Beberapa bulan kemudian,
"Elza! Ayo cepat!" setengah berteriak Fina berjalan ke kamar mandi untuk menghampiri Elza yang sedang berendam air hangat di sana.
Gadis berparas cantik itu tertegun setelah melihat keadaan anak asuhnya. Elza tertidur pulas dalam keadaan berendam di dalam bak berwarna hijau itu. Dia bersandar di dinding kamar mandi dengan bibir yang terbuka lebar.
"Astagfirullah." Fina bergumam lirih saat melihat hal itu. Dia segera masuk ke dalam kamar mandi dan membangunkan Elza, "El, bangun! Ayo cepat mandi! Kita nanti bisa terlambat!" ujar Fina sambil menepuk pipi Elza beberapa kali.
"Aku masih ngantuk!" jawabnya tanpa membuka kelopak mata.
"Nanti bobok lagi kalau udah pulang sekolah, El. Hari ini kan Elza masuk sekolah baru. Masa terlambat." Fina berusaha membujuk anak asuhnya itu.
Setelah satu tahun sekolah di pos-PAUD, akhirnya sesi pembelajaran itu telah selesai. Guru pengajar di lembaga tersebut menyarankan agar Elza langsung masuk sekolah di TK saja tanpa harus sekolah di PAUD, karena kemampuan yang dimiliki Elza di atas rata-rata temannya. Dia sudah bisa menghafal banyak hal yang seharusnya belum bisa dilakukan oleh anak seusianya.
Tiga hari yang lalu Elza baru saja merayakan ulang tahun yang keempat. Ulang tahun tersebut dirayakan secara sederhana di rumah, karena Elza sendiri tidak memiliki banyak teman. Hanya keluarga dan beberapa orang terdekat saja yang diundang. Tak lupa kekasih baru Benny pun ikut hadir di sana.
Hubungan Poppy dan Benny telah kandas di tengah jalan semenjak kejadian, di mana Poppy ikut menjemput Elza dan Fina di Mojokerto. Kala itu Elza duduk di depan bersama Poppy, entah sengaja atau tidak, Elza muntah-muntah di atas pangkuan kekasih ayahnya itu. Mungkin, setelah melihat bagaimana sikap Elza kepadanya dan karena tidak siap jika memiliki anak seperti Elza, akhirnya Poppy mengakhiri hubungan tersebut. Tentu sebagai seorang pria mapan, Benny dengan mudah mendapatkan pengganti Poppy dalam hidupnya.
"Kalau Elza gak mau bangun, Mbak Fina mau pulang. Biar Mbak Dewi saja yang merawat Elza." Fina berdiri dari tempatnya dan setelah itu dia melangkah kaki keluar dari kamar mandi.
"Mbak Fina! Aku udah bangun!" teriak Elza ketika tahu Fina keluar dari kamar mandi.
Kegiatan pagi sebelum berangkat ke sekolah itu pun akhirnya dimulai. Menjadi pengasuh Elza selama satu tahun ini telah membuat Fina menjadi cekatan dalam merawat bocah kecil itu. Hubungan di antara keduanya pun semakin dekat, apalagi setiap malam Elza selalu tidur bersama Fina. Sesekali Fina yang pindah ke kamar Elza di saat bocah kecil itu merengek ingin tidur bersama mainan di kamarnya.
"Sekarang Elza temui papa di kamar, terus pamit jika mau berangkat ke sekolah," ucap Fina setelah penampilan Elza rapi dan selesai sarapan.
"Tapi kenapa aku pakai baju ini? Kenapa beda sama yang biasanya?" cecar Elza setelah melihat seragam sekolah yang melekat di tubuhnya.
"Loh, Elza kan udah naik kelas. Nanti sekolahnya pindah ke TK yang ada di dekat rumahnya uti. Nanti bu gurunya juga ganti, terus Elza nanti juga punya teman baru. Tapi ... ingat ya, Elza gak boleh—" Fina menghentikan penjelasannya ketika Elza menginterupsi.
"Gak boleh mukul, gelut dan nakal." ujar bocah kecil itu sambil menirukan gaya Fina jika sedang memberikan pengertian kepadanya.
"Nah, itu pintar!" Fina mengacungkan jempolnya kepada Elza, "udah sekarang temui papa dulu. Jangan lupa pamit dan salim sama Papa," ucap Fina sambil menunjuk kamar Benny yang masih tertutup.
Tanpa banyak protes, bocah kecil itu segera melakukan apa yang diperintahkan oleh Fina. Beberapa kali Elza mengetuk kamar tersebut hingga sang empu membukakan pintu. Elza pun masuk ke dalam kamar untuk sekadar pamit kepada ayahnya. Cara ini memang ditanamkan Fina sejak awal Elza sekolah, karena jika tidak dibiasakan untuk melakukan hal-hal kecil seperti ini, maka Elza tidak akan terbiasa pamit kepada orang tuanya sebelum pergi.
"Aku dapat uang saku dari papa!" ujar Elza setelah keluar dari kamar ayahnya sambil membawa selembar uang berwarna hijau, "aku juga udah bilang makasih!" ucap Elza sebelum Fina menanyakan tentang hal itu.
Fina hanya tersenyum manis setelah mendengar ucapan Elza. Mereka akhirnya segera berangkat ke sekolah baru di tahun ajaran baru ini. Mungkin, di tempat baru Elza akan mendapatkan teman yang lebih baik dari pada di tempat sebelumnya, karena bocah kecil itu cukup terkendali setelah berlatih bersamanya tentang hal dasar dalam pencak silat.
Setelah menghabiskan waktu selama delapan menit perjalanan menuju sekolah baru Elza, motor yang dikendarai Fina telah sampai di halaman luas sekolah favorit yang ada di kawasan tersebut. Mereka pun melangkah menuju ruang kelas untuk TK A yang akan ditempati Elza nanti.
Rupanya guru kelas untuk Elza sudah menunggu kehadiran anak didik baru di depan kelas. Sebagai tenaga pendidik untuk anak-anak tentu guru tersebut menyambut kehadiran calon anak didiknya dengan suka cita dan ramah. Semua orang tua tidak diperkenankan untuk ikut masuk ke dalam kelas, jika ingin melihat bagaimana anak-anak melakukan pembelajaran bisa melihat lewat jendela kelas.
Beberapa menit kemudian kelas pun akhirnya dimulai. Hari pertama masuk sekolah tentu akan diisi dengan sesi pengenalan antara guru dan murid. Satu persatu siswa yang ada di dalam kelas itupun ditunjuk untuk maju ke depan hingga sampai pada giliran Elza. Bocah berusia empat tahun itu maju ke depan tanpa rasa takut ataupun gugup.
Fina tersenyum manis ketika melihat bagaimana interaksi diantara Elza dan gurunya. Dia menjawab setiap pertanyaan yang diajukan gurunya dengan antusias. Hingga ada satu pertanyaan yang membuat Fina menjadi gugup, karena takut Elza salah menjawab.
"Siapa nama papa dan mama nya Elza?" tanya guru tersebut sambil menatap Elza.
"Papa Elza namanya Benny," jawab Elza dengan jelas.
"Kalau mama namanya siapa?" tanya guru tersebut, "ah kalau Elza tidak tahu mama kalau begitu siapa nama bunda nya Elza?" Guru tersebut mengganti pertanyaannya, tetapi Elza masih diam saja. Bola matanya bergerak ke kiri dan ke kanan seperti sedang mencari jawaban.
"Mama atau Bunda adalah wanita yang merawat Elza di rumah. Mama atau Bunda biasanya tidur bersama Elza, yang biasa menyiapkan makan dan membantu Elza segalanya jika di rumah," jelas guru tersebut dengan telaten.
"Oh itu." Elza seperti sudah menemukan jawaban atas pertanyaan tersebut.
"Siapa nama mamanya Elza?" tanya guru tersebut sekali lagi.
"Fina Imaniyah," jawab Elza dengan tegas, "jadi aku harus memanggil orang yang merawatku dengan mama ya, Bu Guru?" tanya Elza seraya menatap guru tersebut.
"Terserah Elza saja. Bisa ibu, mama, bunda ataupun mami." Guru tersebut memberikan pengertian kepada Elza.
Interaksi di antara Elza dan gurunya berhasil membuat Fina harus menepuk keningnya. Sudah bisa dipastikan jika setelah ini dia harus memberikan penjelasan panjang kepada Elza, karena bocah kecil itu pasti akan menanyakan kejelasan tentang apa yang diucapkan oleh gurunya.
"Aku harus bagaimana jika Elza bertanya tentang nama ibunya. Padahal selama ini pak Ben menyuruhku untuk tidak membahas masalah itu sampai dia sendiri yang menjelaskan kepada Elza. Dasar bapak keterlaluan, masa nama istrinya dirahasiakan dari anak sendiri," gerutu Fina dalam hati karena hal ini.
...🌹To Be Continue 🌹...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 202 Episodes
Comments
Sri Wahyuni
novel ini beda, kirain pak duda seperti kebanyakan di novel lain yg gk bisa move on dr mantan atau mendiang istrinya. ternyata ceritanya sprti di kehidupan nyata, nganter sekolah pake motor. gk yg selalu naik mobil pake supir dan pdngawal, suka deh.../Heart//Heart/
2024-10-03
1
Firman Firman
dasar papa Eza mng GK pernah memikirkan perasaan anaknya
2024-07-04
5
Yani
Papa ga peka
2023-10-18
0