Malam telah berlalu semenjak adzan subuh berkumandang. Detik demi detik telah berlalu begitu saja hingga warna gelap perlahan pudar. Siluet kuning mulai muncul di cakrawala timur, pertanda sang mentari telah bersiap melakukan tugasnya.
"Kok masih sepi ya," gumam Fina setelah keluar dari kamarnya. Tanda-tanda keberadaan Dewi pun tidak ada di dapur padahal saat ini penunjuk waktu sudah berada di angka lima, "apa mungkin belum ada yang bangun?" Fina celingukan mencari keberadaan penghuni rumah ini. Dia bingung harus melakukan kegiatan apa.
Fina heran saja karena di sini sangat berbeda dengan di kampungnya yang ada di Mojokerto. Semua orang pasti akan melakukan aktifitas setelah subuh. Entah itu belanja di kang sayur, masak ataupun berangkat ke sawah, tetapi di rumah ini belum ada aktifitas apapun.
"Lebih baik aku ke depan saja," gumamnya sambil berjalan melewati dapur, ruang keluarga hingga sampai di ruang tamu. Namun, langkah kaki wanita berhijab itu terhenti di pintu penghubung ruang keluarga dan ruang tamu ketika mendengar suara kunci terputar.
"Mbak Dewi," gumam Fina setelah melihat siapa yang baru saja membuka pintu berwarna putih itu, "dari mana, Mbak?" tanya Fina setelah Dewi menutup pintu kembali.
"Oalah, ini tadi aku mengantar pengasuh yang kemarin itu ke terminal, terus mampir ke pasar belanja bahan makanan, Fin," jawab Dewi sambil menunjukkan tas kain berisi bahan makanan.
"Mau aku bantu masak, Mbak? Soalnya aku bingung harus ngapain," tawar Fina saat berjalan beriringan dengan Dewi menuju ke dapur.
"Lebih baik kamu persiapkan keperluan Elza saja, biasanya dia sudah bangun kok jam segini, pasti lagi main hape di kamarnya." Dewi menolak tawaran dari Fina, "lagi pula aku kalau masak gak pernah banyak, Fin. Pak Ben kadang juga jarang sarapan di rumah," gumam Dewi sambil mengeluarkan barang belanjaan dari tas kain.
"Loh memang bu Ani tidak tinggal di sini, Mbak?" tanya Fina.
"Tidak lah. Rumahnya bu Ani itu ada di komplek sebelah. Ibu tinggal sama adiknya pak Ben," jawab Dewi tanpa menatap Fina, "susunya Elza ada di rak atas baris kedua barangkali kamu mencarinya," ucap Dewi sambil menunjuk rak yang dimaksud.
Tanpa bertanya lagi, Fina segera membuka rak tersebut. Dia mengeluarkan kaleng susu berwarna putih itu dan segera membuatkan susu untuk Elza. Untuk masalah seperti ini tentu Fina berpengalaman, karena dulu saat di pesantren dia sering membantu kegiatan di 'ndalem' atau di rumah Kyainya.
"Mbak, aku ke atas dulu ya," pamit Fina setelah beberapa menit berkutat di dapur untuk membuat susu.
Setelah melewati beberapa undakan anak tangga menuju lantai dua, Fina akhirnya sampai di depan kamar Elza. Sebelum masuk, Fina mengetuk pintu kamar tersebut dan akhirnya dibuka dengan pelan. Gadis cantik itu takut jika Elza masih tidur.
"Wah, anak ganteng sudah bangun ternyata," gumam Fina dengan diiringi senyum yang manis, "selamat pagi, Elza," sapa Fina setelah berdiri di sisi tempat tidur bocah tersebut.
Elza tak menghiraukan kehadiran dan sapaan Fina. Tentu dia sudah asyik dengan ponselnya, tanpa pergi ke kamar mandi terlebih dahulu. Ya, tidak mungkin bukan anak-anak seumuran Elza pergi ke kamar mandi sendiri lalu mencuci muka. Pasti peran orang dewasa dibutuhkan untuk membentuk karakter dan sikap anak-anak seusianya. Mungkin, ini adalah tugas Fina untuk memperbaiki kekacauan pada diri putra semata wayang Benny itu.
"Kemarin malam katanya Elza mau belajar jurus baru kan? Jadi gak nih?" Fina berusaha mengalihkan perhatian bocah kecil itu.
"Yes!" Hanya itu saja yang menjadi jawaban Elza.
"Kalau begitu kita ke kamar mandi dulu yuk! Elza harus cakep dulu dong kalau mau gelut," bujuk Fina agar Elza meletakkan ponselnya dan mengikuti ajakannya, "kita mandi dulu yuk! Biar harum." Fina mengulurkan tangannya sambil tersenyum manis.
Ternyata sikap manis dan lembut Fina berhasil membuat bocah kecil itu meletakkan ponsel dan mengikuti ajakan Fina. Dia berjalan keluar dari kamar dengan tangan kanan digandeng oleh Fina. Mereka berjalan menuju kamar mandi yang ada di lantai dua karena kamar pribadi Elza tidak dilengkapi kamar mandi dalam.
"Elza duduk sini dulu, biar Mbak Fina mengisi bak mandi Elza dengan air hangat. Oke?" ucap Fina setelah mengangkat Elza ke atas closet yang tertutup dan setelah itu, dia mengambil bak mandi yang ada di sudut kamar mandi.
Hampir tiga puluh menit mereka berdua berada di dalam kamar mandi dengan segala keribetan yang terjadi. Beberapa kali Fina mengela napas yang berat saat menghadapi tingkah laku Elza. Kini, drama di dalam kamar mandi itu telah usai dan penampilan Elza pun sudah rapi.
"Wah, susunya sudah habis ternyata, kita ke bawah yuk! Elza makan dulu terus main di depan," ajak Fina setelah menerima botol kosong dari Elza.
"Hape mana?" Elza menanyakan benda canggih yang tidak pernah terpisah darinya. Fina sudah menyembunyikan dua ponsel canggih milik Elza di tempat yang aman.
"Emmm ... mungkin hapenya masih diambil tikus kali, kita cari dibawah yuk! Siapa tahu ketemu," bujuk Fina sambil menatap Elza penuh arti.
"Hape! Aku mau hape!" teriak Elza sambil menghentakkan kakinya beberapa kali di lantai.
"Iya Mbak Fani tahu. Yuk kita cari hapenya!" Fina masih berusaha untuk mengalihkan perhatian Elza meski misi ini cukup sulit.
"Bohong! Di mana hapenya! Di mana?" Elza masih keukeh dengan permintaannya.
"Elza Sayang, kita jadi gelut gak?" Senjata andalan Fina akhirnya keluar juga.
"Eits! Tunggu dulu!" Fina menahan tangan Elza yang sudah menyentuh tangannya, "kita harus makan dulu sebelum itu, nanti kalau Elza lapar kan bisa kalah kalau gelut," ujar Fina.
Tanpa banyak bicara, bocah laki-laki itu segera berlari keluar dari kamarnya. Tentu hal ini berhasil membuat Fina gelagapan. Dia harus mengejar Elza saat menuruni anak tangga di rumah itu. Fina khawatir jika Elza terpeleset dan terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.
"Elza! Tunggu!" teriak Fina sambil menapaki satu persatu anak tangga tersebut dengan hati-hati. Dia melihat Elza berlari menuju ruang makan dan ...
Pyaar!
Fina memejamkan mata setelah mendengar bunyi keras di ruang makan. Sudah bisa dipastikan jika itu adalah suara gelas yang dibanting ke lantai. Fina segera menangkap tangan Elza saat bocah kecil itu berusaha menarik piring yang ada di tepi meja makan.
"Jangan, El!" sergah Fina sambil mengangkat tubuh Elza ke dalam gendongannya, "kenapa Elza begini?" tanya Fina dengan napas terengah-engah.
"Lebih baik kamu bawa El menjauh dari sini, Fin. Biar aku yang membersihkan. Memang hal-hal seperti ini sering terjadi, kamu jangan heran. Kalau sudah seperti ini, biasanya dia menginginkan sesuatu," jelas Dewi sambil menatap Fina. Entah sudah berapa lusin barang-barang pecah belah yang sudah dihancurkan oleh Elza.
"Aku mau makan biar kuat!" ujar Elza sambil menatap Fina.
Fina tertegun setelah mendengar permintaan Elza. Ternyata merawat Elza tidak semudah merawat anak-anak Kyai yang dulu pernah dia jaga saat di pesantren. Sepertinya Fina harus lebih sering belajar tentang dunia anak-anak agar tidak salah dalam mengasuh Elza. Tentunya Fina lah yang bertanggung jawab membentuk karakter Elza karena saat ini dialah pengasuhnya.
"Aku mau digendong. Aku gak mau tulun!" Elza mengeratkan tangannya di leher Fina ketika gadis cantik itu akan menurunkannya di sana, "makan sambil gendong!" ujarnya lagi hingga membuat Dewi terkejut karena yang dia ketahui selama ini Elza bukanlah anak manja.
...🌹To Be Continue 🌹...
...Fina yang jadi pengasuh tapi othor yang ngelus dada ngebayangin jadi pengasuh Elza....
...🌷🌷🌷🌷...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 202 Episodes
Comments
🗿
Hadeuh...
ada yg pengen diperhatiin nih.
2024-10-04
1
Firman Firman
ha ha mntab 🤗
2024-07-04
2
Putri Minwa
mantap
2024-01-01
3