Ke khawatirannya adalah, bahwa tehnik pertempuran merupakan kemampuan tentara bayaran yang tidak bisa menjadi dalwang. Kekuatan jauh lebih buruk daripada menjadi seorang dalwang. Selain itu, tehnik pertempuran juga sangat sulit untuk dikultivasikan.
Maka ibu Radha cantik ini memberi nasihat kepada Basu Karna: “Karna, kamu membuat ibu khawatir, diam-diam mengkultivasikan tehnik pertempuran. Itu tidak masalah bagi ibu saat itu, karena kamu belum bisa membuat kontrak dengan gunwang. Sekarang, dengan kamu menjadi dalwang, fokus saja pada peningkatan gunwang. Memang tehnik pertempuran bukanlah kultivasi yang buruk. Namun, jangan sampai kamu memprioritaskan kultivasi tehnik pertempuran dan mengesampingkan peningkatan gunwang atau peningkatan kemampuan dalwang.”
Sebenarnya, praktik kultivasi tehnik pertempuran secara diam-diam sebelumnya dilakukan oleh pria menyedihkan, bukan saya! Dalam hal ini, Basu Karna tidak mengatakannya dan secara alami mengangguk kepada ibu cantik Radha.
Basu Karna juga tahu bahwa dalam pikiran orang-orang di Benua Mahabarata, kultivasi tehnik pertempuran dan kultivasi dalwang tidak dapat dibandingkan.
Orang yang berlatih tehnik pertempuran seperti pekerja imigran yang pergi bekerja ke kota tanpa ijazah sekolah menengah pertama. Sedangkan mereka yang berkultivasi dalwang, layaknya mahasiswa yang lulus dari universitas bergengsi. Bahkan jika dua orang memasuki perusahaan yang sama dan melakukan hal yang sama, maka perawatan yang mereka terima akan sangat berbeda!
Setelah makan siang, Basu Prameswari Mahadewi berjalan ke halaman rumah bersama Basu Karna untuk mentransfer pengetahuan yang didapatkan dari kampus kepadanya.
Ketika tiba di halaman rumah mereka tinggal. Basu Prameswari Mahadewi mengulurkan tangan kecil di atas permukaan gunwang.
Gunwang yang dimilikinya, persis seperti gunwang yang dimiliki Basu Karna yaitu gunwang tembaga. Tetapi setelah bertahun-tahun pelatihan dan melewati banyak pertempuran, gunwang miliknya telah melampaui tingkat menengah, bahkan telah dipromosikan ke tigkat lanjutan. Sehingga warna gunwangnya lebih berkilau daripada gunwang tembaga Basu Karna yang masih berada pada tahap pemula.
Selain itu, ada juga beberapa perbedaan pada atribut logam, ketebalan, tekstur dan ornamen misterius yang terukir pada permukaan gunwang. Secara umum, gunwang yang dimiliki Basu Prameswari Mahadewi dan Basu Karna memiliki tampilan yang sangat berbeda.
Dalam Benua Mahabarata, gunwang memiliki beberapa tingkatan dari yang paling rendah adalah gunwang tembaga, gunwang perak, gunwang emas, gunwang platinum dan gulwang berlian.
“Kakak, ini binatang Suket Teki Gragas! Ini saya berikan kepadamu sebagai hadiah atas keberhasilanmu membuat kontrak dengan gunwang atau secara resmi menjadi dalwang.” Kata Basu Prameswari Mahadewi.
Tanpa sadar, gunwang Basu Karna telah terbang ke atas binatang Suket Teki Gragas. Tanpa banyak perlawanan, binatang tersebut secara ajaib menghilang, memasuki gunwang.
Melihat dengan takjub, Basu Karna menemukan bahwa gunwang yang milikinya secara otomatis muncul gambar baru. Gambar ini menyerupai rumput liar, mirip seperti binatang Suket Teki Gragas yang hilang sebelumnya. Selanjutnya, pada bagian bawah gambar tersebut juga muncul aksara yang berbunyi: “Suket Teki Gragas, kelas pertempuran, level 1, dan tidak ada kontrak.”
Basu Karna merasakan ada beberapa koneksi yang luar biasa muncul di antara jiwa Suket Teki Gragas dan jiwanya. Dia merasa seperti ada organ baru yang tumbuh dalam dirinya. Kemudian Basu Karna secara tidak sadar menjangkau ukiran dari Suket Teki Gragas.
Tiba-tiba, sebuah cahaya keemasan menyala, masuk ke dalam sendi jari, perlahan menyatu dengan tangan dan menyatu dengan lengannya. Pada saat yang sama, dalam pikiran Basu Karna muncul pengetahuan tentang makhluk hidup aneh Suket Teki Gragas.
“…” Mata Basu Prameswari Mahadewi melebar. Berkata dalam hati: “Aku belum memberitahu bagaimana caranya membuat kontrak dengan binatang. Bagaimana dia berhasil dalam membuat kontrak dengannya? Itupun terasa alami dan sangat mudah!
Dia bahkan lebih eksentrik, membuat kontrak tanpa membuka mulut untuk mengucapkan mantra. Apakah kakak benar-benar sampah seperti yang saya kenal dan semua orang kenal sebelumnya? Bahkan semua dalwang tingkat atas masih harus tunduk pada aturan ini. Jika kak Karna sampah! Lalu apa sebutan seorang dalwang yang lebih darinya!
Dalam hati, Basu Prameswari Mahadewi memutuskan untuk mengamatinya secara rahasia. Dia berpikir bahwa kakak pasti bukan sampah seperti yang dikatakan orang lain. Malah sebaliknya, dia sangat mungkin menjadi jenius yang akan membuat jenius lain merasa rendah diri dan tidak berguna.
“Kak, panggil Suket Teki Gragas!” Kata Basu Prameswari Mahadewi yang dengan sengaja tidak mengatakan bagaimana cara memanggil binatang tersebut.
Meskipun memanggil Suket Teki Gragas adalah yang termudah di antara banyak binatang lainnya. Namun, jika kamu tidak mengetahui keterampilan dalwang, itu akan membuatmu terluka. Karena pemanggilan tipe tumbuhan benar-benar berbeda dari jenis serangga, jenis burung, dan jenis binatang lainnya.
Bahkan jika ada seorang siswa yang sangat mahir dan belum mempelajari bagaimana cara memanggil jenis tumbuhan, tidak akan mudah untuk memanggilnya. Itu juga berlaku untuk Suket Teki Gragas yang paling mudah dipanggil di antara binatang bertipe tumbuhan lainnya.
“Oke.” Basu Karna tahu apa yang dipikirkan adik pria menyedihkan ini.
Dia meraih gambar dari Suket Teki Gragas, memejamkan mata dan menghubungkan pikirannya dengan binatang Suket Teki Gragas yang sebelumnya dia kontrak.
Muncul cahaya keemasan sekitar satu meter di depan Basu Karna. Ada banyak tangkai hijau yang merayap dari tanah, tangkai dan daun penuh bulu-bulu duri seperti gigi yang siap melahap musuhnya.
Kemudian Basu Karna memerintahkan Suket Teki Gragas untuk membuat serangan “bulu duri beracun”. Ini merupakan tehnik kontrol dasar untuk mahasiswa yang memiliki binatang kontrak tipe tumbuhan.
Jika dalwang tipe tumbuhan tidak dapat mengontrol bulu duri beracun Suket Teki Gragas dalam waktu sepuluh menit, atau membiarkan Suket Teki Gragas merangkak lebih dari tiga meter. Dia tidak memenuhi syarat di sebut sebagai dalwang tipe tumbuhan.
Oleh karena itu, keterampilan untuk membuat serangan bulu duri beracun dari Suket Teki Gragas juga merupakan salah satu tehnik kontrol paling dasar yang biasa dipraktikkan mahasiswa tipe tumbuhan di akademi.
Basu Prameswari Mahadewi sekarang merasa jauh lebih rendah dari Basu Karna yang adalah seorang sudra pemula. Bahkan, dia belum lama menjadi dalwang, tapi sudah memiliki kontrol yang baik dalam memanggil binatangnya. Basu Prameswari Mahadewi benar-benar merasa kerja kerasnya selama ini sia-sia.
“Serang tembok! bulu duri beracun, tembak!” Kata Basu Karna. Namun Suket Teki Gragas tidak merespons sama sekali.
Ini membuat Basu Karna merasa sangat malu, bahkan satu biji bulu duri tidak muncul, tampaknya bahkan jika ada bakat, itu masih sangat terbatas.
Basu Prameswari Mahadewi yang bediri disampingnya merasa konyol, melihat tingkah Basu Karna yang tidak terlihat serius. Dia berpikir, sepertinya kak Karna membutuhkan bimbingan lebih lanjut.
Mengapa kamu tidak bisa melakukannya? Basu Karna berpikir seperti ini, tiba-tiba muncul ide dikepalanya. Dia tanpa sadar menampar pahanya dengan keras dan berkata dalam hati bahwa dia benar-benar seorang idiot.
Karena bahkan jika itu adalah anjing militer, itu masih membutuhkan tujuan atau instruksi yang jelas. Apalagi Suket Teki Gragas, bagaimana aku dengan mudah menyalahkannya!
Basu Karna bergegas ke bawah dinding, meraih lumpur dan menggambar lingkaran di dinding, serta membuat tanda plus ditengahnya.
Terlepas dari Suket Teki Gragas yang tubuhnya penuh dengan duri, dia dengan lembut meletakkan tangan di atas mahkota bunganya, mencoba berkomunikasi dengan Suket Teki Gragas, lalu perlahan membuka mata dan melihat target yang Basu Karna buat pada dinding sebelumnya.
Dia mengubah penglihatannya menjadi induksi Suket Teki Gragas, membiarkannya menembak bulu duri beracun ke arah target.
Bulu duri pada tubuh Suket Teki Gragas terlepas dan terbang berhamburan ke dinding. Basu Karna yang melihatnya merasa sangat kecewa, karena bulu duri tersebut menyimpang jauh dari target.
“F*ck, pemandangan yang benar-benar sampah!” Kata Basu Karna penuh rasa malu.
“…” Basu Prameswari Mahadewi tetap tenang di permukaan, tapi hatinya benar-benar terkejut. Karena dalam pandangan Basu Prameswari Mahadewi, kakak yang belum pernah kuliah ini jauh lebih baik daripada siswa tahun kedua di kampus.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments