Hari terus berganti karena pengaruh waktu. Dua hari telah berlalu begitu saja, meninggalkan kenangan yang ada. Hari ini adalah keberangkatan Fina ke Surabaya. Sejak pagi buta dia sudah berangkat dari Mojokerto menuju Surabaya dengan memilih kereta api sebagai transportasi nya. Kereta yang ditumpangi Fina sampai di stasiun tepat pukul delapan pagi. Ini adalah pengalaman pertama bagi Fina, berada di kota besar seorang diri dengan berbekal alamat pemberian dari Mega.
Drama kesedihan yang diperankan Badiah berlangsung sejak kemarin. Wanita yang menyandang status janda itu sebenarnya tidak rela melihat putrinya menjadi seorang pengasuh. akan tetapi bujuk rayu yang diucapkan Fina telah berhasil meluluhkan hati wanita itu. Dia hanya bisa membekali Fina dengan doa dan ridho darinya, serta beberapa lembar rupiah hasil pinjaman dari tetangga untuk ongkos keberangkatan Fina.
"Mbak, sudah sampai di alamat sesuai yang ada di aplikasi," ucap driver ojek online yang dipesan oleh Fina.
"Bapak yakin ini rumahnya?" tanya Fina sambil menunjuk rumah yang cukup besar di komplek elit yang ada di kawasan Surabaya barat itu.
"Iya, Mbak. Ini sesuai dengan alamat yang Mbak maksud," ucap driver ojek online itu.
Fina membuka tas ranselnya untuk mengambil selembar rupiah berwarna hijau yang akan dibayarkan kepada driver tersebut, "terima kasih, Pak," ucap Fina setelah menyerahkan uang pembayaran sesuai yang ada di aplikasi.
Awalnya Fina ragu untuk menekan bel yang ada di pagar depan. Namun, setelah beberapa menit meyakinkan diri jika tidak salah alamat, pada akhirnya gadis berhijab itu menekan bel yang ada di sana beberapa kali. Ada seorang wanita yang keluar dari rumah tersebut dan buru-buru membukakan pagar besi tersebut.
"Mau cari siapa ya, Mbak?" tanya wanita yang tak lain adalah asisten rumah tangga yang bekerja di rumah tersebut. Dewi.
"Apa benar ini kediaman bapak Benny Chandra Suherman?" tanya Fina dengan tutur kata yang sopan dan lembut.
"Iya benar. Ini dengan Mbak Fina dari Mojokerto itu ya?" tebak Dewi setelah mengamati Fina dari ujung rambut hingga ujung kaki, "mari masuk, sudah ditunggu ibu di dalam," ajak Dewi sambil menggeser tubuhnya untuk memberi jalan kepada Fina.
Fina mengedarkan pandangan ke sekeliling teras rumah tersebut. Tak lupa dia melepas sepatunya sebelum menginjakkan kaki di teras rumah yang nampak sangat bersih itu, "Mbak, ini sepatu saya ditaruh di mana? Apa boleh diletakkan di sini?" tanya Fina setelah melepas sepatunya.
"Loh tidak usah dilepas, Mbak. Dipakai saja," ucap Dewi seraya menatap Fina.
"Saya lepas saja, Mbak." Fina tersenyum tipis sambil mengangguk pelan.
Dewi pun menunjukkan rak yang biasa dipakai menyimpan alas kaki di sisi kanan teras. Setelah itu Dewi membawa Fina ke dalam rumah untuk menghadap ibu dari Benny, karena pria tersebut sedang pergi ke tempat kerjanya.
"Silahkan duduk," ucap Dewi setelah sampai di ruang keluarga. Dia menunjuk sofa tunggal yang ada di sana, "ibu mungkin masih di atas bersama Elza," ucap Dewi sambil menunjuk ke atas.
"Iya, Mbak." Fina tersenyum manis saat menanggapi ucapan Dewi.
Setelah menunggu selama beberapa menit, pada akhirnya ada seorang wanita paruh baya berjalan ke tempat Fina berada. Wanita dengan penampilan cukup anggun tanpa memakai jilbab itupun akhirnya tiba di ruang keluarga. Wanita yang biasa dipanggil dengan nama Bu Ani itu duduk tak jauh tempat Fina berada.
"Siapa namamu?" tanya bu Ani seraya menatap wajah cantik Fina.
"Nama saya Fina, Bu," jawab Fina dengan suara yang terdengar lirih.
"Kamu yakin ingin bekerja sebagai pengasuh cucu saya? Karena yang saya lihat kamu masih sangat muda," tanya bu Ani sambil mengamati Fina.
"Yakin, Bu. Saya akan berusaha keras untuk mengasuh cucu ibu dengan baik. Saya membutuhkan pekerjaan ini, Bu," ucap Fina seraya menatap bu Ani.
"Baiklah. Saya harap kamu betah tinggal di sini. Cucu saya cukup aktif, jadi saya harap kamu lebih bersabar. Kamu bisa mulai kerja hari ini dan nanti akan ada yang menjelaskan bagaimana pekerjaanmu. Kamu bisa belajar ke pengasuh lama sebelum dia pulang besok pagi," ucap bu Ani dengan sikap yang tegas. Pasalnya wanita paruh baya itu sudah lelah harus bergonta-ganti pengasuh, "soal gaji nanti kamu akan diberitahu oleh putra saya sendiri. Mari ikut saya ke atas, akan saya tunjukkan di mana kamar Elza." Bu Ani beranjak dari tempatnya.
Fina meletakkan tas ranselnya di lantai dan setelah itu dia mengikuti langkah bu Ani menapaki satu persatu anak tangga menuju lantai dua. Fina pun masuk ke dalam kamar yang ditempati Elza setelah bu Ani membukakan pintu.
"Elza Sayang," sapa bu Ani saat menghampiri cucunya yang sedang asyik dengan ponsel di tangannya, "coba lihat siapa yang datang," ucap bu Ani sambil merebut ponsel yang ada di tangan Elza.
"Uti!" teriak bocah berusia tiga tahun itu sambil menatap bu Ani dengan tatapan tak suka.
"Nanti Uti kembalikan ponselnya. Sekarang lihat dulu siapa yang datang." Bu Ani menunjuk Fina yang sedang berdiri di dekat pintu.
Fina tersenyum manis ketika tatapan matanya beradu pandang dengan Elza. Senyum ramah dan wajah kalem Fina berhasil membuat tatapan bocah berusia tiga tahun itu terpaku padanya.
"Dia namanya Mbak Fina. Setelah ini Elza dirawat Mbak Fina ya. Kalau main juga sama Mbak Fina, oke?" Bu Ani memberikan penjelasan singkat kepada cucunya itu.
"Hallo Elza ... Sekarang kita tos dulu yuk! Mulai sekarang kita berteman." Fina semakin mendekat ke tempat Elza sambil mengangkat telapak tangannya. Dia mencoba untuk mendekati bocah yang akan diasuhnya beberapa waktu ke depan.
Elza pun beranjak dari tempatnya. Dia mendekat ke tempat Fina berada saat ini untuk membalas 'tos' dari Fina. Namun, tanpa diduga sebelumnya, Elza justru mengeluarkan pukulan andalannya ke telapak tangan Fina.
Tentu sebagai seorang yang biasa berlatih bela diri, Fina reflek menjauh dan segera mengambil posisi kuda-kuda ketika mendapat serangan mendadak dari Elza. Bocah kecil itu pun semakin antusias ketika melihat aksi Fina seperti video yang sering kali dia tonton di entup.
"Gelot a!" tantang Elza dengan bahasa yang kurang jelas. 'Gelot' adalah bahasa jawa yang biasa dipakai untuk menantang bertengkar kepada lawan.
"Elza! Tidak boleh seperti itu! Astaghfirullah!" Bu Ani mengelus dada ketika melihat sikap cucunya, "Fin, maafkan sikap Elza, ya." Bu Ani terlihat tidak enak hati kepada Fina.
"Tidak masalah, Bu. Memang anak kecil seperti itu, Bu," Fina tersenyum manis sambil menatap bu Ani. Dia kembali ke posisi awal.
Wanita paruh baya itu segera mengembalikan ponsel milik Elza agar adegan kekerasan itu tidak terjadi lagi. Beliau takut saja jika Fina mendadak kabur seperti pengasuh-pengasuh sebelumnya ketika tahu bagaimana Elza yang sebenarnya.
"Sebaiknya kita bicara diluar saja. Biarkan Elza di sini sendiri," ajak bu Ani seraya berdiri dari tempatnya, "akan saya tunjukkan di mana kamarmu dan kamu akan bertemu dengan pengasuh lama Elza di belakang," ujar bu Ani setelah keluar dari kamar Elza.
...🌹To Be Continue 🌹...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 202 Episodes
Comments
Firman Firman
gak lama lagi ank itu akn mnjadi kerupuk yg di siram air dia akn mnjadi jinak ditangan Fina😄🤭
2024-07-04
4
Diah Susanti
untung si fina pendekar
2024-05-07
1
Yani
Fina pasti bisa
2023-10-17
1