih satu diantaranya!”
“Ya!” Jawab Basu Karna yang memutuskan untuk berpura-pura menjadi orang bodoh yang tenggelam di sungai.
“Karna, ketika kamu sudah tahu bagaimana berpikir seperti ini, ibu akan sangat lega.” Kata wanita cantik itu yang pada awalnya bermaksud untuk membujuknya sebelumnya, tidak terpikirkan bahwa anak ini akan mencoba bunuh diri dengan cara tenggelam di sungai.
Setelah menenangkan dengan beberapa kata, wanita cantik itu menyuruh Basu Karna untuk beristirahat kembali.
Dia melepaskan gadis kecil itu, berdiri, dan seolah akan bersiap meninggalkan kamar.
Basu Karna berteriak dalam hati, dia cukup beruntung telah melewati peristiwa konyol ini.
Sekarang dia harus menemukan cara untuk menyelinap pergi. Jika tidak, jika orang yang melemparkan dirinya ke sungai tidak mati dan kembali, maka situasinya akan semakin runyam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
Dogma
calon karakter loli yang sangat menggemaskan
2022-12-06
1
Dogma
perih, kejer
2022-12-06
1
nizume19
semangat thor, ku tunggu ep berikutnya
2022-12-02
2