Seorang otaku Basu Karna yang pada saat ini melihat kearah langit, berteriak dengan lantang: “Oi dewa, cepat turun kesini. Bersujudlah kepada saya!”.
Siluet orang yang berdiri diatas kereta yang ditarik oleh 7 kuda mendengarnya, sangat marah. Ini adalah penistaan! Penistaan yang tidak bisa ditolerir.
Melihat siluet tersebut tidak menghiraukannya. Basu Karna lanjut berkata: “Sob, jangan terbang terlalu cepat, nanti celanamu jatuh terbawa angin! Ha~ha~ahaha.”
Pria di atas yang telah memperhatikan pemuda ini selama hidupnya, merasa sangat marah. Lantas turun mendekatinya.
Basu Karna yang melihat kereta itu jatuh kearahnya, malah berlari mendekat dan berteriak: “Dewa, aku lahir dengan kesendirian, sepi diantara tawa kerumunan. Bahkan hingga saat ini, hanya kesunyian yang menjadi teman abadi. Orang dibawah hanya sok akrab karena takut padaku. Aku hanya ingin hidup seperti manusia normal lainnya. Layaknya anak yang mendapat kehangatan dari seorang ibu. Seperti remaja yang berteman dengan sebayanya dan seperti seorang ayah yang memberikan kasih dan sayang terhadap keluarganya. Bahkan Engkaupun acuh kepadaku!”
Batara Surya yang berdiri diatas kereta kuda memerintahkan sang kusir Aruna untuk segera berhenti. Dia yang selama ini tanpa pilih kasih memelihara seluruh makhluk hidup yang ada di muka bumi, merasa prihatin dan iba.
“Dewa, jika benar-benar ada kehidupan setelah mati. Jika benar-benar ada reinkarnasi. Aku hanya ingin hidup kembali menjadi manusia normal yang dapat menikmati kehangatan keluarga. Jika! Ji jika benar adanya. Aku rela membayar dengan harga apapun! Kalau memang tidak ada, maka bakar saja tubuh ini dengan cahaya sucimu. Bakar hingga tak bersisa. Karena aku merasa segala sesuatu yang ada padaku, meski itu hanya sisa, tak pantas memiliki apa yang namanya eksistensi. Tubuh dan jiwa ini terlalu banyak dosa. Tangan ini telah membuat sungai tercemar dengan darah yang telah ditumpahkannya!” Kata Basu Karna yang telah bosan dengan kehidupannya.
Basu Karna memejamkan mata, memberikan kata terakhir: “Selamat tinggal dunia. Semoga engkau bisa menghabiskan hidupmu penuh dengan canda dan tawa!”
Batara Surya yang tidak tega melihat pemuda ini, berkata: “Baiklah. Karena neraka jahanam sendiri tidak bisa menghapus semua dosa yang telah kau perbuat selama ini. Aku akan memberikan hukuman kepadamu. Penuhi semua yang telah kau janjikan! Cuci semua dosa yang kau lakukan dalam kehidupan ini!”
Batara Surya mengangkat tangan, mendorong matahari kecil ke arah Basu Karna. Begitu sinar matahari menyelimuti seluruh tubuhnya. Basu Karna menghilang bersamaan dengan sirnanya matahari Batara Surya.
Melihat Basu Karna yang telah pergi. Batara Surya berkata dalam hati, penuh degan rasa sedih dan perih. “Bahkan aku yang telah mengalami jutaan tahun kehidupan, merasa malu.”
“Ah, matanya bergerak, dia bangun, ibu kakak akan bangun.” Basu Karna yang dengan segala usaha membuka matanya, mendengar suara bayi yang nyaring seperti bel perunggu kuil berdering di telinganya.
“Tribuwana, jangan ganggu kakakmu!” Lalu, aku mendengar suara seorang wanita penuh rasa keibuan yang lembut dan bijak.
Basu Karna yang telah berhasil membuka matanya, menemukan bahwa Batara Surya, Kusir Aruna dan kereta kudanya tidak ada, ternyata ada putri kecil yang lincah dan imut. Gadis kecil ini berusia sekitar enam atau tujuh tahunan. Dia adalah lolita yang lembut.
Bocah manis ini memakai beju berlengan pendek, berwarna hijau muda, mengungkapkan dua lengan putih. Rambut diikat dengan pita merah di kedua sisi rambut. Rambut panjang menggantung ke bawah, pergelangan tangan kecil yang mulus dan licin, mengenakan cincin tiga lonceng perak di ujung jemari.
Tribuwana bergegas mendekat, mencoba mencubit hidung Basu Karna.
Pada saat yang sama, tangan lembut terulur menangkap tangan kecilnya. Tribuwana kaget, tanpa sadar berteriak dengan suara renyahnya. “Ah!"
Basu Karna yang menangkap tangan kecil ini merasa aneh, bertanya-tanya dalam hati: “Apakah gadis kecil ini adalah cucu dari Batara Surya? Loli yang sangat berkualitas!”
Ketika Basu Karna sedang bersiap-siap untuk menggoda loli menggemaskan ini, tiba-tiba melihat lengan datang, dengan lembut menangkap gadis kecil nakal ini, memukul tangan kecilnya yang kenyal, itu adalah hukuman penuh rasa kasih dan kecintaan seorang ibu.
Pada saat sama, gadis kecil itu sama sekali tidak takut, melainkan merasa sangat senang, terkikik dan tertawa. Sedangkan Basu Karna yang masih terbaring di atas tempat tidur merasakan kecemburuan ekstrim. Basu Karna hanya bisa mengenang masa lalu dan tersenyum pahit.
Apalagi ketika ia melihat seorang wanita cantik dan penuh kasih sayang dibelakang gadis kecil itu, terasa seperti garam yang jatuh di atas luka. Dalam hati dia berteriak: “Ya tuhan, betapa beruntungnya bocah ini.”
Ketika Basu Karna yang masih dalam fantasi kecemburuan. Tak sadar, wanita itu telah duduk di seberang Basu Karna, dia adalah wanita muda yang berusia sekitar 30 tahunan.
Dia menarik, cantik, wajahnya elok sama seperti bulan, sepasang mata seperti mata air yang bersih dan jernih, mulut kecil tersenyum, senyap, tenang, selaras dengan pesona seorang ibu.
Rambut hitam disisir rapi ke belakang. Hanya ada pola megamendung berwarna ungu kehitaman yang di ukir diatas permukaan sisir kayu tersebut. Sederhana, elegan dan menarik perhatian.
Secara keseluruhan, parasnya yang cantik menyembunyikan kebijaksanaan dan kasih sayang. Wanita itu memakai baju seperti langit biru, celana seperti awan putih serta lengan yang sepertinya terbuat dari batu giok memegangi gadis kecil itu, benar-benar membuat Basu Karna merasa lebih putus asa.
Jika aku yang sekarang berada pada posisi gadis kecil itu, maka tidak ada lagi permintaan dalam hidup, melainkan hanya itu.
Wanita cantik itu melihat Basu Karna yang terbangun, membuang senyumnya, wajah mengungkapkan ekspresi sedih, menyalahkan diri sendiri: “Karna, kamu tidak bisa sebodoh itu di masa depan. Siapa yang memberimu keberanian untuk melompat ke sungai, untungnya kami masih dapat menyelamatkanmu. Jika tidak, saya tidak tahu … saya tidak tahu bagamaina caranya menjalani hidup ini tanpamu ….. tanpamu!
Perkataan wanita itu terhenti, tidak bisa lagi mengungkapkan isi hati, hanya bisa tersengguk-sengguk, menangis. Membayangkan anaknya yang meninggalkannya.
Gadis kecil itu mengernyitkan hidungnya yang indah, berkata dan memperagakannya, “Pergi dan ambil tongkat, clap ~ clap ~ clap, pukul sendiri pantatmu. Kakak bodoh, telah membuat ibu menangis!”
Haaa?
Basu Karna dalam hati berkeringat gila, “Bagaimana saya tiba-tiba melompat ke sungai? Di mana ini? Batara Surya dimana? Apakah mereka tidak salah orang?”
Basu Karna terbesit pemikiran aneh dalam hatinya: “Mungkinkah ada seseorang yang sangat mirip dirinya? Pada saat yang sama ketika dia jatuh ke sungai, ibu yang cantik ini menyelamatkan dirinya! Tapi apakah itu mungkin?”
Setelah memikirkannya, dahi tiba-tiba berkeringat. Merasa tebakannya benar. Ini kesalahpahaman yang sangat besar!
Namun, Basu Karna tidak berkata dan menjelaskan ini. Dia tidak berani mengatakan bahwa ini adalah kesalahpahaman, dan dia pula tidak berani bertanya di mana letak kesalahannya.
Jika pihak lain mengetahui bahwa dia bukan anaknya, mungkin dia akan mengubah wajahnya dan melemparkan dirinya kembali ke sungai, maka itu akan menjadi akhir cerita tragis yang lain.
Wanita cantik yang melihat Basu Karna penuh dengan wajah berkeringat, bewarna merah merona seperti senja, hatinya tiba-tiba bersukacita, memperlambat tangisnya. Berpikir dalam hatinya bahwa anak ini telah menyesali perbuatannya. Berkata dengan penuh perhatian: “Karna, sekarang sepertinya kamu telah mengetahui bahwa perbuatan yang kamu lakukan sebelumnya sangatlah salah. Ibu yang selama bulan mengandungmu, melahirkanmu, merawat dan mendidikmu hingga dewasa. Ibu juga tahu bahwa kamu bukan tipe orang yang akan putus asa, hanya karena masalah pernikahan dengan putri dari Keluarga Wijaya. Putri dari Keluarga Wijaya memang baik, namun hatinya tidak untukmu. Jika suami dan istri tidak dapat saling membantu, maka lebih baik tidak usah menikah! Pikirkanlah kami dari Keluarga Basu yang juga merupakan salah satu dari empat klan besar, masih banyak wanita di dunia, tidak bisakah kamu memilih satu diantaranya!”
“Ya!” Jawab Basu Karna yang memutuskan untuk berpura-pura menjadi orang bodoh yang tenggelam di sungai.
“Karna, ketika kamu sudah tahu bagaimana berpikir seperti ini, ibu akan sangat lega.” Kata wanita cantik itu yang pada awalnya bermaksud untuk membujuknya sebelumnya, tidak terpikirkan bahwa anak ini akan mencoba bunuh diri dengan cara tenggelam di sungai.
Setelah menenangkan dengan beberapa kata, wanita cantik itu menyuruh Basu Karna untuk beristirahat kembali.
Dia melepaskan gadis kecil itu, berdiri, dan seolah akan bersiap meninggalkan kamar.
Basu Karna berteriak dalam hati, dia cukup beruntung telah melewati peristiwa konyol ini.
Sekarang dia harus menemukan cara untuk menyelinap pergi. Jika tidak, jika orang yang melemparkan dirinya ke sungai tidak mati dan kembali, maka situasinya akan semakin runyam.
Wanita cantik yang membawa gadis kecil itu, berjalan ke arah pintu kamar. Tiba-tiba berbalik dan bertanya: “Karna, kamu harus berjanji kepada ibu, untuk benar-benar tidak akan melakukan suatu hal yang bodoh lagi! Kamu menunggu ibu pergi, kemudian pergi keluar! Ibu menyadarinya, kamu harus benar-benar memikirkannya sebelum bertindak. Kamu benar-benar tidak akan berbuat bodoh lagi, kan?”
“Tidak, tidak!” Kepala Basu Karna menoleh ke kanan dan ke kiri seperti mainan.
Bagaimana aku bisa bunuh diri? Aku masih harus menemukan dimana Batara Surya! Saya tidak mau mencuri apa yang menjadi hak orang lain.
Wanita cantik yang melihat wajah Basu Karna sangat serius, hatinya tiba-tiba terhibur dan berkata: “Ibu sangat mempercayaimu! Karna, hal-hal bodoh tidak pernah boleh untuk dilakukan. Jika kamu pergi, Mahadewi akan sangat sedih, Tribuwana juga masih sangat muda, ayahmu dan ibumu ini tentu akan merasa sangat kehilangan. Sekarang semuanya bergantung pada dirimu sendiri. Kamu harus benar-benar mengingat ini!”
Basu Karna berkeringat, aku ingin mengatakan, aku bukan Karna anakmu, Karna anakmu mungkin tekah di makan ikan dan udang!
Tentu saja, Basu Karna tidak berani mengatakan ini dengan mulutnya, hanya menjawab dengan anggukan.
Sedangkan gadis kecil yang sepertinya merasa telah bosan, merentangkan tangan kecilnya, membanting pintu, dan melarikan diri.
Wanita cantik itu memanggilnya dua kali, melihat gadis kecil itu masih tidak mendengarkan, memutuskan untuk kembali berkata kepada Basu Karna: “Karna, jangan berkecil hati, saudara perempuanmu yang berusia dua puluh tahun. Baru bulan kemarin, kontraknya berhasil. Kamu masih memiliki waktu tiga belas bulan. Selain itu, melihat kerja kerasmu selama bertahun-tahun, ibu yakin kamu pasti berhasil! Keluarga Basu tidak mungkin, tidak dapat dikontrak oleh gunwang. Ibupun percaya, bahwa kamu juga tidak menjadi pengecualian! Ayah dan ibu yakin, kamu pasti akan menjadi orang terbaik!”
Kontrak gunwang?
Memanggil gunwang, apakah ini lelucon?
Mungkin darah pria menyedihkan sangat baik, tapi dia bukanlah pria bodoh itu.
Jika dikatakan. Dia hanya seseorang yang pandai berkelahi. Cukup lihai juga dalam bermain game. Mungkin satu-satunya kebaikan yang Basu Karna miliki hanya suka baca manga. Seorang otaku gila!
Basu Karna tidak tahu apa yang dimaksud dengan mengontrak gunwang, tetapi jika mendengar dari perkataan wanita cantik ini, dia sedikit dapat menebak beberapa hal sekarang. Dia memperkirakan bahwa pria menyedihkan yang sangat mirip dirinya, melakukan bunuh diri karena dia merasa sangat putus asa.
Pertama-tama, pria menyedihkan ini merasakan cinta bertepuk sebelah tangan. Selain itu, dia juga tidak berhasil membuat kontrak dengan gunwang. Maka dia sangat depresi dan melompat ke sungai.
Lebih tragisnya lagi adalah bahwa ia terjun ke sungai, tapi bukan dia yang diselamatkan, melainkan Basu Karna yang sangat mirip dengan dirinya. Pada akhirnya, dia yang di bawa kembali ke ruangan ini. Pria yang benar-benar menyedihkan, dengan nasib yang mengenaskan!
Satu-satunya hal yang tidak dapat dipahami Basu Karna adalah mengapa dan bagaimana ia bisa jatuh ke sungai?
Apakah ini, cara Batara Surya untuk mengahapus semua dosanya?
Kenapa juga harus melemparkan dirinya ke sungai? Apakah Batara Surya ini menginginkan dirinya untuk menggantikan pria menyedihkan ini?
Basu Karna yang berpikir seperti itu, dahi segera mengeluarkan banyak keringat.
Hey Batara Surya, lelucon ini benar-benar menakjubkan!
“Karna, kamu harus beristirahat kembali! Ibu pikir, bahkan jika kamu tidak berhasil melakukan kontrak dengan gunwang, itu masihlah Karna anak ibu, bahkan kamu juga masihlah tetap seorang putra dari keluarga Basu. Maka jangan pernah melakukan hal bodoh lagi, bahkan berpikirpun, jangan! Melihat kamu bahagia, itu sudah cukup bagi ibu!“ Wanita cantik yang menyuruh Basu Karna beristirahat dengan baik ini bernama Radha. Dia yang melihat Basu Karan sepertinya telah benar-benar mengerti berbalik dan keluar dari kamarnya.
Basu Karna yang mendengar perkataannya, merasa sangat tersentuh. Tanpa sadar meneteskan air mata. Merasa seperti hati yang telah dimiliki selama ini kembali berfungsi.
Basu Karna mengutuk pria menyedihkan ini sangat bodoh! Bodoh! Bodoh! Melakukan tindak kebodohan total, yaitu bunuh diri.
Ibu yang baik seperti ini, meskipun kata semua orang bahwa ibu di seluruh dunia baik seperti Radha! Itu omong kosong. Basu Karna sendiri tidak tahu siapa orang tuanya. Apalagi dapat menerima kehangatan dari ibu Radha ini. Tidak pernah sama sekali.
Pria menyedikan bodoh ini, benar-benar membuatnya tidak bisa berkata-kata lagi.
Basu Karna yang melihat wanita cantik itu keluar, diam-diam menghela nafas. Jika dia benar-benar Basu Karna asli, akan sangat bagus, namun sayangnya dia bukan pria menyedihkan ini! Aihhh ~ kehidupan ini benar-benar konyol. Aku yang sangat berharap memiliki keluarga, ada orang bodoh yang ingin meninggalkan dan mengecewakan keluarganya.
Setelah berbaring kembali ke tempat tidur, matanya secara tidak sengaja menyapu meja dan tertarik dengan gunungan wayang raksasa yang sepertinya terbuat dari logam.
Gunungan wayang ini sepertinya dicetak menggunakan tembaga, warnanya sudah tua, padat dan tebal, memiliki ukuran lebih dari dua atau tiga kali lipat lebih besar dari gunungan wayang biasa, ada juga garis-garis kuno misterius pada permukaan gunungan wayang tersebut.
Basu Karna yang pertama kali melihatnya merasa aneh, merasa sangat tertarik, seakan gunungan wayang ini memanggilnya. Memanggil dirinya secara diam-diam, perasaan itu seperti baru saja menginstal game yang telah lama dia nantikan, tidak sabar untuk segera memainkannya.
Basu Karna secara tidak sadar meraih gunungan wayang tersebut. Tanpa diduga, ketika tangan Basu Karna akan menyentuhnya, gunungan wayang itu memancarkan cahaya keemasan yang sangat menyilaukan. Sehingga seluruh ruangan menjadi penuh dengan cahaya keemasan.
Dalam sekejap, sepertinya ada pengetahuan yang tak terhitung jumlahnya, mengalir deras ke dalam pikiran Basu Karna, itu seperti semacam plugin kuat yang sangat tidak masuk akal. Basu Karna yang tidak punya waktu untuk bereaksi, menemukan bahwa otaknya sendiri telah terisi pengetahuan yang tak terhitung jumlahnya. Dan sepertinya telah sangat mengenal gunungan wayang raksasa dari tembaga ini.
Seolah-olah Basu Karna tahu banyak hal tentangnya, dia tidak bisa memahami titik pusat temunya. Tidak juga tahu akar masalahnya. Sekarang Basu Karna berada dalam kondisi kontradiksi yang tampaknya memahami, tapi tidak juga memahami. Selain itu, dia merasa ada sesuatu dalam tubuhnya yang mulai terbangun.
Ada energi misterius yang tidur dalam tubuhnya. Jika aktif, ia akan memancarkan dering seperti lonceng surga yang membuat jiwa Basu Karna bergetar.
Dia tidak mendengar melalui telinga, tetapi Basu Karna dapat dengan jelas mendengar di hatinya, sepertinya memang benar, bahwa di dalam tubuhnya sendiri, ada energi misterius yang memanggil dirinya. Namun, Basu Karna benar-benar tidak mengerti apa maksudnya.
Panggilan energi misterius ini indah dan tak tertandingi. Itu lebih menyenangkan dan lebih menarik daripada nyanyian surga yang telah Basu Karna dengar sebelumnya. Panggilan itu begitu indah, hingga membuat jiwanya bergetar. Itu sulit dijelaskan dalam ribuan kata!
Pada saat yang sama, dalam dunia atman Basu Karna menemukan sebuah gemerlap tombak terbang yang berputar di udara, menghadirkan nuansa kemisteriusan yang mendalam.
Apa yang sedang terjadi? Kata Basu Karna penuh ketakjuban.
Pada saat yang sama ketika cahaya keemasan perlahan-lahan mereda. Panggilan energi misterius itu diam, tombak terbang juga secara bertahap menghilang. Akhirnya Basu Karna keluar dari dunia atman dan kembali ke kenyataan.
Basu Karna terkejut, melihat tangannya bersinar. Ternyata pada punggung tangannya, terdapat ukiran geguritan kuno misterius yang terdiri dari rangkaian aksara sansekerta. Kemudian perlahan-lahan menghilang.
Gunungan wayang tembaga yang tampaknya berat, tiba-tiba mengambang, secara alami melayang di depan Basu Karna. Ini memberi dia perasaan bahwa itu bukan lagi gunungan wayang yang berat, tetapi lebih seperti organ tubuhnya sendiri, seolah-olah itu merupakan perpanjangan dari lengannya sendiri!
Tak terasa, di pintu telah berdiri seorang wanita cantik yang meneteskan air mata. Dia yang berdiri di pintu, memegangi tubuhnya sendiri yang sedang gemetaran dengan tangannya. Dia lembut dan lemah saat ini, kemudian jatuh ke tanah.
Bahkan jika dia melihat segala sesuatu di depan matanya, dia masih sangat terkejut dan merasa sangat luar biasa. Air mata itu seperti air terjun yang mengalir turun dengan deras.
“Karna, kamu telah berhasil melakukan kontrak dengan gunwang? Ini, apakah ini benar? Ibu tidak bermimpikan? Ini benar-benar berkah dari leluhur! Terima kasih, terima kasih leluhur telah memberikan berkahnya kepada anak saya Karna!” Radha berlutut di tanah, membanting kepalanya dan berterima kasih kepada para leluhur.
Dahi yang sebelumnya bersih, tiba-tiba memerah dan ternoda oleh debu tanah.
Ibu Radha kini seakan tidak bisa merasakan sakit, masih membenturkan kepalanya ke tanah untuk berterima kasih.
Basu Karna yang melihatnya dengan tergesa-gesa melompat dan bergegas untuk membantu Ibu Radha. Meskipun ia seorang impostor dan seorang yang kejam, ia juga tidak tega melihat ibu cantik yang baik hati ini terluka.
Di pintu, tidak tahu kapan gadis kecil itu kembali, memegang kincir angin merah dan kepala kecilnya, bertanya: “Ibu, kenapa kamu menangis?”
Gadis kecil mengajukan pertanyaan dan segera membantu Ibu Radha berdiri.
Dia yang mendengar pertanyaan dari Basu Prameswari Tribuwana buru-buru menyeka air mata dan debu di seluruh wajahnya. Dia tidak ingin anak-anaknya melihat dia menangis.
Pada saat yang sama, Basu Karna yang melihat wajahnya penuh debu dan basah dengan air mata, tidak tega. Matanya terasa panas, mengambil nafas dalam-dalam, menekan kesedihan hati dan membantu Ibu Radha menyeka wajahnya. Namun, Ibu Radha tidak mengizinkannya menyeka air matanya, menghalangi tangan Basu Karna, berbalik dan bergegas keluar.
Basu Karna yang melihatnya menghilang kembali, termenung, berdiri untuk waktu yang relatif cukup lama.
“Kak Karna, kenapa ibu menangis?” Prameswari Tribuwana bertanya dengan rasa ingin tahu, tetapi tidak menyelidiki masalah ini lebih lanjut. Melainkan mengangkat kincir angin di tangannya: “Lihat, kincir anginku terlihat bagus? Ini aku beli di jalan, ada permen manisan lezat juga yang di jual di jalan. Sayangnya, ibu tidak membelikannya! Kak Karna, saya harus mengendarai rusa kutub, agar kincir angin naik tinggi dan berputar cepat! “
Basu Karna berkeringat, gadis kecil ini terlalu mengkhayal?
Mengendarai rusa kutub?
Mungkinkah pria sial yang bunuh diri di sungai mengajarkannya ini?
Pria menyedihkan ini seharusnya tidak membiarkan gadis kecil sepertinya melakukan hal-hal yang dapat membahayakan dirinya!
Mustahil untuk membawanya naik rusa kutub. Bagaimana jika dia jatuh?
Tapi permintaan loli kecil ini tidak dapat ditolak. Kemudian Basu Karna mengangkat gadis kecil itu ke udara. Lalu lepaskan, biarkan dia tertawa puas, mengangkat dan lepaskan empat atau lima kali. Kemudian jatuh ke pelukan Basu Karna.
Ha, ternyata tidak mudah menjaga gadis kecil!
Dari luar pintu, datanglah kembali Ibu Radha dengan wajah yang telah bersih dan cantik kembali. Pada saat yang sama, Basu Karna dengan cepat menurunkan gadis kecil itu.
Prameswari Tribuwana tidak mau dilepaskan, masih dengan erat memeluk Basu Karna. Ibu Radha membungkuk dan memeluk gadis kecil ini, dan berkata: “Karna, cepat, biarkan ibu melihat apa kemampuan bawaan dan khodam kamu! Karna, seperti yang telah ibu katakan sebelumnya, kamu pasti akan berhasil. Kerja kerasmu selama bertahun-tahun, akhirnya membuahkan hasil! Karna, cepat, panggil gunwangmu, biarkan ibu melihatnya! biarkan ibu bahagia!”
Kemampuan bawaan?
Khodam?
Banyak pertanyaan yang muncul di hati Basu Karna. Tak lama, seakan menjawab kegundahan hati Basu Karna, muncul banyak pengetahuan dibenaknya, seperti datang secara alami.
Pertama, ia menemukan inti masalahnya, bahwa dia adalah seorang transmigator, ini bukan lagi bumi, melainkan dunia lain.
Dunia ini disebut sebagai Benua Mahabarata, ada banyak ksatra, termasuk tiga kerajaan besar, empat klan besar dan empat sekte besar. Selain keluarga kerajaan dari tiga negara besar yang diwariskan oleh kaisar dari generasi ke generasi. Ada Klan Bayu, Klan Himavat, Klan Basu, dan Klan Wisnu yang merupakan empat klan besar. Sedangkan untuk empat sekte besar, sangat misterius.
Empat sekte besar akan mengumpulkan banyak ksatra di Benua Mahabarata, setiap tiga tahun para murid turun gunung untuk memimpin keturunan terbaiknya, melanjutkan kultivasi di sekte.
Semua ksatra, selain keluarga kerajaan dan keturunan dari empat klan besar, hanya segelintir jenius yang berhasil membuat kontrak dengan gunwang, di sebut sebagai dalwang.
Keuntungan dalwang adalah memiliki presentase tinggi untuk tumbuh hingga puncak ksatra.
Dalam Benua Mahabarata, jumlah ksatra yang sampai puncak, bisa di hitung dengan jari!
Basu Karna menemukan bahwa Benua Mahabarata ini hampir mirip dengan dunia summoner.
Tidak ada sihir, ki ataupun cakra, hanya ada dalwang!
Dalwang mencakup semua aspek yang ada di dunia ini. Ada “dalwang kelas elemental” yang mirip dengan penggunaan sihir. Ada “dalwang kelas penguatan” yang mirip dengan penggunaan cakra, dan “dalwang kelas pertempuran” yang mirip dengan penggunaan ki.
Secara umum, dalwang dalam dunia ini, sama dengan siswa yang hidup di Indonesia. Analoginya cukup sederhana, seseorang dalwang, seperti satu di antara miliaran siswa yang dapat memasuki kampus Universitas Indonesia.
Maka semua orang sangat berusaha keras agar dapat membuat kontrak dengan gunwang, namun sayangnya itu hanya untuk orang jenius diantara banyak jenius!
Setelah berhasil membuat kontrak dengan gunwang, setiap dalwang akan secara otomatis membangunkan salah satu kemampuan bawaan dalam dirinya. Selain itu juga akan mendapatkan khodam yang sesuai dengan pemilik gunwang atau dalwang itu sendiri.
“Ah, tapi saya tidak tahu apa kemampuan bawaan saya!” Jawab Basu Karna kepada Ibu Radha.
Basu Karna juga sangat ingin tahu, tapi dia sendiri belum sempat melihat properti gunwangnya. Dia juga sangat penasaran, jenis kemampuan bawaan apa yang telah ia bangunkan dari hasil kontrak dengan gunwang?
Dia berdoa dalam hatinya, jangan makanan, jangan juga kemampuan bawaan yang terkait dengan otaku. Jika tidak, mungkin akan membuat kecewa Ibu Radha!
Basu Karna melihat peroperti gunwang dan menemukan bahwa bagian atas adalah gambarnya sendiri. Terlihat, sangat keren.
[Level]: Sudra tingkat pemula
[Evaluasi]: Anda adalah eksistensi terlemah di dunia ini. Untungnya\, anda masih seorang dalwang\, jadi masih memiliki harapan untuk menjadi ksatra.
Melihat evaluasi yang memalukan. Basu Karna segera menutup mata dan mengutuk dalam hati, “Bagaimana mungkin aku yang dulunya adalah penguasa dibalik kegelapan dan kejahatan bisa menjadi manusia yang lemah seperti ini. Bahkan sepertinya gunwang ini mengatakan bahwa saya lebih lemah dari semut. Mungkin karena badan ini milik pria menyedihkan itu. Pantas saja anda bunuh diri! Hidupmu benar-benar tidak memiliki harapan sama sekali!”
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!