Sang mentari telah hadir di cakrawala timur setelah sang dewi malam terlelap di balik awan. Sinarnya menghangatkan semua insan setelah berperang melawan dinginnya angin malam. Semua aktivitas pun telah dimulai, mereka pergi ke tempat tujuan masing-masing.
Dua hari sejak Fina meminta izin pulang telah berlalu begitu saja. Setelah melewati proses yang cukup rumit dengan Elza, pada akhirnya gadis cantik itu terpaksa membawa Elza pulang ke Mojokerto. Semua ini dilakukan karena tidak ada pilihan lain. Benny sendiri sampai kehabisan akal untuk membujuk anaknya. Duda tampan itu berat hati untuk melepaskan putranya pergi bersama Fina ke Mojokerto. Selain takut merepotkan keluarga Fina di sana, Benny pun takut terjadi sesuatu kepada putranya, mengingat bagaimana tingkah Elza selama ini.
"Kamu yakin bisa menjaga Elza di sana, Fin?" tanya Benny sebelum mereka berangkat menuju kota kecil di Jawa timur itu. Benny sendiri yang akan mengantar Fina pulang demi memastikan keselamatan putranya.
"Insyaallah saya bisa menjaga Elza, Pak," ucap Fina seraya menatap Benny yang duduk di kursi kemudi.
"Ayo Papa kita belangkat!" Sepertinya Elza sudah tidak sabar berangkat menuju Mojokerto. Bocah kecil itu terlihat antusias setelah tahu dirinya akan berada di kota kelahiran Fina selama satu minggu lamanya.
"Elza janji sama Papa dulu, jika ikut Mbak Fina gak bakal nakal dan merepotkan Mbak Fina sekeluarga." Benny menatap Elza yang duduk di kursi depan yang ada di sampingya dengan intens.
"Janji. Aku gak nakal," ucap Elza sambil menggeleng beberapa kali.
Gurat-gurat kebahagian terlihat jelas di wajah cantik Fina, karena setelah ini dia akan melepas rindu bersama Badiah dan Nisa yang kebetulan pulang dari pondok karena libur semester. Selama ini Fina hanya bisa menatap wajah ibunya saat video call saja. Meski cara ini menjadi jalan alternatif untuk melepas rindu sementara, tetapi akan sangat berbeda jika bisa bertemu langsung dan menghabiskan waktu bersama.
Perjalanan panjang itu akhirnya dimulai. Pajero hitam yang dikendarai Benny melesat di tengah kota, membelah jalanan padat menuju pintu gerbang tol Surabaya-Mojokerto. Selama dalam perjalanan itu, Elza tak henti berbicara dengan dengan Fina. Tentu hal ini membuat Benny terkejut, karena yang dia tahu selama ini, Elza lebih banyak diam dan tidak peduli dengan apa yang ada di sekitarnya.
"Fin, kamu sudah meminta izin kepada orang tua mu kan kalau Elza ikut bersamamu?" tanya Benny sambil menatap Fina lewat kaca spion dalam.
"Sudah, Pak. Ibu tidak mempermasalahkan hal itu, yang penting saya bisa pulang," jawab Fina.
"Mbak Fina aku mau bobok!" ujar Elza setelah mengalihkan pandangannya ke belakang.
"Ya udah Elza pindah di belakang. Ini botol susunya udah Mbak siapkan." Fina menunjukkan botol susu kesayangan Elza.
"Gak! Jangan Elza yang pindah ke bekakang. Lebih baik kamu yang pindah ke depan, Fin!" sergah Benny, "kalau Elza di belakang bersamamu, aku seperti sopir dong. Kamu aja deh yang pindah ke depan sama Elza," jelas Benny seraya menatap Fina lewat kaca spion dalam.
"Tapi ini kan di jalan tol, Pak. Memang bisa ya Bapak berhenti?" tanya Fina dengan polosnya.
"Kita berhenti di depan, lebih baik kamu siap-siap di dekat pintu dan setelah aku berhenti, kamu langsung gerak cepat pindah ke depan," jelas Benny ketika menemukan spot yang tepat untuknya berhenti karena rest area masih jauh.
Benar saja beberapa menit kemudian, Benny menghentikan mobilnya di bahu jalan dan Fina harus bergerak cepat pindah ke depan. Setelah drama tersebut berlangsung, Benny kembali melajukan mobilnya. Fina sendiri masih sibuk mengatur posisinya dengan Elza.
"Ya ampun ternyata anakku seribet itu jika bersama Fina. Kenapa dia menjadi manja begitu sebelum tidur. Biasanya juga gak pernah seperti itu. Ada-ada saja si Elza," batin Benny ketika sempat menengok ke samping, "Haah, tapi wajar sih jika dia merindukan kasih sayang dari seorang ibu, sejak Nurma meninggal dia hanya mendapatkan kasih sayang dariku. Dia dipaksa mandiri di usia dini oleh keadaan. Buru-buru menikah pun bukan solusi yang tepat," lanjut nya dengan pandangan mata fokus ke depan.
Setelah menempuh perjalanan selama kurang lebih dua jam, pada akhirnya mobil yang dikendarai Benny sampai di Mojokerto. Mobil Pajero hitam itu telah sampai di kampung tempat tinggal Fina selama ini.
"Rumahmu di sebelah mana, Fin?" tanya Benny.
"Itu yang ada di ujung, Pak. Sebelah kiri yang halaman rumahnya luas," tunjuk Fina pada salah satu rumah sederhana yang terlihat cukup asri itu.
Mobil putih itu akhirnya berhenti di halaman rumah yang cukup luas dengan beberapa tanaman pohon mangga di sana. Fina masih berdiam diri di dalam mobil karena bingung bagaimana caranya turun sedangkan Elza masih terlelap di atas pangkuannya.
"Tunggu sebentar, aku akan mengangkat Elza biar kamu bisa keluar," ucap Benny setelah menatap Fina yang masih duduk di tempatnya.
Duda tampan asli Surabaya itu segera keluar dari mobilnya. Tentu kehadirannya di sana berhasil menarik perhatian beberapa tetangga Fina yang duduk santai di teras rumah masing-masing. Maklum saja, hari ini adalah hari minggu, jadi banyak warga yang sedang libur dari aktivitasnya.
"Elza, Elza gak bangun kah? Kita sudah sampai di rumah Mbak Fina," ucap Benny saat mengangkat tubuh putranya dari pangkuan Fina. Sementara sang empu hanya mengeliatkan tubuh tanpa membuka kelopak mata. Sepertinya ini adalah efek begadang tadi malam karena Elza tidak bisa tidur setelah tahu jika pagi ini akan berangkat ke Mojokerto .
Setelah Fina keluar dari mobil putih itu, kedatangannya disambut Badiah dengan suka cita. Ibu dua anak itu sampai meneteskan air mata karena pada akhirnya dia bisa bertemu putrinya setelah enam bulan lebih tidak bertemu.
"Assalamualaikum." Suara Bariton Benny terdengar di sana saat berhadapan dengan Badiah.
"Waalaikumsalam, mari silahkan masuk, Pak," sambut Badiah dengan ramah.
Sebelum masuk ke dalam rumah, Fina mengeluarkan dua tas besar yang berisi barang-barang miliknya dan Elza dari mobil. Lantas, gadis cantik itu mengikuti langkah Benny yang sudah sampai di teras rumah. Mereka akhirnya duduk bersama di ruang tamu. Suasana asri yang ada di sana membuat Benny merasa nyaman.
"El, Elza ... bangun dulu yuk! Kita sudah sampai." Kali ini Fina mencoba membangunkan bocah kecil itu.
Elza mengerjap pelan setelah mendengar suara lembut pengasuhnya. Dia tersenyum tipis setelah melihat wajah cantik Fina ketika dia bangun dari tidur panjangnya, "kita sudah sampai?" Elza menatap Fina penuh arti.
"Iya. Elza sudah sampai di rumahnya Mbak Fina. Salim dulu yuk sama ibuhya Mbak Fina," gumam gadis cantik itu sambil mengusap pipi Elza beberapa kali.
Badiah menyambut kedatangan bocah laki-laki itu dengan senyum yang sangat manis. Sorot matanya terlihat penuh kasih dan sayang. Setelah Elza melakukan seperti yang sudah diperintahkan Fina, dia duduk di samping Benny. Obrolan ringan berlangsung di ruang tamu tak seberapa luas itu. Benny pun meminta maaf karena putranya sudah merepotkan Fina. Hingga beberapa puluh menit kemudian, duda tampan itu pamit kembali ke Surabaya.
"Fin, aku titip uang saku Elza selama berada di sini dan ini ada bonus untukmu. Jika Elza meminta sesuatu belikan saja, nanti jika uangnya kurang aku transfer ke rekeningmu," ucap Benny saat menyerahkan sepuluh lembar pecahan seratus ribu untuk Elza dan sepuluh lembar yang sama untuk Fina.
...🌹To Be Continue 🌹...
...🌷🌷🌷🌷🌷🌷...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 202 Episodes
Comments
Firman Firman
lnjut 💪💪 semngat fina
2024-07-04
3
Yani
Elza ikut pulang ksmpung mba Fina ya
2023-10-18
2
susi 2020
🥰🥰
2023-09-06
1