Pagi hari Kania dengan semangat memulai hari dengan mandi dan bersiap ke perusahaan baru. Kania membantu Tante Meri menyiapkan sarapan buat anaknya dan juga suami Tante.
"Tumben kamu belum ke kantor?" tanya Tante Meri yang merasa heran melihat Kania masih berada di rumah. Biasanya Kania berangkat kerja jam 6 pagi.
Kania sengaja awal berangkat kerja agar tidak terlambat, karena rumah Tante Meri yang cukup jauh dari kantornya.Kania juga harus menggunakan kendaraan umum, karena motor-nya selalu digunakan suami Tante Meri buat jualan.
"Aku pindah kerja, Tante!" jawab Kania pelan. Namun, suaranya masih dapat di dengar oleh Tante Meri.
"Kenapa kamu pindah? Pasti di pecat. Apa yang kamu lakukan sehingga pimpinan memecat kamu sebagai karyawan!" ucap Tante Meri dengan ketus.
Kania tinggal dan hidup bersama tante Meri sejak kedua orang tuanya meninggal di saat Kania masih duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama. Tante Meri selalu saja ketus dengannya.
"Pengurangan karyawan aja, Tante. Nanti aku juga wawancara lagi di perusahaan lain. Doakan saja aku diterima," ucap Kania.
Wanita itu menghidangkan sarapan di meja. Setelah itu masuk ke kamar. Tidak pernah Kania sarapan satu meja dengan keluarga tantenya. Kania akan sarapan setelah semua selesai dan masih ada sisa.
Tante Meri takut tidak di beri uang bulanan jika Kania berhenti kerja. Semenjak tamat SMA, Kania telah bekerja. Dia bekerja di sebuah kafe pada malam hari, dan kuliah di pagi hari. Di kafe itulah Kania mengenal Adit.
Kania menarik napas dalam jika mengingat Adit. Semua juga salahnya, kenapa mau saja terbujuk dengan rayuan Adit hingga sampai menyerahkan kesuciannya.
Ketika jam menunjukan pukul delapan, Kania pamit dengan tantenya.
"Jangan pulang jika belum dapat kerjaan. Kamu tahu'kan biaya hidup sekarang mahal. Kamu seharusnya menambah uang buat belanja Tante. Jika di tempat kerja ada yang kurang enak, dibetahin aja. Tidak mudah cari kerjaan di zaman seperti saat ini." Tante Meri mengomelin Kania.
"Ya, Tante. Aku akan mencari kerjaan hingga dapat. Tante jangan kuatir!" ucap Kania sebelum meninggalkan rumah.
***
Kania melakukan wawancara kerja dengan baik, dia diterima bekerja dan akan dimulai besok pagi. Kania bahagia karena dia tidak harus menganggur lebih lama.
Kania mampir di supermarket dan membeli bahan makanan buat Tante di rumah. Wanita itu tidak mengatakan mengenai uang pesangon yang di dapatnya, jika Tante Meri tahu, pasti akan di minta.
Kania pualng dengan segera karena sudah jam sembilan malam. Tadi dia mampir ke salah satu toko pakaian membeli baju untuk kerja.
Langit tampak mendung dikelilingi awan hitam. Sepertinya akan turun hujan. Kania mempercepat langkahnya menuju jalan pulang. Begitu Kania sampai di rumah Tantenya hujan turun dengan derasnya.
Kania mengetuk pintu rumah, beberapa kali diketuk tidak ada tanda orang yang akan membuka pintu. Kania mengetuk sambil memanggil nama tantenya. Tapi tidak ada sahutan dari dalam rumah.
Kania kembali mengetuk pintu. Terdengar suara langkah kaki mendekat. Saat pintu terbuka, tampak tante Meri berdiri.
"Tante, syukurlah akhirnya tante terbangun. Aku sudah sangat kedinginan. Bajuku basah kuyup. Aku mau ganti pakaian ini dulu," ucap Kania. Wanita itu berjalan menaiki tangga untuk masuk ke rumah. Namun langkahnya di tahan tante Meri.
"Ada apa, Tante? Kenapa menahanku. Apa salahku?" tanya Kania heran.
"Maaf, Kania. Mulai hari ini kamu tidak usah tinggal dengan Tante lagi!"
"Tapi kenapa, Tente? Apa yang salah dariku? Katakan saja biar aku bisa merubahnya," ucap Kania mulai ketakutan. Di mana lagi dia akan tinggal.
"Tante tak ingin terbawa sial jika kamu masih menetap di sini dengan, Tante!"
"Maksud Tante apa?" tanya Kania kaget. Bukannya wanita itu tidak mengerti jika dirinya di minta pergi dari rumah tante Meri. Apakah ini ada hubungan dengan videonya.
"Silakan kamu pergi dari rumah ini! Cari tempat lain saja buat kamu tinggal. Tante takut kebawa sial jika terus bersama dirimu. Tante malu punya ponakan seperti kamu, yang tidak tahu adat apalagi agama!."
"Kenapa Tante berkata begitu?" tanya Kania lagi. Sebenarnya dia mulai mengerti perkataan Tante-nya.
"Tidak peduli apa katamu. Tante tidak sudi lagi tinggal denganmu. Tunggu di sini!"
Tente Meri menutup dan mengunci pintu, takut Kania masuk. Wanita itu menangis sambil menahan dinginnya malam ini. Sepuluh menit kemudian pintu di buka kembali. Tante Meri tampak menjinjing dua tas besar berisikan pakaian Kania.
"Ini semua pakaianmu serta barang-barangmu. Tante tidak mau malu dan terbawa sial karena perbuatan kamu yang tidak tahu malu itu!" ucap Tante Meri dengan suara lantang.
"Maksud Tante apa?" tanya Kania masih pura-pura belum paham.
"Apa yang kamu pikirkan saat membuat video itu? Menjijikkan dan memalukan. Berbuat dosa tapi dengan bangganya videokan semua itu. Apa kamu tidak punya malu lagi? Kamu sudah melakukan hal tabu dan dosa besar, dengan bangganya menyebarkan semua itu. Tante malu dan jijik denganmu!"
"Tante, maafkan aku. Semua memang salahku. Tapi aku tidak bermaksud memalukan Tante, apa lagi sengaja menyebarkan itu semua," ucap Kania sambil menangis.
"Apa pun alasannya, kamu itu bodoh dan menjijikkan. Tante tak sudi hidup denganmu lagi!"
Tante Meri menutup pintu kembali dan menguncinya setelah meletakkan kedua tas itu dihadapan Kania. Wanita itu kembali mengetok pintu rumah tantenya.
"Tante, aku mohon jangan usir aku. Aku takut. Ini sudah larut malam. Aku juga kedinginan. Izinkan aku masuk, Tante."
Tente Meri yang berada di balik mengacuhkan teriakan dan tangisan Kania. Dia kembali ke kamar.
Kania akhirnya melangkahkan kakinya meninggalkan rumah kediaman tante Meri. Air hujan seolah ikut larut dalam kesedihan yang Kania rasakan.
"Air hujan, basahi tubuhku ini. Basuh luka hatiku. Aku ingin menangis dibawah derasnya air hujan, agar tidak ada yang tau bahwa aku lagi bersedih. Kutitipkan salam pada hujan. Tentang rindu yang tak berujung temu pada kedua orang tuaku. Hingga waktu tak kuasa untuk menunggu. Lewat hujan aku sematkan rindu dengan harapan mereka juga bisa merasakannya, Ayah, Ibu. Aku rindu dengan kalian.''
Kania meminta supir taksi mengantarkan ke sebuah penginapan. Setelah sampai di kamar Kania mengganti pakaiannya dengan yang bersih, dan mencoba memejamkan matanya. Beruntung dia masih memiliki uang simpanan.
Kulewati perjalanan ini, di mana aku hanya sendiri di malam hari, menghadang hujan yang tak juga kunjung berhenti, menangis pun tidak ada yang peduli. Namun, aku harus tetap fokus dengan hodupku. Aku sudah bosan mulai bosan menjadi penikmat hujanmu. Bisakah kali ini kau tuntun aku menuju altar pelangi, pelangi bahagiamu? Saat cinta tak memberi arti lagi, hanya memberikan luka yang menyayat hati, seolah seperti malam hari, di mana hujan badai tak kunjung berhenti, namun semua ini harus kuhadapi karena perjalanan hidup itu tidak akan pernah berhenti.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
Sri Puryani
cr kos" an dan cr kerja kania
2025-01-22
0
Lusiana_Oct13
Emg bodoh ngapain juga mau tinggal sama tante km jadi sapi perah bagus ngekos hidup sendiri hemat lg 😂 buat pelajaran kedepan nya jgn mau di bodohin buaya darat
2024-08-26
1
⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️
betul apa yg dibilang tante Meri, Kania ...
kamu emang b0d0h dan menjijikkan ...
mangkanya buruan tobat dan perbaiki diri, mulai lagi semua dari awal sbg orang yg "baru" ...
tante Meri ... biarpun tante merasa jijik ke Kania ... tp mbok ya pake hati nurani lah ..
tante bukan iblis, kan ?
setega itu sama ponakan ... udah malem dan hujan pulak ...
biarin donk Kania istirahat dulu ... dan besok baru dia pergi ..
toh selama ini Kania juga banyak bantu keuangan tante, kan ? tante juga musti sadar diri ...
2023-03-10
0