Waktu telah berlalu dengan membawa setiap mimpi dari semua insan. Kenangan akan terukir dalam diri setelah waktu membuat hari berganti. Entah itu kenangan manis atau justru kenangan pahit seperti kopi tanpa gula. Tiga hari sejak pembahasan serius di malam itu telah berlalu begitu saja. Fina pun tidak mau ambil pusing dengan pendapat Benny yang tidak masuk akal baginya. Menyembunyikan identitas istrinya tanpa alasan yang jelas. Sebagai pengasuh tentu Fina tahu batasan porsinya untuk ikut campur dalam hal itu. Sebisa mungkin dia mengalihkan perhatian Elza dari seputar pembahasan tentang 'ibu'.
Seperti pagi ini, setelah kemarin sore membuat janji via telepon bersama pelatih padepokan pusat di Surabaya, akhirnya Fina dan Elza akan bertemu dengan pelatih itu di sanggar latihan sesuai dengan kesepakatan bersama. Sejak pagi buta Elza sudah siap untuk berangkat. Bocah kecil itu begitu antusias saat Fina mengajaknya untuk berlatih secara resmi.
"Mbak Fina!! Ayo kita berangkat!" teriak Elza yang sudah menunggu di teras rumah. Bocah kecil itu telah merubah panggilannya seperti semula sesuai perjanjian yang disampaikan oleh Fina dua hari yang lalu. Gadis itu berdalih jika bersedia mendaftarkan Elza ke perguruan pencak silat setelah dia merubah panggilan 'mama' kembali dengan panggilan 'mbak' seperti sebelumnya.
"Iya, iya. Sebentar! Mbak Fina ambil tas dulu," jawab Fina yang masih ada di dalam rumah dan tak lama setelah itu dia keluar dengan membawa tas ransel kecil yang berisi beberapa barang penting Elza.
Taksi online yang dipesan Fina sudah sampai di depan gerbang. Mereka segera masuk ke dalam mobil dan berangkat ke tempat tujuan. Kondisi jalanan kota cukup senggang di minggu pagi ini, karena para pekerja dan anak sekolah yang biasa memenuhi jalan di pagi hari sedang menikmati hari libur di rumah. Perjalanan pun terasa semakin cepat karena hal itu. Dua puluh menit kemudian taksi online itu tiba di depan padepokan perguruan pencak silat yang dimaksud oleh Ali.
"Terima kasih, Pak," ucap Fina sambil menyerahkan uang pembayaran kepada driver taksi tersebut. Dia dan Elza segera keluar dari sana.
Fina tak segera masuk ke dalam padepokan tersebut, dia mengamati bangunan tersebut untuk beberapa menit lamanya. Dia kagum saja karena pusat perguruan yang dia ikuti selama ini ternyata memiliki pedepokan yang cukup besar.
"Ayo, El," ajak Fina seraya meraih tangan Elza sebelum berjalan memasuki padepokan tersebut.
Kedatangan Fina di sana disambut oleh beberapa orang, karena kebetulan latihan rutin setiap hari minggu baru saja selesai dilakukan. Ada beberapa gadis seusianya yang juga berlatih di sana. Fina pun sepertinya tertarik untuk ikut latihan ditempat ini.
"Assalamualaikum," sapa Fina dengan diiringi senyum yang sangat manis ketika ada seorang pria paruh baya yang menghampirinya.
"Waalaikumsalam, mari silahkan masuk." Pria tersebut mempersilahkan masuk Fina dan Elza. Dia mengajak tamunya itu untuk bergabung dengan yang lain.
"Adek ini siapa dan dari mana?" tanya pria tersebut setelah Fina duduk di atas karpet yang digelar di sana.
"Saya Fina dari Mojokerto. Saya datang ke tempat ini atas rekomendasi dari kang Ali," jawab Fina seraya menatap pria tersebut.
"Oh, ya, ya. Saya baru ingat sekarang. Kalau begitu mari kita bicara di sana saja," ucap pria tersebut sambil menunjuk ruangan yang dikelilingi tembok kaca yang tak jauh dari tempat mereka berada saat ini.
Sepertinya ada hal penting yang ingin dibicarakan oleh pria tersebut sehingga mereka harus menjauh dari orang-orang yang ada di sana. Fina dan Elza mengikuti langkah pria tersebut hingga masuk ke dalam ruangan itu. Mereka berdua dipersilahkan duduk di kursi yang ada di sana.
"Sebelum kita berbicara mengenai tujuan Adek datang ke sini, perkenalkan namanya saya Syakur, pemimpin cabang perguruan 'Pagar Bangsa' di sini." Pria tersebut memperkenalkan diri kepada Fina, "apakah ini anak yang diceritakan Ali?" Tatapan mata Syakur beralih kepada Elza.
"Iya, Pak. Namanya Elza," jawab Fina sambil menatap Elza sekilas. Bocah kecil itu tersenyum dan menganggukkan kepala dengan hormat.
Setelah berbasa-basi untuk dalam pengenalan awal, Syakur akhirnya membahas masalah inti dari tujuan Fina datang ke tempat ini. Dia menyarankan agar Elza Istiqomah berlatih di sini, karena di tempat ini ada bimbingan khusus untuk calon atlet yang akan maju ke pertandingan. Hanya dengan mengamati Elza selama pembicaraan itu berlangsung, Syakur telah mengetahui bakat dan potensi yang ada dalam diri Elza. Apalagi, setelah mendengar cerita dari Fina bagaimana tingkah Elza saat pertama kali dia datang menjadi pengasuhnya.
"Allah telah mengirim Dek Fina ke tempat yang tepat. Sayang sekali jika anak-anak seperti Elza ini dibiarkan liar tanpa ada yang mengarahkan di mana dia harus menyalurkan jiwa petarungnya," ucap Syakur setelah mendengar cerita yang disampaikan oleh Fina, "oh ya, untuk latihan teknik nanti akan dilatih oleh putra saya sendiri, karena dia yang mengerti bagaimana perkembangan gelanggang saat ini. Untuk masalah pengisian jurus-jurus yang dipelajari, saya sendiri yang akan melatih Elza jika dia sudah menguasai semua tekniknya. Sebentar, saya panggilkan dulu anaknya." Syakur beranjak dari tempatnya dan keluar dari ruangan tersebut.
Beberapa menit kemudian, Syakur masuk ke dalam ruangan tersebut bersama seorang pemuda bertubuh tegap yang masih memakai sakral lengkap. Fina pun berdiri dari tempatnya untuk memberikan rasa hormat kepada pemuda tersebut. Ada rasa kagum dalam diri gadis cantik itu kepada sosok yang tengah tersenyum kepadanya saat ini.
"Namaku Aris," ucap pemuda itu sambil mengulurkan tangannya kepada Fina.
"Fina," ucap gadis cantik itu sambil menerima uluran tangan Aris dan bersalaman untuk sesaat.
Irama jantung Fina mendadak tak beraturan setelah melihat tatapan mata teduh yang terpancar dari mata pemuda itu. Sepertinya umur pemuda itu sekitar dua puluh lima tahun. Wajahnya yang manis dengan lesung pipit sebagai penunjangnya seperti mampu menghipnotis gadis berjilbab itu.
"Astagfirullah, astaghfirullah," batin Fina setelah sadar dengan apa yang ada dalam pikirannya, "aku harus fokus. Aku tidak boleh memikirkan hal-hal selain latihan di sini. Ingat Fin, ingat! Tujuanmu datang ke tempat ini hanya untuk latihan bersama Elza!" Fina memaki dirinya sendiri atas apa yang baru saja terjadi dalam dirinya.
Tentu ini adalah hal normal yang terjadi pada gadis seusia Fina. Kagum pada lawan jenis yang bisa menarik perhatiannya tentu akan membuat degup jantung menjadi tak beraturan. Mungkinkah benih-benih cinta mulai tersebar dalam hati masing-masing, mengingat sikap Aris pun sama seperti Fina. Dia hanya diam saja dengan tatapan yang tak lepas dari Fina, meski saat ini ayahnya sedang menjelaskan rencana latihan yang akan mereka lakukan setelah ini.
"Masyaallah, indahnya ciptaan Tuhan yang satu ini. Cantik, sopan, anggun dan tangguh," gumam Aris dalam hati setelah menyimak pembicaraan Fina bersama ayahnya. Ada getaran-getaran yang terasa dalam hati ketika melihat beberapa kali senyum manis yang terukir dari kedua sudut bibir Fina.
...🌹To Be Continue 🌹...
...🌷🌷🌷🌷🌷...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 202 Episodes
Comments
Sri Wahyuni
kirain pak duda yg bergetar hatinya
2024-10-03
1
Fera Nono
jatuh cinta pada pandangan pertama
2024-09-05
1
Firman Firman
ada yg kasmaran rupanya 🤗
2024-07-05
3